04

4.7K 186 3
                                    

Velo menyalakan musik didalam kamarnya dengan volume maksimal. Tak lupa, ia mencolokkan gitar listriknya kedalam sound dan juga memutarnya dalam volume kencang sehingga orang yang disebelah kamarnya menjadi terganggu, walaupun kamar ini kedap suara tapi Velo tak menutup pintu sehingga suaranya kedengaran sampai di seluruh penthouse.

Daniel berjalan menghampiri kamar Velo sambil menutup kedua telinganya dengan tangan. Ia kemudian mengambil bantal dan segera melempar kearah gadis yang sedang uring-uringan diatas kasur, melompat-lompat tak jelas seperti orang gila sambil memainkan musik rock.

Headshoot...

Velo mendelik sebal kearah Daniel. "Apaan sih ?!" Teriaknya karena pasti Daniel tak akan mendengarnya.

Daniel berjalan dan segera mematikan sound sistem dan mencabut sambungan gitar listrik Velo. "Berisik tau nggak ?!" Ucapnya sedikit membentak karena kesal. 

Velo membuang asal gitarnya. Tentunya keatas tempat tidur, sangat tidak mungkin bagi Velo untuk merusak gitar kesayangannya.  "So ?" Ucap Velo tepat didepan wajah Daniel.

Ingin rasanya Daniel melempar Velo agar segera menghilang dari pandangannya dan tak pernah kembali lagi, bagai butiran debu yang dibawa oleh angin. "Lo berisik tau nggak ?! Ini udah malem." Ucapnya.

Velo tersenyum miring. "Ini semua salah Lo Tau nggak !"

Daniel memutar bola matanya malas. "Yaelah, mana gue tau kalau Lo latihan renang ! Hp gue lowbat tau !"

Velo memplototi Daniel. "Siapa suruh nggak bawa power Bank ? Kan gue juga jadi korban ! Tai !"

Daniel memutar bola matanya. "Aelah...sesekali naik taksi tak apa kali." Daniel berdecak pinggang. "Jangan jadi anak manja."

"Sesekali-sesekali ! Pala Lo peang." Ucap Velo kesal. Ingin sekali rasanya ia menendang bokong Daniel hingga pria itu mengadu kesakitan.

"Lo banyak bacot banget sih."

"Mulut-mulut gue kok. Kenapa lo yang sewot ?!"

Daniel mangut-mangut, sebuah senyum penuh arti terbit di kedua sudut bibirnya. "Ohh, gitu ya. Oke-oke." Ia lalu mengeluarkan benda pipih berwarna hitam dari saku celananya. "Gimana reaksi om Luke ya ? Kalau tau anaknya kayak gini." Ucapnya ia lalu menempelkan ponsel itu ketelinganya.

Velo membulatkan matanya dengan sempurna dan dalam hitungan detik handphone Daniel sudah tergeletak diatas lantai dengan keadaan yang sangat tak memungkinkan untuk dipakai. Ponselnya hancur. Dasar cewek bar-bar.

"Lo !" Daniel menunjuk Velo dengan kekesalan yang memuncak, namun dengan cepat Daniel menurunkan tangannya. "Lo apa-apaan sih ?"

"Lo yang cari masalah duluan ya !" Ucap Velo santai seolah dia yang tersakiti saat ini.

"Lo bisa nggak sih seharian aja nggak buat ulah ! Lama-lama gue buang juga Lo !" Bentak Daniel dengan nada suara yang sudah meninggi melebihi tadi. Ia lalu keluar dari dalam kamar Velo. Tak lupa untuk membanting pintu kamar sekeras mungkin. Bisa sajakah seharian ini Velo tak buat ulah ? Bisakah Velo menjadi gadis yang kalem ? Memikirkan itu membuat kepala Daniel serasa ingin pecah.

Velo menatap kearah pintu kamarnya. Apa pintunya itu baik-baik saja ? Tidak rusakkan ? Kalau rusak malah Velo yang repot ! Dasar Daniel pemarah.

Tanpa rasa bersalah Velo segera memungut ponsel Daniel yang tergeletak tak berdaya dan tak berbentuk diatas lantai lalu membuangnya kedalam tempat sampah. Lelaki itu bisa membeli yang baru lagi.

****

Hal yang pertama Velo lihat saat keluar dari kamar adalah keadaan sunyi dan hening. Tak ada siapapun disini, bahkan bibi Rasty asisten rumah tangga mereka memilih untuk berhenti kerja.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang