19

2.9K 127 1
                                    

Untuk sementara waktu, Velo akan menginap di hotel sembari mencari apartemen yang pas untuknya dan tentunya masih kosong. Sepertinya keberuntungan masih berpihak  padanya, karena saat ini ia mempunyai kartu debet yang debgan setia diisi oleh papa. Ini pertama kalinya Velo melarikan diri dari rumah dan juga pertama kalinya akan hidup mandiri.

Ia merebahkan tubuh keatas kasur yang super empuk. Ia baru saja selesai mandi. Walaupun kini badannya serasa segar, tapi tidak memungkinkan kalau saat ini Velo sedang merasakan perasaan hampa.

Velo menggerakkan tangannya, naik ke dada sebelah kiri. Sakit, tapi tidak berdarah. Itulah yang sering dikatakan oleh orang-orang. Tanpa terasa air mata Velo mengalir tanpa sebab dan alasan. Ia benci disaat dirinya menjadi lemah dan cengeng, apalagi ini hanyalah masalah sepele. Tapi berkah begitu ?

Ia menoleh dan memandang benda pipih berwarna hitam yang tergeletak disampingnya. Ia ingat saat dirinya membelikan Daniel sebuah ponsel baru karena ponselnya pecah akibat ulah Velo. Ia tersenyum getir, kedua sudut bibirnya bergetar karena terlalu memaksakan seulas senyum.

Apa yang Lo harapkan sekarang Vel ? Daniel tidak cinta sama lo, bahkan untuk menghubungi Lo rasanya sama sekali hal yang mustahil untuk seorang Daniel melakukannya.

****

Velo berjalan tak tentu arah, hingga matanya tanpa sengaja menangkap segerombolan pria yang sebaya dengannya sedang asyik menggunakan skateboardnya. Ia kemudian menghampiri mereka. Siapa mereka bukan hal yang Velo permasalahkan. Jika kalian menganggap Velo adalah cewek murahan, itu salah besar. Velo menyukai berteman bersama dengan seorang pria karena setidaknya mereka tidak munafik seperti teman-temannya dulu.

"Ekhemm." Deheman Velo membuat semuanya mengalihkan perhatian.

Mereka menatap Velo dengan bingung, karena mereka jarang melihat seorang wanita berkeliaran dimalam hari, walaupun ini belum terlalu larut , tapi tetap saja berada di kerumunan pria dimalam hari itu berbahaya. Siapa yang sangka kalau pria itu adalah pria yang baik ?

"Ada apa ya ?" Tanya salah satu dari mereka.

Velo nampak santai berjalan kearah mereka. Tak ada rasa takut ataupun kecurigaan yang muncul.

"Nggak sih, gue cuma mau lihat aja. Btw gue boleh gabung nggak ?" Ucapnya.

Mereka semua saling pandang dan dengan kompak menoleh kearah Velo. Mereka semua mengangguk senang dan juga senyuman terukir diwajah mereka semua.

"Boleh, tapi Lo nggak keberatan ?"

Velo menggeleng. "Nggak."

"Ohh...ok."

"Kenalin nama gue Defa, dan Lo pasti Velokan ? Anak kelas 10 itu ? Yang pernah gue ajak kenalan."

Velo menaikkan sebelah alisnya. "kapan ?"

Defa berdecih. "Masa lo lupa sama orang seganteng gue ?"

Velo mendelik dan menatap datar pria dihadapannya ini. Tiba-tiba bayangan Daniel terlintas diotaknya. Daniel juga sering mengucapkan hal serupa.

"Ituloh, yang pas gue tanya nama Lo siapa dan jawabannya Juminten." Terang Defa lagi.

"Ohh." Velo mangut-mangut.

"Ingat ?"

"Kagak." Ucap Velo. "Emang ya, dunia itu sempit." Ucapnya lagi.

****

Seorang gadis dengan rambut panjang, dan kemeja kotak-kotak yang melilit di pinggangnya, berjalan menuju ruangan kerja papa sambil menenteng skateboard ditangan kirinya dan tas yang tersampir dibahu kanan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang