07

4.1K 153 0
                                    

"Nggak mungkin !" Pekik Velo lagi. Ia menatap ngeri pria yang ada dihadapannya saat ini. "Mana mungkin, orang gue nggak pernah gitu."

"Bisa aja." Ucap Daniel santai.

Velo memutar bola matanya, ia melayangkan pukulan dilengan Daniel. "Gue aja nggak pernah disentuh cowok. Selain lo"

"Siapa tau Lo amnesia gitu."

Velo kembali melayangkan pukulannya. "Nggak lah." Ucapnya lalu berlalu dari toilet.

****

"Nyet !" Velo mengacungkan garpu di depan mata Daniel. "Gue punya ide bagus."

Daniel menurunkan tangan Velo dengan perlahan. "Lo mau colok mata gue ya ?"

Velo hanya menyengir. "Sini." Velo mengayunkan tangannya. "Dekat-dekat."

Daniel mengikuti ucapan Velo dan mendekatkan tubuhnya kearah Velo. "Apa ?"

"Gue punya ide bagus !" Seru Velo lagi, dan jujur itu membuat Daniel geram karena Velo mengulang kalimatnya tadi. "Gini, gimana kalau kita buat taruhan ? Mulai dari sekarang kita harus bersikap layaknya pasangan sejoli, dan buat yang jatuh cinta dia akan dihukum." Ucapnya lagi dalam satu tarikan nafas. "Gimana ?" Tanya Velo meminta persetujuan.


Daniel berpikir sejenak. Sebelum akhirnya mengangguk, mengiyakan ucapan Velo. Ia tersenyum miring kearah Velo. "Gue sih fine-fine aja." Ucap Daniel lalu mengambil alih garpu yang dipegang oleh Velo dan mulai memakan buah yang ada didalam mangkuk.


****

Seperti kesepakatan semalam, kini mereka berdua sama-sama memasuki gerbang sekolah, Kali ini, Velo tak turun lagi di pinggir jalan ataupun di trotoar dekat halte bus.

Daniel dengan romantis membukakan pintu penumpang, layaknya seperti pasangan kekasih pada umumnya. Velo menerima uluran tangan Daniel dan langsung menggenggamnya.


Semua mata memandang keduanya. Mereka tau, sesusah apa untuk dapatin hati seorang Daniel. Namun, mereka tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Daniel punya pacar ? Dan jika iya, sejak kapan mereka berdua akrab ? Padahal selama ini, Daniel tidak pernah dekat dengan seorang gadis.

"Kayaknya perhatian semua orang ke kita deh." Ucap Velo tanpa menoleh kearah Daniel. Matanya masih melirik satu per satu siswa.

Daniel melihat sekeliling. Dan ternyata benar, Velo tak berbohong kali ini. "Biarin aja." Ucapnya lalu beralih untuk merangkul Velo. Pria itu mengantar Velo sampai didepan kelas X-6. Kemudian Daniel menangkupkan kedua pipi Velo dan langsung mencium keningnya. Dan jika bukan karena drama yang mereka buat, sudah dipastikan kalau Daniel akan mendapat bogem mentah, karena berani melakukan hal memalukan ini didepan orang banyak.


Melihat Daniel sudah pergi, Velo segera membuka pintu kelasnya. Ia mengangkat alisnya tinggi-tinggi saat semua teman sekelasnya sedang menatap kearahnya tanpa berkedip. Memilih untuk tidak peduli, Velo berjalan menuju bangkunya dan melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan wajahnya.

Seperti biasa. Velo tak pernah mendengarkan penjelasan guru, ia hanya mencatat lalu menatap kosong guru yang ada didepannya. Ia memang tipe murid yang sedikit bodoh dalam pelajaran, tapi ahli dalam olahraga. Yang ia tunggu saat ini hanyalah jam istirahat, dan ia bisa langsung pergi untuk latihan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang