Air mata itu jatuh meluncur bersamaan saat seorang gadis melompat masuk kedalam kolam renang. Air matanya berbaur dengan air kolam hingga membuat kacamata renangnya sedikit kabur, namun ia tidak peduli. Saat ini ia hanya ingin menangis saat semua orang sedang tidak memperdulikannya sama sekali.
Siapa sangka, Velo menarik perhatian banyak orang karena kecepatan berenangnya yang meningkat karena emosi yang menggebu-gebu.
"Serius ? Dia manusiakan ?" Ucap salah seorang dari kursi penonton.
Byurr...
Kepala Velo menyembul dari dalam kolam. Ia mendongakkan kepala dan menatap layar LCD yang menampilkan catatan waktu semua peserta. Berhubung dia gelombang terakhir jadi dia bisa melihat siapa yang juara 3 umum kali ini.
Ia tersenyum getir. "Nomor 2." Gumamnya lalu naik menepi bersama dengan teman-temannya yang langsung menyambut Velo dengan senyuman merekah dan pelukan hangat.
Namun, bukan itu yang ia harapkan saat ini. Ia mengharapkan kehadiran seseorang, bukan pelukan dan jika itu terwujud maka semuanya akan terasa sempurna. Tapi, sampai penyerahan medali dan sertifikat pun orang yang ia tunggu tidak terlihat sama sekali.
Velo kembali menangis tapi semua penonton hanya mengira kalau itu adalah tangisan bahagia seperti peserta lainnya.
"Lo seneng banget ya ?" Ucap Nanda saat melihat Velo terus saja menangis.
Tanpa menjawab ucapan Nanda atau hanya sekedar memberikan isyarat kalau ia memang senang sekali,Velo berlari keluar dari dalam aula, menghindari semua tatapan heran orang-orang.
"Sialan !" Umpat Velo. Ia menekuk kedua lutut dan membenamkan wajahnya dilekukan kakinya. "Brengsek !" Umpatnya lagi.
Velo mendongak saat merasakan sentuhan dibahunya. Ia menubruk dada bidang orang itu dan memeluknya sangat erat. "Sam." Panggilnya lirih.
Samuel mengelus rambut panjang Velo yang masih basah. "Lo kenapa hmm ? Lagi ada masalah ? Atau tiba-tiba Lo mens pas renang ?"
Velo menggeleng. "Kagak Samuel !" Ucapnya.
Samuel hanya tersenyum. Ia memegang kedua bahu Velo. "Lo kenapa ? Cerita sama gue." Ucapnya.
"Velo ! Samuel !" Panggil seseorang.
Keduanya langsung menoleh kearah orang tersebut.
"Gue cariin juga." Ucap Vella begitu sampai dihadapan keduanya. "Ehh ? Adikss gue Napa ?" Ucapnya.
"Bodo !" Ucap Velo lalu kembali berlari menjauh dari dua pasangan sejoli yang sedang kasmaran itu. Ia butuh ketenangan dan tempat curhat yang pas, bukannya harus bertemu Vella disini. Velo tahu kalau kakaknya yang satu itu pasti sedang khawatir jika tahu ia kenapa-napa.
****
Ceklek...
Pintu apartemen terbuka dan munculah sesosok gadis dengan wajah lelahnya yang kentara. Velo berjalan kedapur untuk meneguk segelas air putih dan mengambil sekotak susu cair vanilla lalu menuangkannya kedalam gelas. Langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang bisa saja membuat Velo mendelik sebal, tapi ia enggan untuk melakukannya sekarang.
Dengan ekspresi datar dan perasaan yang biasa saja, Velo berjalan melewati keduanya yang sedang menonton televisi dengan posisi perempuan yang bersandar pada dada bidang sang pria.
Brakk...
Velo menutup pintu kamar lumayan keras sehingga membuat keduanya terlonjak kaget karena tidak merasakan kehadirannya atau karena mereka tidak menyadari kalau Velo melihat kejadian itu. Semua.
Velo meletakkan mug berisi susu diatas nakas. Seketika tubuhnya luruh disamping tempat tidur.
"Lo nggak tau ? Kalau kehadiran lo yang paling gue nanti ! Gue mau nunjukin kalau gue itu bisa dapat medali perak ! Dan ngalahin semua peserta seperti ucapan gue waktu itu." Velo menarik napas dan menyeka air matanya. "Tapi apa ? Saat gue sedang berusaha lo malah asyik-asyiknya bermesraan ! Lo pikir gue nggak sakit ?!" Racau Velo tidak jelas.
Untung saja kamar ini sound proof jadi Velo bebas untuk berteriak sesukanya. Velo kembali meracau tidak jelas dan terus-terusan mengumpat nama Daniel dan Rika. Apa Velo pernah berbuat kesalahan besar dimasa sebelumnya ? Sehingga ia harus menanggung karma yang sepadan juga ? Jika iya, tolong hilangkan ingatan Velo sekarang juga agar ia dapat melupakan sosok Daniel yang terus saja membayanginya.
Dengan dada yang naik turun dan napas yang sedikit memburu, Velo merogoh laci lemari dan menemukan ‘benda’ yang mungkin bisa membuatnya tenang. Apalagi selain obat penenang ?.
Ia meneguknya bersama dengan air mineral botol yang ada di kantung tasnya. Velo mendudukkan dirinya di bibir kasur dan berusaha menenangkan pikirannya. Membiarkan obat itu bekerja menguasai dirinya hingga ia dapat melupakan masalah yang ada.
****
Suasana menghening. Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang yang saling beradu bahkan suara dari napas mereka enggan untuk terdengar. Velo yang biasanya bermain ponsel saat makan menjadi tidak bisa karena ingin menghabiskan makanannya dengan cepat. Ia yang biasanya tidak bisa diam menjadi pendiam belakangan ini. Banyak hal yang berubah dari diri Velo, terutama sejak kepulangannya semalam.
Perhatian Daniel dan Rika teralihkan karena mendengar suara kursi yang didorong kebelakang dan mereka bisa melihat kalau Velo baru saja berjalan menuju wastafel untuk menyimpan piring kotornya.
Gadis dengan rambut dicepol asal—Sehingga memperlihatkan tengkuk jenjangnya—mengambil tas yang sudah ia letakkan didepan pintu masuk apartemen. Ia mengeluarkan ponsel dan segera memesan uber. Tidak ada gunanya untuk menunggu mereka berdua, karena sangat tidak mungkin baginya menumpang di mobil milik Daniel.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, akhirnya yang ditunggu datang dan tanpa basa-basi Velo langsung membuka pintu dan masuk kedalamnya.
Mobil itu melaju dengan normal kecepatan menuju sekolah. Dan sepanjang itu juga, Velo hanya memandang kosong kearah luar jendela. Kini, tidak ada lagi suara gaduh yang tercipta sepanjang perjalanan menuju sekolah. Tidak ada lagi pekikan heboh Velo karena bermain game. Semuanya sudah menjadi masa lalu dan anggap itu semua tidak pernah terjadi.
****
Mungkin, dari sekarang Velo harus membuat hatinya menjadi sekeras batu sama seperti sikapnya. Ia harus terbiasa dengan itu semua. Ia menghela napas dan membuka perlahan gagang pintu apartemen yang terasa beku, sama seperti hatinya. Ia kembali menutupnya dan berjalan menuju dapur. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya.
Ia mengambil beberapa minuman dan membawanya kedalam kamar. Lagi-lagi, ia harus melihat pemandangan tidak mengasikkan itu. Ia kembali menghela napas pelan, berharap rasa sakit yang ia rasakan menghilang dalam sekejap dan air matanya tidak mendesak ingin keluar.
Ia menutup pintu menggunakan kakinya karena tidak ingin melihat dua sejoli yang ternyata sudah sampai dirumah terlebih. Sudah jelas sekarang, kalau Rika punya hubungan spesial dengan Daniel dan tentunya hanya Velo yang mengetahuinya.
Velo merebahkan dirinya diatas kasur dan menatap langit-langit kamar. Ia menoleh kearah lemari tempat obat penenang itu terletak. Obat yang seharusnya tak boleh dikonsumsi siapapun secara berlebihan. Tapi apa pedulinya ? jika Daniel saja tidak peduli padanya, lalu apa Velo harus peduli ? Jawabannya Tidak.
Ia beranjak bangun menuju lemari, ia lalu mengambil 2 butir obat dan meneguknya. Setelahnya, Ia kembali merebahkan diri diatas kasur. Ia sadar kalau ini sangat salah. Sudah sangat jelas. Tapi hanya inilah yang membuatnya merasa nyaman sekarang.
Ya, Velo hanya membutuhkan obat itu tidak dengan Daniel.
To be continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionSi princess trouble maker yang ulahnya sudah diluar batas, terpaksa harus dinikahkan dengan anak dari sahabat keluarganya secara diam-diam. Velo yang awalnya tak terima, terpaksa harus menerimanya. Namun, dibalik itu semua sang pria ternyata sudah...