Velo merebahkan dirinya dengan tangan yang direntangkan di samping tubuh. Ia masih memikirkan ucapan Rika tadi siang.
Kita semua khawatir sama lo. Terlebih dengan Daniel, dia sempat gila gara-gara lo pergi 5 tahun.
"Apa iya Daniel gila ?" Gumam Velo tak percaya. "Ya kali, Daniel jadi gila. Bukannya dari dulu emang udah gila ?" Gumam Velo lagi.
"Btw, kenapa jadi bahas gila sih ?"
Velo beranjak dari atas tempat tidur dan berjalan menuju ruang tengah. Tangannya terulur untuk mengambil sesuatu diatas meja. Setelahnya, ia berjalan menuju balkon dengan rokok yang terletak dikedua bibirnya.
Velo duduk bersandar di sofa yang sengaja di simpan di balkon untuk bersantai. Sesekali ia memejamkan matanya menikmati udara dingin kota London yang menyengat kulitnya walaupun ia sudah menggunakan kaos lengan panjang dan celana jeans.
Masih merasa kurang. Velo kembali membakar rokok yang baru ia ambil dari kotak dan membakarnya. Ia menghela napas panjang. Jika sudah begini, ia terlihat seperti orang yang sangat menyedihkan.
Velo mengetikkan sesuatu di layar ponsel setelah ia mematikan rokok dan membuangnya kedalam asbak. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa yang lumayan luas itu. Samping menolehkan kepalanya kesamping, melihat salju mulai berjatuhan dengan perlahan, menghiasi pemandangan kota London yang sangat indah.
****
Kini, gadis itu kembali terlihat berbeda dengan model dan warna rambut yang berbeda pula. Rambutnya sudah dipotong sebatas sebahu dengan cat rambut warna ungu tua.
Gadis itu membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya lalu berjalan memasuki restoran kelas atas, tempat mereka akan bertemu. Namun, seperti biasa Velo sama sekali tidak menyukai restoran, karena orang-orang disini pada pelit kasih makanan.
"Hai." Sapa seseorang yang sudah lumayan lama menunggunya.
"Hmm." Jawab Velo seadanya. Ia mendudukkan dirinya didepan pria itu. "Kenapa mesti disini sih ? Gue nggak suka." Protes Velo yang masih tidak terima.
"Sudah terlanjur." Ucap Daniel santai. Ya, orang yang menemuinya saat ini adalah Daniel. "Gue juga udah pesan makanan." Sambungnya lagi.
"Mau ngomong apasih ? Penting banget ?" Tanya Velo tanpa minat. Ia benar-benar tidak ingin membicarakan apapun untuk saat ini.
Daniel mengangguk. Ia menggenggam punggung tangan wanita di hadapannya. Kali ini Velo tidak melawan, ia membiarkannya. Tohh, sekuat apapun ia melawan Daniel akan selalu mempunyai cara untuk memenangkannya.
Setelah di timbang-timbang, sepertinya Velo harus berdamai dengan keadaan. Semuanya sudah berlalu dan seharusnya ia bisa memaafkan semua kesalahan orang-orang terdekatnya. Seharusnya seperti itu.
"Velo gue minta maaf." Ucap Daniel dengan tampang memelas.
Velo memutar bola mata jengah. "Udah deh. Gue bosen dengar itu Mulu." Ucap Velo jujur.
"Tapi, gue bener-bener mau minta maaf."
"Gue udah maafin lo. Puas ?" Ucap Velo masih dengan tanpa minat.
Daniel membelalakkan matanya. "Seriusan ?"
"Menurut Lo ?" Ucap Velo yang sudah mulai kesal sendiri. "Jangan ganggu gue, gue pengen makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionSi princess trouble maker yang ulahnya sudah diluar batas, terpaksa harus dinikahkan dengan anak dari sahabat keluarganya secara diam-diam. Velo yang awalnya tak terima, terpaksa harus menerimanya. Namun, dibalik itu semua sang pria ternyata sudah...