23

3.1K 123 1
                                    

"Gue udah selesai." Ucap Velo sambil meletakkan sendok dengan sedikit hentakan hingga suara piring terdengar nyaring ditelinga keduanya.

Daniel yang sedang menyuapi Rika seperti anak kecil menghentikan kegiatannya dan keduanya langsung menoleh kearah Velo yang memandang mereka dengan tatapan datar dan tidak suka.

"Udah selesai ?" Tanya Daniel yabg seharusnya tidak perlu dijawab lagi.

"Lo nggak denger gue ngomong apa ?!" Ucap Velo ketus. Ia sudah tidak bisa menyembunyikan emosinya yang sudah diambang batas wajar. Jika saja ia tidak mengontrol diri, sudah dipastikan amarah yang membludak itu akan keluar dan mulut pedasnya pasti memaki dua pasangan sejoli tadi.

"Gu—."

Belum sempat Daniel menyelesaikan ucapannya, Velo sudah terlebih dahulu meninggalkan meja makan dan lebih memilih untuk mengambil kopernya yang berisi banyak baju untuk dibawa ke hotel tempatnya dan tim renang akan menginap.

Ketiganya keluar bersamaan dari apartemen. Dengan manjanya Rika bergelayut di lengan kekar Daniel, dan pria itu sama sekali tidak terusik dengan kelakuan Rika yang bahkan Velo istri sahnya tidak pernah melakukan hal menggelikan itu.

"Kayaknya lo harus pesen Uber deh." Ucap Daniel saat ketiganya sudah berada didalam lift.

"What ?!" Pekik Velo tak percaya,  membuat perhatian semua orang yang ada di dalam lif tertuju padanya, ia sama sekali tidak peduli, jadi ia tetap melanjutkan. "Kenapa nggak lo aja sih ?"

"Itukan mobil gue. Dan lo tau kalau mobil gue cuma muat 2 orang, nggak lebih." Ucap Daniel dengan senyum lebar, ingin rasanya Velo mencakar wajah Daniel, sungguh. Sedangkan Rika hanya tersenyum manis kepada Velo. "Lagian, Rika lebih penting dari Lo. Karena lo udah bukan prioritas gue."

Degg

Tiba-tiba hati Velo terasa seperti diremas. Perasaan ini, perasaan yang sama saat ia melihat Daniel berciuman ditaman malam itu.

Tahan Vel, lo nggak boleh lemah.

Velo tersenyum getir. Ia menatap keduanya dengan tatapan datar, tatapan yang ia usahakan agar tidak menampilkan raut kecewa ataupun ingin menangis.

"Yaudah." Ucapnya mengalah. Velo mulai menyeret koper keluar dari dalam lift dan segera memberhentikan taksi yang lewat pada saat itu.

Ia menatap keluar jendela dengan mata yang berkaca-kaca dan memerah akibat menahan tangis. Sebelumnya ia tak pernah sesakit ini, dulu hidupnya tentram jauh dari kata sakit hati dan jujur Velo rindu dengan masa-masa sebelum ia mengenal Daniel dan juga cinta.

"Lagian, Rika lebih penting dari Lo. Karena lo udah bukan prioritas gue."

Perkataan Daniel tadi mengiang ditelinga Velo, kejadian yang sudah ia lewati dengan Daniel berputar kembali bak film layar lebar namun bedanya, Velo tidak ingin mengingat atau menyaksikan putaran film menyedihkan itu.

Air matanya jatuh menetes dan Velo baru menyadari saat air matanya jatuh melewati bibir tipisnya. Dengan cepat ia menyekanya dan turun dari taksi saat tiba tepat di gerbang sekolah. Ia menyeret koper menuju aula, tempat mereka berkumpul.

"Lo kenapa ?" Tanya seseorang saat melihat Velo terus saja menangis, walaupun tidak sampai mengeluarkan isakan.

Velo menggeleng dan terus-terusan menyeka air matanya yang enggan untuk berhenti. "Nggak kok." Ucapnya lalu berjalan menuju sekumpulan manusia diujung aula.

"Hai Vel." Sapa Alana yang dibalas oleh senyuman sekadarnya oleh Velo.

"Lo kenapa diks ? Habis nangis ?" Tanya Nanda sambil mengelus pundak Velo dengan lembut.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang