21

3.3K 131 2
                                    

Velo berjalan seorang diri dengan berbekalan aplikasi maps di ponselnya, mewanti-wanti jika nanti ia tersesat. Ia sedikit butuh menenangkan diri. Daniel memutuskan untuk tinggal dikamar yang sama dengannya, walaupun Velo sudah memberikan respon yang kurang bersahabat, tapi pria itu tidak kunjung pergi.

Tak sengaja, matanya menangkap sosok yang ia kenal. Ia mendekati pria tersebut, saat jaraknya tinggal beberapa meter, Velo meneriaki nama "Samuel" dan orang yang dipanggil itu menoleh.

"Velo ? Ngapain lo disini ?" Tanya Samuel.

"Seharusnya gue yang nanya begitu." Ucap Velo sambil berjalan santai kearah Samuel.

"Gue lagi ada pertemuan, biasa orang ganteng mah punya banyak fans." Ucap Samuel sambil menaik turunkan alisnya dengan bangga.

"Najis." Ucap Velo dengan nada bercanda. Bukannya tersinggung, Samuel malah tertawa.

"Lo sendiri ?"

Velo tersenyum tipis. "Gue disuruh ngadirin acara bisnis."

"Wow." Samuel membulatkan mulutnya. "Ternyata dunia sempit ya ?" Velo hanya tertawa sebagai respon. "Lo kesini sendirian ?"

Velo menoleh kearah Samuel. Ia tersenyum masam lalu menggelengkan kepalanya.

"Terus lo sama siapa ?"

"Teman." Jawab Velo. Ya, teman. Sepertinya kata itu sangat cocok untuknya. Untuk mereka berdua.

"Dianya mana ?"

"Lagi tidur, malas jalan katanya." Ucap Velo berbohong. Jelas saja saat ini, Daniel sedang berdiam diri di kamar hotelnya. Kamar yang ia pesan menggunakan uang sendiri tapi bukan dia yang menikmati.

"Nggak takut kesasar ?"

Velo menggeleng. "Tadinya sih iya, tapikan ada lo."

Samuel tertawa. "Bisa aja sih." Samuel menatap Velo. "Mau makan ?"

Velo mengangguk. Tidak bisa dipungkiri kalau saat ini perutnya benar-benar kosong, pagi tadi ia memilih untuk bermain game ketimbang harus sarapan bersama dengan Daniel, apalagi berada di ruangan yang sama.

"Ayo." Ajak Samuel.

Velo mengangguk dan mengikuti langkah Samuel tanpa banyak bicara. Ia hanya sesekali merespon ucapan Samuel jika dianggapnya penting, jika tidak Velo hanya diam saja.

Langkah kaki keduanya membawa mereka kesebuah restoran mewah. Namun, Velo menghentikan langkahnya dan menarik tangan Samuel sehingga pria itu menoleh kebelakang.

"Kenapa ?" Tanya Samuel bingung.

"Gue kagak mau makan disini." Ucap Velo disertai gelengan.

Samuel mengerutkan keningnya. "Kenapa ?"

"Nggak kenyang."

Samuel hanya tertawa sebagai respon.

Velo berjalan mendahului Samuel untuk mencari kedai makanan yang bisa mengenyangkan perut dan tentu saja harganya sangat terjangkau. Lagipula ia bukan tipe orang yang suka makan makanan di restoran mewah, ia lebih suka makan di kedai kecil karena menurutnya makanan disana murah-murah dan pegawainya ramah.

"Vel, sebelah sini." Ucap Samuel.

Velo yang dipanggil akhirnya menoleh dan memutar arah mengikuti Samuel yang masuk kedalam kedai makanan. Samuel menyebutkan pesanan keduanya, sedangkan Velo sudah berkutat dengan game diponselnya. Jika berhubungan dengan game Velo akan jadi lupa dengan segalanya, termasuk dengan Daniel.

Samuel merebut ponsel berwarna hitam itu dari tangan Velo. "Makan dulu."

"Iya. Bawel amat." Cibir Velo tidak terima. "Lo serius Sam ? Mau makan ini ?"

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang