Semuanya berkumpul membentuk lingkaran yang lumayan besar karena semua siswa ikut serta dalam acara rutin dilaksanakan oleh pihak sekolah. Seperti yang sudah-sudah, panitia membagi mereka menjadi 3 kelompok, sesuai dengan tingkatan kelas mereka.
Terkecuali dengan panitia, mereka membentuk lingkarannya sendiri. Velo menatap datar Daniel yang sejak siang tadi seperti menghindarinya dan malah memilih untuk mengajak cewek lain untuk mengobrol ketimbang dirinya. Ia merasa tidak pernah melakukan kesalahan apapun hari ini. Bahkan untuk berbincang dengan Daniel rasanya sulit.
"Lo mau kemana ?" Tanya Cristian saat melihat Velo berdiri dan hendak pergi dari tempatnya.
"Mau cari angin." Jawab Velo.
Cristian mengangkat sebelah alisnya. "Cari angin ? Disini aja udah dingin, emang Lo mau cari angin yang gimana ?"
Velo mengedikkan bahu dan menjawab, "Nggak tau." Sebelum pergi meninggalkan lingkaran panitia. Sekarang ia seperti orang yang tidak tahu arah, ia tidak tahu harus kemana.
Mereka masih beruntung karena hanya berkemah dipinggir hutan. Velo menarik tudung hoodie agar menutupi kepalanya dan memasukkan kedua tangan kedalam saku. Dicuekin seperti ini membuat Velo menjadi dongkol. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang, ia bingung, jadi ia memilih untuk menghampiri kedai yang terletak di seberang jalan, seorang diri.
Velo memutar-mutar sedotan yang ada didalam gelas itu tanpa minat untuk meminum isinya. Sampai matanya lagi lagi tak sengaja menangkap sosok Daniel bersama dengan seorang cewek, tidak bisakah sehari saja ia tidak melihat pemandangan memuakkan ini ? Jujur, Velo benci mengakuinya tapi ia cemburu melihat kedekatan Daniel bersama dengan wanita lain belakangan ini.
"Mbak, ini uangnya. Terimakasih." Ucap Velo sambil memberikan uang 10.000 kepada penjaga kedai itu.
Mata keduanya tidak sengaja bertemu. Dengan cepat Daniel mengalihkan pandangannya. Sedangkan Velo yang tak ingin ambil pusing, juga ikut mengalihkan pandangannya kearah lain.
****
4 hari terasa sangat menyenangkan bagi mereka semua, terkecuali dengan Velo yang merasa sebaliknya. Ia sudah dongkol melihat pemandangan memuakkan antara Daniel dan wanita lain. Dan selama itu juga, mereka tidak saling bertegur sapa padahal mereka sering bertemu tanpa sengaja.
Velo mengikuti langkah Daniel yang mulai memasuki penthouse saat pria itu menempelkan kartu ke pendeteksi kartu yang terletak disamping pintu
Velo menekan saklar lampu dan akhirnya lampu kamarnya menyala. Ia rindu dengan kamarnya ini. Seperti biasa, Velo menggulingkan tubuhnya kesana kemari membuat sprei yang awalnya rapi menjadi terbongkar. Ia tidur terlentang menghadap langit-langit kamar sambil meletakkan tangannya diatas kening. Ucapan Daniel mengiang ditelinganya.
"Lo cantik."
Tentu saja ucapan itu bukan tertuju ke dirinya, melainkan orang lain, orang yang selalu bersama dengan Daniel belakangan ini. Hatinya serasa seperti disayat. Sakit, tapi Velo masih ragu kalau hatinya itu benar-benar sakit sekarang. Apa iya, Velo mulai menyukai Daniel ?
Memikirkan hal itu membuat Velo menjadi dilema. Baru kali ini ia terlihat gila karena masalah asmara.
Apa yang lo lakuin ke gue Dan ?
Tak ingin memikirkan lebih banyak, Velo memutuskan untuk tidur. Bahkan ia melupakan niatnya yang ingin makan, saat ini ia hanya tidak ingin bertemu dengan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionSi princess trouble maker yang ulahnya sudah diluar batas, terpaksa harus dinikahkan dengan anak dari sahabat keluarganya secara diam-diam. Velo yang awalnya tak terima, terpaksa harus menerimanya. Namun, dibalik itu semua sang pria ternyata sudah...