15

3.5K 121 2
                                    

"Lo Samuelkan ?" Tanya Velo saat ia melihat seorang pria bertampang manis dibandingkan ganteng dengan kamera yang bertengger dilehernya.

Samuel yang merasa dipanggil segera menolehkan kepalanya. "Lo ? Lo yang di cafe waktu itukan ?" Tanyanya.

Velo mengangguk. Ia berjalan menghampiri Samuel dengan mendorong sepedanya. "Iya, Lo ingat ?"

Samuel mengangguk. "Iya, tapi gue nggak tau nama Lo."

"Ohh..." Velo ber'ohh' ria. "Nama gue Velontia, cukup panggil Velo."

Velo lalu beralih pada kamera dileher Samuel. "Bukannya lo penulis ? Kenapa bawa kamera ?"

Samuel menghentikan gerakannya yang hendak memotret. "Iya." Ucapnya. "Tapi, aslinya gue fotografer."

Velo mengangguk paham. Ia kemudian memarkirkan sepedanya dan duduk disalah satu kursi taman. Ia mengangkat laptop yang ada disana. "Ini laptop lo ?" Tanyanya lagi.

Samuel menghampirinya dan duduk disamping Velo. "Iya."

Dengan lancang, Velo mengutak-atik laptop pria asing yang baru dikenalnya di cafe waktu itu. Ia membuka semua folder yang ada disana satu persatu sedangkan Samuel nampak biasa saja dan tak mempermasalahkan sikap Velo yang sangat tidak sopan untuk ukuran orang yang baru kenal.

"Sebenarnya sih, gue tertarik dengan seni tapi papa tersayang gue ngelarang." Ucap Velo.

"Kenapa ?"

Velo berpikir sebentar sebelum mengangkat kedua bahunya. "Nggak tau."

"Kalau gitu, gimana kalau lo bantu gue ?"

Velo menoleh kearah Samuel dengan alis berkerut. "Bantu apa ?"

Samuel meletakkan kameranya dikursi. "Gue bakalan ajarin lo caranya jadi fotografer dan juga cara jadi penulis." Samuel menggaruk pelipisnya. "Kalau Lo mau." Gumamnya sedikit ragu.

Senyuman manis mengembang di bibirnya. Ia mengangguk antusias, tentu saja ia mau. "Ok, gue mau kok."

Samuel ikut tersenyum. "Yaudah." Ia menyodorkan hpnya kehadapan Velo. "Minta id lo supaya gampang dihubungin."

"Mau modus ya ?" Tuduh Velo.

Samuel tertawa. Ini sama dengan respon yang Velo berikan saat dirinya sengaja duduk ditempat yang sama dengan Velo, dihari pertama mereka bertemu. "Gue itu orangnya sibuk, lagian nggak mungkin kita ketemu terus, ini biar gue gampang aja buat ngehubungin lo."

Velo memutar bola matanya. "Tapikan sama aja modus." Ucap Velo.

Samuel menghela nafas. Ia bergerak untuk memasukkan ponsel kedalam saku. "Yaudah kalau Lo nggak mau. Gue nggak keberatan kok kalau nggak ngajarin Lo."

Velo segera menghentikan dan memegang tangan Samuel. "Yaudah deh." Ucapnya lalu membuka lockscreen hp Samuel dan membuka aplikasi chat lalu mengetikkan idnya disana. "Udah, nih." Ucapnya memberikan kembali ponsel Samuel.

"Mau pulang bareng ?" Tawar Samuel.

Velo berdiri dari duduknya dan menyerahkan laptop yang sudah ia matikan kepada pemilik aslinya. "Nggak, gue naik sepeda."

Samuel melirik kearah sepeda berwarna hitam yang terparkir ditepi taman. "Tumben, zaman gini ada cewek yang mau naik sepeda. Nggak takut hitam ?"

"Kalau bukan hukuman mana mau gue naik sepeda. Kalau soal hitam sih nggak masalah buat gue, bisa putih lagi soalnya."

Samuel tertawa. Hukaman ?. "Emang siapa yang hukum Lo ?"

"Bokap." Ucapnya. "Yaudah, gue pamit ya."

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang