5 tahun kemudian....
Gadis berambut panjang yang di cat berbagai warna bak pelangi itu tampak mengepulkan asap rokoknya. Dengan sebelah tangan yang kosong, ia mengambil benda pipih berwarna hitam yang ada disamping sofa tempatnya duduk. Ia membuka aplikasi gambar dan melihat potret dirinya saat acara graduation day tadi. Yang tentunya tidak dihadiri oleh satupun kerabat dekatnya.
Lulus dengan IPK yang lumayan tinggi, cukup membuatnya merasa senang. Setidaknya, ia bisa membuktikan kalau ia bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, bahkan Velo berhasil masuk dalam 15 besar dengan nilai kelulusan tertinggi disalah satu universitas terbaik di dunia.
Ia menekan sudut rokoknya diasbak, hingga bara apinya mati, kemudian Ia berjalan menuju kulkas dan mengambil sekaleng minuman beralkohol yang telah didinginkan. Lalu, ia kembali ke ruang tengah.
Sejak hari itu. Hari dimana papanya meninggal, ia memutuskan untuk pergi. Pergi selama-lamanya. Meninggalkan luka dan kenangan yang masih teringat jelas di dalam otaknya.
"Apa kabar ?" Gumamnya yang entah ditujukan untuk siapa. Ia tertawa garing lalu meneguk minumannya.
5 tahun. Bukan waktu yang singkat untuk ukuran orang melarikan diri dengan berbekal beberapa lembar pakaian, passport, dan juga uang. Yang lebih menyakitkan lagi adalah, tidak ada satupun yang mencarinya. Mereka sama sekali tidak peduli, bahkan jika Velo mati membusuk di negeri orang mereka tetap tidak peduli.
Bisa dibilang ia benar-benar mengisolasi dirinya dengan memalsukan semua identitasnya. Memblock kartu debit, nomor telepon dan semua yang berhubungan dengan dirinya dulu. Seaakan saat ini ia sedang mematikan dirinya sendiri.
Pernah sekali. Ia tanpa sengaja bertemu dengan Evan. Tapi kakaknya itu terlalu bodoh untuk tidak mengenalinya. Padahal ia sengaja menumpahkan kopi ke kemeja pria itu. Bodoh sekali.
Ia menarik Hoodie yang menggantung di belakang pintu kamar dan mematikan mematikan lampu hanya untuk sekedar mencari angin. Ia sudah bosan berada didalam apartemen.
Tidak menemukan tempat yang harus ditujunya, Velo memutuskan untuk pergi ke minimarket saja. Ia hanya membeli beberapa minuman beralkohol, rokok, dan cemilan. Jangan heran, karena ini sudah menjadi kebiasaannya selama 5 tahun terakhir.
Ia duduk disalah satu bangku yang ada ditaman setelah selesai berbelanja. Ia lalu membakar rokok dengan pematik dan menghirup nikotin sebanyak-banyaknya.
Kini, ia bukan lagi gadis lugu yang bisa di bodohi. Kini ia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa, wanita yang mencintai kebebasan dan membenci kata cinta. Bahkan sejak kejadian itu, ia harus meninggalkan rutinitasnya. Meninggalkan mimpinya yang ingin menjadi atlet renang tingkat internasional. Ia berhenti.
Sesekali ia menghirup nikotin dari rokok yang dibakarnya sambil memainkan ponsel. Ia masih menyimpan foto sosok yang sangat dicintainya. Dulu. Sekarang ? Entahlah.
Ia membuang puntung rokok diatas rumput dan memilih untuk menyandarkan kepalanya pada tiang lampu yang berada disamping kirinya sambil menerawang kedepan.
"Apa yang bakal gue lakuin sekarang ?" Gumamnya.
Mungkin kedepannya ia akan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan. Berhubung dia mengambil jurusan manajemen bisnis.
"Velo."
Mendengar namanya dipanggil, dengan kaku ia menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan Velo, karena nama samarannya disini adalah Galdys. Jadi siapa yang berhasil mengetahui identitas lamanya ?
"Lo beneran Velokan ?" Tanya orang itu memastikan.
Velo menaikkan sebelah alisnya. Berpura-pura cuek, dan tidak mengenali wanita yang ada dihadapannya, padahal jelas sekali kalau ia mengenalnya. Rika !
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Novela JuvenilSi princess trouble maker yang ulahnya sudah diluar batas, terpaksa harus dinikahkan dengan anak dari sahabat keluarganya secara diam-diam. Velo yang awalnya tak terima, terpaksa harus menerimanya. Namun, dibalik itu semua sang pria ternyata sudah...