Chapter 10

100K 4.7K 21
                                    

Keesokan harinya. Pukul 07.30 pagi.

Lestari tengah sibuk membuat menu masakan khas kota Bontang di dapurnya. Menu tersebut adalah gamis bawi yang populer berasal dari daerah Bontang Kuala. Berbahan dasar sambel yang di campur dengan bawang, tomat, dan bumbu lainnya serta di ulek kedalam cobek kemudian ikan-ikan bawi pun di susun diatasnya dan di masak diatas kompor bersama cobeknya.

Sebenarnya bisa saja memasak di atas wajan, namun rasanya akan terasa lebih beda. Selang beberapa menit kemudian, Nafisah juga membantu Mamanya menyiapkan menu lain seperti, kue bolu, es Doger, dan cemilan lainnya.

"Ma?"

"Ya?"

"Apakah aku boleh bertanya sesuatu?"

"Soal Irsyad?" tebak Lestari tiba-tiba. Seketika membuat Nafisah terbungkam.

Lestari memperhatikan putrinya yang sedang mengiris buah melon dengan ukuran sedang dengan kedua pipinya bersemu merah. Lestari pun tersenyum tipis.

"Tiga hari yang lalu Irsyad ada hubungi Mama. Dia nggak banyak cerita kok. Cuma mau bilang silahturahmi kesini bersama Ayah dan Ibunya. Bahkan dia cukup berani meminta nomor ponsel Mama ketika bertemu di acara syukuran rumah Rara."

"Itu saja?"

"Memangnya kamu mengharapkan omongan apa? Pasti saat ini kamu berpikir berharap omongan dia ngelamar kamu? Mama benar kan?"

"Ha? I..itu, ah Mama apa'an sih. Mama ada-ada saja ngomongnya." timpal Nafisah dengan gugup.

"Jodoh itu nggak kemana Nafisah.." Lestari berjalan kearah Nafisah sambil membawa wadah yang berisi buah pepaya yang telah di kupas dan di cuci bersih. "Mama sih, sempat mikirnya begitu. Tapi nggak enak juga nanya secara langsung. Karena dia punya niat baik mau silahturahmi kesini, yaudah, Mama terima saja. Siapa tahu memang beneran dia mau lamar kamu? Iya, kan?"

Nafisah tersenyum tipis. Tidak juga mengangguk atau menjawab. Ucapan Mamanya barusan sudah berhasil membuatnya menahan malu dan rasa bahagianya.

❤❤❤❤

Danish akhirnya merasa lega, ketika hari ini Dokter mengatakan kalau Papanya itu boleh pulang. Sementara Diyah dan Neneknya,terlihat bersyukur.

"Yey, Alhamdulillah Kakek boleh pulang. Rasanya Diyah sudah nggak sabar mau cepat-cepat sampai ke rumah."

"Alhamdulillah." Aminah tersenyum tipis. "Nanti sampai rumah, Kakek harus istirahat dulu ya? Setelah itu, baru bisa temanin Diyah bermain dirumah."

"Tapi, sebelum pulang ke rumah kita di Balikpapan, kita jadi kan, kerumah Tante Nafisah?"

"Insya Allah jadi, sayang. Kalau nggak besok atau lusa."

"Kerumah Nafisah? Ngapain?" sela Danish diam-diam.

"Kami sepakat ingin menjodohkan kamu dengan Nafisah."

"Apa?" Danish tercengang. "Nggak, Ma. Aku nggak mau."

"Suka atau tidak, akan lebih baik kalau kamu menikah. Tapi ini semua untuk kebaikan bersama. Kamu tahu kan, seminggu yang lalu Diyah diculik? Allah baik banget sama kita. Alhamdulillah Diyah ketemu dalam keadaan semuanya baik-baik saja. Dengan mengandalkan pengasuh, itu semua tidak menjamin nak. Jangan sampai terulang lagi."

Jodoh Dari Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang