Chapter 14

91.4K 4.7K 32
                                    

"Lagian dia juga pria yang baik. Sholeh. Kita juga kenal keluarga dia, bagaimana orang-orangnya dan yang terpenting dia seiman sama kita."

Nafisah terdiam mendengar percakapan Mamanya dua hari yang lalu. Ia tidak menyangka Danish melamarnya. Lalu bagaimana dengan Irsyad yang malah bersikap dingin kepadanya beberapa hari yang lalu dirumah Rara? Apakah ia ada salah dengan pria itu? Ingin saja Nafisah bertanya banyak hal, tapi pria itu malah menghindarinya.

Nafisah berjalan mondar-mandir. Perasaan gelisah terus menghampirinya. Akhirnya Nafisah memilih duduk sembari berzikir. Dengan memperbanyak zikir, maka kita akan lebih sering mengingat Allah. Hati dan pikiran pun jauh lebih tenang. Seperti dalam Firman Allah

"Maka ingatlah pada-KU, maka Aku akan mengingat kalian." (QS Al-Baqarah:152)

"Ya, hamba mencoba berprasangka baik atas semuanya. Hanya Allah, yang tahu jalan terbaik buat hambaNYA. "

Setelah bermenit-menit Nafisah berdzikir, akhirnya ia terpikir untuk menghubungi Humaira. Humaira adalah adik kandung Irsyad, mungkin dengan berbasa-basi menanyakan Kakak lelakinya itu setidaknya ia akan mendapatkan jawaban yang tepat.

Nafisah segera meraih ponselnya dan menghubungi teman kerjanya itu. Detik berikutnya Nafisah merasa keheranan.

"Kok di reject sih? Apakah Humaira sibuk?"

❤❤❤❤

Ela sadar, sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk mendekati Danish. Pria itu telah melamar wanita lain, padahal sejujurnya ia berharap di lamar. Semua harapan itu hanya membawa kekecewaan saja. Meskipun berharap pada Allah, ketika Allah memberi takdir Danish bukan untuknya, maka pernikahan itu tidak akan terjadi.

"Tante, kita mau kemana?" tanya Diyah ketika ia sudah jalan kaki menuju depan gang sekedar jalan-jalan sore. Hari ini Ela membawa Diyah sebagai tanda perpisahan antara ia dengan keluarga Danish. Setidaknya, ada tercipta kenangan. Tidak dari Papanya, namun pada putrinya.

"Memangnya Diyah mau kemana?" tanya Nafisah balik.

"Em sebentar.. Diyah pikir-pikir dulu.."

Ela mengangguk. Ia menatap Diyah yang tengah berpikir. Sementara hawa terik panasnya matahari begitu menyengat kulit putihnya dan membuat Ela merasa jengah. Jika saja bukan karena Diyah, maka ia pun tak sudi berpanas-panasan seperti saat ini. Sejujurnya ia masih mencintai Danish.

"Tante, Diyah mau minum jus buah disana.." tunjuk Diyah kearah warung pedagang kaki lima di seberang jalan.

Ela pun mengangguk dan segera menuju penjual jus tersebut sambil menggandeng tangan Diyah. Sesampainya disana, Ela segera memesan Jus alpukat untuknya sementara Jus melon untuk Diyah.

Ela pun sibuk menonton film streaming di ponselnya dengan serius sambil menikmati segelas Jus. Lalu tiba-tiba kedua mata Diyah nampak berbinar melihat pedagang kecil yang menjual balon udara berbentuk boneka kucing.

"Tante.. Tante.. Diyah mau beli balon itu!"

"Hm, sebentar ya. Series nya lagi seru nih."

"Sekarang Tante, sekarang. Nanti penjualnya pergi jauh."

Ela mendengkus kesal dan merasa terganggu akibat rengekan Diyah. Bukannya gadis kecil itu anteng, malah meminta balon. Sedangkan ia sudah merasa kehausan.

"Diyah beli sendiri ya.."

"Tapi Diyah takut."

Ela tak menggubris bahkan menoleh kearah Diyah maupun kearah penjual balon. Tanpa mengabaikan ponselnya, Ela segera merogoh tasnya dan mengeluarkan selembar uang Rp.10.000

"Diyah harus berani beli sendiri. Kan nggak jauh, Tante tunggu sini ya."

"Tapi-"

"Nanti keburu penjual balonnya pergi loh.."

Diyah pun hanya bisa diam kemudian segera menurut dengan lagaknya yang polos. Ia pun mulai berdiri di pinggir jalan, merasa bingung bagaimana cara menyebrangi jalan yang penuh kendaraan lalu lalang tanpa henti.

Diyah memundurkan langkahnya, takut tidak bisa. Lalu tatapannya terfokus pada penjual balon tersebut yang tadinya berhenti, kini pria paruh baya itu kembali berjalan.

"Pak penjual balon tunggu.. Diyah mau beli balonnya!"

Bahkan suara Diyah tidak terlalu terdengar bersamaan dengan bunyian klakson pengendara lain yang meredamkan suaranya. Ela masih saja sibuk dengan ponselnya. Tidak menyadari apa yang ada disekitarnya seolah-olah streaming yang ia lakukan lebih penting dari segalanya.

Brak!

Detik berikutnya beberapa orang pun berlarian ke tengah jalan. Seorang gadis berumur 5 tahun tertabrak motor yang sedang melaju kencang tanpa bisa mengerem dengan cepat.

"Astaghfirullah!"

"Ya Allah! Ada kecelakaan.."

"Tolong hubungi ambulans..!"

"Astaga, anak kecil yang tertabrak. Tahan kunci motor pengendara itu! Jangan sampai kabur!"

DEG! Seketika Ela menghentikan aktivitas menontonnya, hanya mendengar kata anak kecil saat itu juga Ela segera berdiri dan menghampiri kerumuman orang banyak.

Ela menutup mulutnya, syok dengan apa yang ia lihat. Diyah yang ia abaikan sejak tadi menjadi korban kecelakaan.

"Ya ampun, Diyah!"

❤❤❤❤

Si Ela cari masalah 😭

Oh iya Jazzakallah khairan sudah baca. Doakan bs rajin update, harapannya gini terus walaupun kadang tertunda😌
Tapi ibu dg dua anak yg masih kecil ini tetap usaha buat update 😁

Komentar kalian tentang chapter ini...

Kesel nggak sama Ela?

Siapa yg penasaran, kejadian seperti apa sampai Nafisah di cap pelakor?

Ada yg percaya gak, Nafisah emang pelakor..

Kalian yg baca, lebih suka aku update malam jam berapa?

Jawab ya hhe..

____

With Love ❤
LiaRezaVahlefi

Akun instagram : lia_rezaa_vahlefii

Jodoh Dari Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang