Chapter 3

111K 5.9K 12
                                    

Flashback, beberapa tahun silam..

"Mas, sudah makan?"

"Sebentar lagi aku akan makan, sayang."

"Jangan ditunda ya, em, Mas lagi dimana?"

"Aku lagi di lokasi kejadian. Keadaan disini begitu macet. Ternyata kebakarannya disebabkan oleh tabung gas yang meledak."

"Oh gitu. Mas, Alhamdullilah disini aku nggak kesepian kalau Mama pulang jagain Papa."

"Sahabat kamu berkunjung lagi ke rumah sakit?"

"Iya, Mas. Alhamdulillah, sebulan sekali dia kemari kalau libur tanggal merah."

Danish tersenyum tipis. Sejak dulu ia memang tahu, bahwa istrinya itu memiliki sahabat bernama Nafisah meskipun ia tidak pernah melihatnya.

"Dia sahabat yang baik. Ah, dia kemari apakah sudah mendapatkan izin dari suaminya?"

"Justru dia ikut ke kota ini sama Abangnya, Mas. Dia itu belum menikah. Waktu datang ke resepsi kita saja dia tidak membawa pasangan. Mas lupa ya?"

Danish tersebut miris. "Bahkan aku tidak tahu orangnya yang mana."

Alina tertawa geli di balik suara panggilan ponsel. Danish sadar, meskipun kondisi Alina sering ngedrop, tapi istrinya itu tetap optimis untuk bisa sembuh meskipun kanker yang di hadapi sudah berlanjut stadium 2.

"Iya, deh iya, yang nggak pernah merhatiin wanita lain."

"Itu tugasku Alina. Seorang pria wajib menundukan pandangan kepada yang bukan mahramnya. Dia sahabatmu, bukan saudara yang tidak terlalu penting bagiku."

"Em, iya Mas, aku- argh.."

Danish panik. "Alina, kamu baik-baik saja?"

"Perutku hanya sakit."

"Yaudah, kamu istirahat ya. Sahabat kamu masih disana?"

"Iya Mas, dia ke toilet sebentar."

"Insya Allah, sore ini, begitu semua pekerjaanku selesai, aku akan kesana. Maafkan aku Alina."

"Ya Allah, Mas, justru aku yang minta maaf sama kamu sudah merepotkan kamu. Penyakitku-"

"Sshh, jangan bicara seperti itu lagi. Oke? Ini hanya ujian dari Allah buat kita. Yaudah, sayang istirahat dulu ya, Aku lanjut meliput berita dulu. Assalamualaikum."

Danish berdiri, menatap langit malam yang di penuhi cahaya bintang-bintang terang. Seketika bayangan masalalu kembali hadir di benaknya. Di saat seperti ini, kenapa hatinya semakin sakit? Apakah sesulit itu mengikhlaskan takdir yang diberikan oleh Allah padanya.

Disaat yang sama, wajah Nafisah terbayang di benaknya. Danish menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Astagfirullah.. Kenapa wajahnya tiba-tiba hadir di pikiranku? Ini tidak baik. Hanya wajah Alina yang boleh terlintas di benakku. Aku tidak ingin ada kenangan baru sementara yang lama adalah memori terindah. Meskipun singkat, tapi begitu berkesan."

Jodoh Dari Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang