"Pak, ada klien mau datang kemari. Beliau dari luar negeri."
"Siapa?"
"Mr. Brown. Katanya ingin membahas saham sama kita."
"Proyek baru?"
"Bisa di bilang begitu."
Sejak tadi Randi tidak menatap Danish yang berdiri di hadapannya. Ia sibuk menandatangani beberapa dokumen penting di atas meja. Ntah kenapa ia merasa kesal tanpa sebab dengan pria itu semenjak berita pria itu bersama Ela viral. Apalagi keduanya menikah.
"Apakah ada masalah, Pak?"
"Tidak."
"Akhir-akhir ini kenapa dia dingin sekali?" tanya Danish dalam hati.
"Pak?"
"Ya?"
"Jika ada kesalahan, silahkan katakan. Saya akan memperbaikinya."
"Sama sekali tidak ada, Danish." Akhirnya Randi menatap pria itu sambil tersenyum tipis, padahal sebenarnya hanya senyuman kesopanan sebagai formalitas.
"Kamu bekerja sangat baik dan profesional. Tidak mencampur adukan masalah pribadi dengan urusan kantor. Saya salut sama kamu."
Danish menatap Randi dengan curiga. Ia menyipitkan kedua matanya. Demi menjaga kesopanan, Danish tersenyum.
"Alhamdulillah kalau begitu. Saya bekerja dengan giat dan tulus untuk Bapak meskipun sebenarnya tidak mudah untuk saya."
"Tapi saya yakin kamu bisa mengatasi semua masalahmu. Ketika Allah memberikan ujian pada hambaNya, tandanya hamba tersebut mampu. Termasuk berpoligami. Semoga saja Nafisah dan Ela akan akur nantinya. Saya yakin mereka berdua wanita yang baik."
Danish tertawa pelan. Ada apa sebenarnya dengan atasan di hadapannya ini? Berusaha memuji atau meremehkannya? Menyindirnya?
"Tidak ingin mencobanya, Pak? Beristri 2 seperti saya." tanya Danish balik, berusaha untuk tetap sabar dan gak mau kalah.
Randi hanya menghedikkan bahunya, enggan untuk menjawab. Sementara pintu terbuka lebar, masuklah Lisa dengan gayanya yang angkuh seperti biasanya.
"Seorang Randi tidak mungkin berpoligami, Pak Danish. Mengurus saya saja belum cukup, bagaimana mengurus dua istri? Apalagi, saya istri yang perlu di bimbing seutuhnya. Bukan setengah-setengah. Apalagi di bagi-bagi. Sungguh wanita yang hebat seperti Ela yang mau di jadikan istri kedua."
Randi menghela napasnya dengan kasar. Lisa malah memperkeruh suasana saja.
"Lisa.. " Randi menatap Lisa penuh peringatan. Lisa hanya tersenyum puas seperti biasanya. "Mungkin suami saya merasa heran, kenapa wanita sebaik Nafisah malah di poligami? Em, jika sejak awal Nafisah bersama pria yang tepat, mungkin Nafisah tidak akan mengalami hal seperti itu. Maksud saya, pria yang tepat itu adalah Mas Randi. Suami saya itu pria yang setia. Saya yakin sampai kapanpun dia tidak akan mempoligami saya. Jadi, percuma saja Pak Danish menanyakan hal tadi padanya."
"Aku bisa saja menikahi 2 sampai 4 wanita sekaligus. Apalagi diriku mampu secara finansial Lisa, jadi kamu jangan besar kepala dan percaya diri."
"Benarkah?" Lisa tersenyum sinis. "Aku-"
"Maaf saya permisi dulu, Assalamu'alaikum." potong Danish cepat karena merasa muak dengan semua drama yang ada didepan matanya.
Bagi Danish, Randi baru saja menyindirnya, Lisa juga malah mengejeknya. Pantas saja mereka jodoh. Sama-sama cerminan. Setelah pintu tertutup, Randi berdiri dan langsung mencengkram lengan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Lauhul Mahfudz
RomanceTidak mudah bagi Danish untuk menjalin sebuah hubungan baru, ketika istri yang ia cintai meninggal dunia. Tidak mudah juga bagi Nafisah, ketika pria yang ia cintai malah mencampakkan dirinya. Namun siapa sangka, Danish dan Nafisah malah di pertemuk...