Kebetulan jadi Keberuntungan

1.8K 47 0
                                    

Semua siswa sangat antusias dalam mengikuti seleksi pemilihan anggota baru untuk organisasi Palang Merah Remaja, Pusat Informasi Kesehatan Remaja yang dikenal dengan sebutan PIK-Remaja dan Unit Kesehatan Sekolah. Mereka semua berlomba-lomba untuk unjuk kemampuan mereka masing-masing, tapi tidak dengan Zizi. Dia sama sekali tidak tertarik akan hal itu.

"ayo Zi lo harus ikut seleksi. Gue yakin lo pasti bisa lulus seleksi, bahkan lebih hebat dari yang lain." Seru Vanya sembari menarik Zizi untuk menuju keruang seleksi.
"aduh Van apaan sih, gue sama sekali gak minat buat jadi anggota, ntar capek lagi. Kalau lo mau, lo aja deh yang ikutan ntar gue tungguin lo sampe selesai seleksi." Jawab Zizi.
"kok jadi gue sih? tapi kan Zi..." belum sempat melanjutkan perkataannya, tiba-tiba seorang perempuan yang memiliki rambut sebahu itu menghampiri dan menegur mereka disela pembicaraannya dengan Zizi.
"kok kalian gak masuk? Gak mau ya ikut seleksi?" Tanya perempuan itu.
"eh kak Vera.. kita Cuma.. emm" Vanya menjawab pertanyaan Vera dengan sedikit gugup karena Vera adalah senior mereka.
"iya kak kita gak mau ikutan seleksi, kan udah banyak yang ikutan. Jadi kita itu mengurangi kapasitasnya kak, seharusnya kakak itu berterima kasih sama kita jadinya gak bosan kan mengulang pertanyaan yang serupa. Lagian jawab interview nya pasti harus yang bagus-bagus biar kepilih padahal gak mikir tuh bakal sesuai dengan yang diucapkan atau gak." Dengan PD-nya Zizi menjawab pertanyaan Vera tanpa memikirkan akibat yang nantinya akan ia tanggung.
"Zizi.. aduh kok lo.." seru Vanya sambil mencubit lengan Zizi.
"aww, sakit tau." Keluh Zizi sambil mengusap lengannya.
"eh maaf ya kak, dia gak bermaksud bilang kayak tadi. Dia Cuma.." perkataannya treputus ketika Vera memegang pundaknya.
"gak apa-apa kok, kakak suka kejujuran kamu." Sambil tersenyum melihat kearah Zizi.

Vera melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih sama-sama bengong karena tidak menyangka masih ada senior yang baik walaupun sudah dilontari dengan kata-kata yang sedikit tidak sopan.

                           ***

"hari ini kita ekskul apa ya Van?" Tanya Zizi pada Vanya yang sedang asyik melahap donat dimeja tempat mereka makan di kantin.
"ekskul apaan ya? Gak tau Zi gue juga lupa." Vanya menjawab diiringi dengan sengirannya yang sok manis menutupi ketulalitannya, dan kemudian ia kembali melanjutkan melahap donat-donatnya.
Sesaat kemudian Vera datang menghampiri meja mereka.
"hai.. kakak boleh duduk disini?" dengan nada yang akrab Vera menyapa mereka.
"oh boleh-boleh kak silahkan." Jawab Vanya secara spontan. Zizi hanya tersenyum melihat kedatangan Vera.
"emm kalian mau jadi anggota organisasi yang kakak pimpin sekarang?" Vera menawarkan mereka untuk menjadi anggota PMR, PIK-Remaja dan UKS.
"bukannya gak mau kak tapi kayaknya Vanya gak cocok deh kak dibidang yang gituan, Vanya itu sukanya yang berbau dengan Bulu Tangkis kak." Jelas Vanya menanggapi pertanyaan Vera. "gimana kalau Zizi aja kak? Dia cocok tuh kak, cocok banget malah." Lanjut Vanya yang mulai mempromosikan Zizi.
"kok jadi gue sih? Ahh lo Van hobinya mempromosikan orang." Timbal Zizi.
"Vanya benar, kayaknya kamu berbakat dalam bidang ini. Karena organisasi ini sangat membutuhkan orang yang seperti kamu." Seru Vera dengan senyum manisnya.
"aduh kak, kayaknya kakak salah pilih orang deh, soalnya Zizi itu gak seperti yang kakak bayangkan." Bantah Zizi pada Vera.
"oke, kakak kasih kamu waktu lima menit untuk kamu pikirkan tawaran kakak. Dimulai dari sekarang."
"udah Zi terima aja, toh lo gak perlu seleksi-seleksi lagi kan? Jarang-jarang ada tawaran yang kayak gini. Percaya deh sama gue lo itu punya skill dibidang ini." Ujar Vanya yang mulai merayu Zizi.
"tapi kak, bagaimana dengan teman-teman yang lain, mereka sudah susah payah mengikuti seleksi agar terpilih menjadi anggota, sedangkan Zizi yang sama sekali tidak ikutan tiba-tiba bisa jadi anggota, ini kan gak adil namanya. Zizi gak mau mereka salah paham." Jelas Zizi mencoba memberi pengertian pada Vanya dan Vera.
"Zizi cukup jawab iya atau tidak, waktu kamu semakin berjalan." Vera memperingatkan Zizi
"oke, Zizi akan kasih kakak jawaban dengan syarat kakak berikan Zizi alasan mengapa kak Vera memilih Zizi tanpa harus dengan mengikuti seleksi terlebih dahulu?"

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang