Part 5

576 24 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa mulai membereskan semua barang-barangnya dan bergegas pulang ke rumah. Begitupun halnya dengan Zizi dan Vanya. Perjalanan dari ruang kelas sampai ke pos satpam sekolah mereka rasanya kurang panjang untuk waktu bercerita dengan Vanya. Zizi menceritakan apa yang tengah ia alami saat ini, ingin ia memutar waktu agar semua itu tidak terjadi. Vanya yang kepribadiaannya memang mudah naik darah ketika mendengar atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya, mengepalkan semua genggamannya yang seakan sudah siap untuk melayangkan kepalan tangannya tersebut pada Anka.

"bener-bener ya tuh orang." Ucap Vanya kesal. Emosi Vanya yang tengah meledak-ledak semakin bertambah ketika Anka menghampiri mereka dan mencoba untuk mengajak Zizi bicara. Bukan suatu kebetulan, Anka memang telah menunggu Zizi didepan pintu gerbang sejak bel pulang sekolah berbunyi.

"Zi, maafin gue Zi. Gue tau gue salah, tapi plis maafin gue. Gue bisa jelasin semuanya." Seru Anka.

Zizi sama sekali tidak memperdulikan perkataan Anka, hanya senyum sinis yang ia torehkan pada Anka. Berharap Zizi yang akan memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya, namun yang menanggapi seruan Anka adalah Vanya dengan amarahnya yang sudah tidak dapat terbendungkan lagi.

"masih berani ya lo nongolin muka lo didepan Zizi? gue heran, lo itu cowok tapi kok gak ada tegas-tegasnya dikit. Seharusnya lo bisa ngatasin semua ini agar tidak terjadi, gue tau lo juga masih cinta kan sebenarnya sama si Debi. Emang lo pikir Zizi tempat penampungan apa? Zizi bukan tempat pelarian." Ujar Vanya.
"oke gue memang salah, tapi apa gak ada kesempatan buat gue jelasin semuanya. Zi, gue Cuma minta waktu lo bentar aja buat dengerin penjelasan gue." Pinta Anka.
"oke gue kasih lo kesempatan buat ngejelasinnya. Udah buruan ngomong lo mau jelasin apa?" desak Zizi.
"tapi gue maunya kita bicara empat mata aja Zi." Pinta Anka kembali.
"eh lo itu bener-bener ya. Udah dikasih hati minta jantung." Gerutu Vanya kesal.
"udah Van gak apa-apa kok." Ucap Zizi.
"beneran Zi lo gak apa-apa nih kalo gue tinggal?" Tanya Vanya. Zizi pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"yah udah deh kalo gitu gue pulang duluan ya Zi." Ujar Vanya sambil melambaikan tangannya. "awas lo kalo sampai terjadi apa-apa sama Zizi, gue gantung lo." Ancam Vanya pada Anka.

Anka pun mulai menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi, ia mengaku salah karena ketidaktegasannya pada teman-temannya sehingga membiarkan mereka melakukan semua itu pada Zizi.

"gue ngerti posisi lo. Tapi yang bikin gue kecewa bukan karena kita batal jadian tapi karena kenapa gue harus mengetahui semua ini dari mulut orang lain, kenapa gak dari lo langsung ka? Trus apa maksud lo minta gue jadi pacar lo sedangkan lo sendiri masih belum bisa ngelupain mantan pacar lo? Gue bukan tempat pelarian ka." Jelas Zizi.

"oke, gue ngaku gue salah. Gue plin plan trehadap perasaan gue sendiri, tapi gue juga gak bisa memungkiri bahwa kalian berdua itu adalah orang yang sangat gue sayangi. Gue gak mau kehilangan lo berdua." Ujar Anka.
"oohh.. gitu? Egois banget berarti lo ya? Sekarang gue tanya, lo pilih gue atau Debi?" Tanya Zizi.
"gue pilih lo Zi." Jawab Anka singkat.
"iya lo pilih gue tapi perasaan lo masih buat Debi. Lagian gue gak mau nerima lo."  Ucap Zizi ketus.
"Zi, kita bisa perbaiki semuanya. Sekarang lo lagi emosi, pikiran lo belum stabil. Semua orang sudah tau bahwa kita pacaran, masak iya kita putus Zi?" seru Anka.
"emang kita pernah jadian? Denger ya ka, yang kemarin itu gak sah dan gue gak pernah nganggap itu terjadi." Jelas Zizi.
"Zi, tiada salahnya kan jika kita coba jalani kembali. Kita mulai semuanya dari awal." Ujar Anka.
"cara kita jadian aja udah gak sehat, gimana mau ngejalani. Dan asal lo tau ka, demi gak ngecewain lo gue muter otak gue mikirin jawaban apa yang mesti gue kasih sama lo karena ini tuh udah yang kedua kalinya lo nembak gue. Lo kan tau hati gue, gue cintanya sama siapa. Tapi demi mikirin perasaan lo gue korbanin perasaan gue. Lo gak pernah pikirin semua itu kan?" jelas Zizi.
"maafin gue Zi, gue bener-bener udah nyakitin lo. Seharusnya gue sadari hal itu dari dulu." Sesal Anka.
"gue udah maafin lo ka." Jawab Zizi singkat.
"tapi gue tetap jadi sahabat lo kan?" Tanya Anka.
"sampai kapanpun gue tetap bakal jadi sahabat lo." Ujar Zizi sambil tersenyum.
"kalo gitu gue anterin lo pulang ya." Ajak Anka.
"gak perlu ka, makasih." Ucap Zizi yang kemudian berlalu menghadang Alka yang sudah siap menancap gas kendaraannya.

"Al, gue ikut pulang bareng lo ya." Belum sempat memberikan jawaban apa-apa Zizi sudah naik menunggangi motor yang dikemudikan Alka, sehingga tidak ada alasan untuk menolak lagi.
"tapi Zi..' ujar Anka yang mencoba menahan Zizi.
"gue lagi gak pengen lo ganggu dulu ka, gue balik duluan ya. Yuk Al jalan." Pinta Zizi tanpa mengingat siapa yang sedang ia mintai tumpangan untuk membawanya pergi dari tempat tersebut.

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang