part 2

864 22 0
                                    

Kring..Kring..Kring

Alarm Zizi berbunyi. Zizi yang masih ingin memanjakan tubuhnya dengan kasur dan bantal gulingnya enggan beranjak bangun dari tempat tidurnya meski alarm sudah berdering berisik mengganggunya.

"duh bentaran lagi kenapa, berisik tau. Bisa berhenti kan bunyinya?" gerutu Zizi pada alarmnya itu. Jelas saja tidak bisa berhenti alarm tersebut berbunyi kalau tidak dimatikan. Zizipun mematikan alarmnya, namun sejenak kemudian telinganya kembali dibisingkan dengan suara dering ponselnya.

"duh.. apa lagi sekarang, alarmnya udah matikan kenapa masih berisik." Gerutu Zizi kembali. Zizi pun meraih ponselnya dan mengangkat telpon tersebut.

"Zi, kemana aja sih? Lama banget angkat telponnya." Seru suara Era dari ponselnya.
"apaan sih kak, berisik banget. Ngapain kakak nelpon pagi-pagi gini ganggu tidur aku aja. Gerutu Zizi dengan suaranya yang masih malas karena baru bangun tidur."
"kamu baru bangun Zi? Ya ampun Zi, ini udah jam berapa? Jam 7 cantik, kamu gak sholat subuh?" Seru Era.
"iya kak, aku tahu sekarang udah siang. Tapi aku beneran masih capek banget. Aku juga lagi gak sholat. Kakak ngapain nelpon pagi-pagi gini?" Jelas Zizi.
"baiklah. Temenin kakak yuk, hari ini kakak ada jadwal pemotretan buat foto prewedd. Mau ya, nanti jam 9 kakak jemput. Okee daa cantik. Muaahh." Ujar Era dan langsung menutup telponnya agar ia tidak mendengar alas an Zizi untuk menolak permintaannya.
"langsung ditutup. Waah, kak Era bener-bener maksa banget kalo gini. Baiklah apa boleh buat tidak ada pilihan, dan Zizi harus bangun. Hoaaaammmm." Ucap Zizi sambil beranjak dari tempat tidurnya.

Tidak terasa dua jam telah berlalu dan Era pun datang untuk menjemput Zizi.

Teen..Teen..Teen..
klakson mobil Era berbunyi. Era meminta izin pada tantenya tersebut ingin membawa Zizi untuk menemaninya. Tidak lama kemudian Zizi keluar dari kamarnya.
"bunda, Zizi berangkat dulu ya. Duh, kak Era bener-bener on time banget." Gerutu Zizi sambil berpamitan pada ibunya.
"harus on time lah kan mau prewedd, kamu juga gitu kalo kamu menikah nanti. Tante, kita jalan dulu ya." Seru Era.
"iya iya tau deh yang mau nikah. Kalo aku yang menikah nanti, liat aja kak Era juga bakal aku repotin lebih dari ini." Ledek Zizi.
"baiklah apapun ini, yang penting kita berangkat dulu sekarang." Seru Era sambil menyalakan mobilnya.
"lagian kakak kenapa gak minta jemput sama kak Rizky aja? jadikan biar sekalian gitu kalian pergi berdua aja." Tanya Zizi.
"kakak itu sengaja sekalian mau ajak jalan kamu sayang, kita kan udah lama gak jalan barengkan. Oh iya karena sibuk kemarin kakak sampai lupa nanyain gimana kuliah kamu? Gak ada masalah kan?" Tanya Era.
"semuanya berjalan lancar kak, memang sih sedikit melelahkan. Kakak tahu sendiri kan yang Zizi hadapin setiap hari itu seperti apa, belajar memahami tentang mereka yang mengalami penyakit Psikogenik, khususnya skizofrenia. Ternyata jadi Psikiater itu gak semudah yang Zizi bayangin dulu." Jawab Zizi.
"kamu sih, kemarinkan udah kakak bilang jadi seorang Psikiater itu gak mudah, tapi masih aja ngotot gak mau dengerin. Padahal masih banyak jenis spesialis yang lain, spesialis anak, spesialis obgyn, jantung, dan masih banyak yang lain." Seru Era.
"dulu itu Zizi tertarik dengan profesi itu karena berdasarkan hidup yang Zizi alami kak, dari persoalan orang tua kandung Zizi, sampai keurusan cinta Zizi. dan karena itu juga sampai sekarang Zizi gak gila karena masa lalu Zizi dan mampu bangkit lagi."  Jelas Zizi.
"ah kamu lebai dek. kakak takut lama-lama kamu yang ngalamin gangguan kejiwaan. Sebegitu besarnya ya cinta kamu pada laki-laki itu?" Ucap Era.
"enak aja. Kan aku yang ngobatin kok jadi ikutan stress. Sebesar apapun cinta Zizi dulu, Semua itu hanya masa lalu kak." Seru Zizi sambil tertawa kecil pada Era.

Saat ini Zizi sedang kembali melanjutkan menempuh pendidikannya sebagai seorang dokter spesialis kejiwaan, setelah ia berhasil mendapatkan gelar sebagai dokter umum dengan jerih payahnya selama 5 tahun. Ini adalah tahun ketiga Zizi menjalani kuliahnya sebagai mahasiswa spesialis kejiwaan. Tak jarang ia selalu mengahadapi berbagai kondisi kejiwaan mulai dari yang ringan hingga yang berat sekalipun saat ia sedang melakukan praktik ataupun hanya dalam hal teori karena itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Karena terlalu asyik dengan obrolan mereka tidak terasa bahwa mereka telah sampai ke tempat pemotretan.

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang