Rahasia Terungkap || Part 2

1K 45 1
                                    

"Zizi buka pintunya sayang, dari kemarin kamu belum makan, hari ini kamu juga gak masuk sekolah. Jangan gini dong sayang, bunda sedih liat kamu kayak gini." Bundanya kembali merayu Zizi agar tidak mengurung diri didalam kamarnya lagi.
"Zizi gak sayang ya sama ayah dan bunda? Ayah janji ayah akan jelasin sama kamu yang sebenarnya tapi buka dulu dong sayang pintunya." Timbal ayahnya.

Kreteek...
Zizi membuka pintunya. Namun ia kembali menyembunyikan wajahnya dibalik bantal gulingnya. Kedua orang tuanya mencoba mendekati Zizi dan menjelaskan semuanya.

"siapa yang bilang Zizi bukan anak ayah dan bunda? Sampai kapanpun Zizi akan tetap menjadi anak kesayangan kami." Rayu bundanya sambil membelai rambut Zizi.
"udah lah bun, katakan pada Zizi yang sebenarnya, jangan tutupi lagi. Zizi ini sudah besar sudah sepantasnya Zizi mengetahui yang sebenarnya." Pinta Zizi yang telah memutar badannya.

Kedua orang tuanya sama-sama terdiam, mereka bingung harus menjelaskannya mulai darimana dan mereka juga tidak ingin membuat putri kesayangan mereka merasa sedih. Tetapi semuanya sudah terlanjur, Zizi sudah terlanjur mendengar dan mengetahui pembicaraan mereka, jika tetap mengatakan hal yang bohong itu sudah tidak mungkin karena Zizi sudah terlalu besar untuk dibohongi.

"ayolah ayah, bunda ceritain yang sebenarnya." Desak Zizi kembali. Namun kedua orang tuanya masih tetap diam mematung dengan mata yang saling memandang seakan memberi isyarat apa yang harus kita katakan?
"baiklah, jika ayah dan bunda tidak mau cerita gak apa-apa, tapi jangan harap Zizi mau bicara dengan ayah dan bunda lagi. Zizi juga gak akan pernah percaya lagi dengan apa yang ayah dan bunda katakan." Ancam Zizi pada kedua orang tuanya.
"kok ancamannya kejam amat sayang?" Tanya bundanya.
"oh iya dong. Zizi kan udah berbesar hati memberi kan ayah dan bunda kesempatan untuk menceritakan semuanya, tapi tetap aja gak mau cerita. Ya udah."
"oke. Ayah akan jelasin semuanya tapi dengan satu syarat." Kini giliran ayahnya yang meminta syarat pada putrinya yang satu itu.
"apa?" jawab Zizi singkat.
"kamu harus janji dulu, setelah kamu mendengar semua penjelasan ayah. Kamu gak akan sedih lagi dan gak ngambek lagi sama ayah dan bunda."  Seru ayahnya.
"tergantung." Zizi kembali menjawabnya dengan singkat.
"kok tergantung sih." Tanya ayahnya bingung.
"iya tergantung cerita ayah dulu. Udah pokoknya cerita dulu." Zizi kembali mendesak mereka.
"pokoknya janji dulu." Ayahnya kembali memberi tawaran pada Zizi.
"iya deh iya Zizi janji." Jawab Zizi menyerah.
"nah gitu dong, itu baru namanya anak ayah." Ayahnya tersenyum sambil mengusap kepala Zizi. Kemudian disusul dengan senyum bundanya.

Pelan-pelan ayahnya menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Zizi bahwa tiga belas tahun yang lalu, saat itu Zizi baru berumur dua tahun. Orang tua kandung Zizi bercerai karena sudah tidak ada kata sepakat lagi dalam kehidupan rumah tangga mereka, memang pada dasarnya watak kedua orang tua Zizi memang sama-sama keras kepala, tidak ada yang ingin mengalah jika mereka sedang bertengkar. Setelah mereka berpisah ayah kandung Zizi pergi entah kemana, tidak ada satu orangpun yang mengetahui keberadaannya. Kemudian disusul dengan kepergian ibu kandung Zizi pula yang pergi meninggalkan rumah sama seperti ayahnya. Zizi dititipkan pada neneknya yang sudah tua rentah. Mengetahui hal itu Ayah dan bunda yang sekarang telah membesarkan Zizi tidak tega melihat hal itu, nenek yang sudah tua itu harus merawat anak kecil seusia yang terbilang masih cukup kecil dan masa-masa yang sudah butuh pengawasan. Dan secara kebetulan kedua orang tua Zizi yang sekarang belum mempunyai buah hati ditengah kehidupan mereka hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengadopsi Zizi. Sejak saat itu mereka merawat dan membesarkan Zizi dengan baik, mereka sangat menyayangi Zizi, apapun akan mereka lakukan demi putri mereka satu-satunya itu. Bagi mereka tidak ada anak angkat, Zizi adalah putri mereka.

"terus nenek Zizi dimana sekarang?" Tanya Zizi.
"nenek Rima meninggal dunia, seminggu setelah kami mengadopsimu nak." Ayahnya menjawab pertanyaan Zizi.
"mereka jahat bunda, mereka tega buang Zizi, Zizi salah apa? Sehingga mereka tidak menginginkan kehadiran Zizi." Gerutu Zizi sambil menangis memeluk bundanya.
"tidak sayang, Zizi tidak salah. Zizi kan masih punya bunda, ada ayah yang akan selalu menyayangi  Zizi." hibur bundanya.
"Zizi pasti ngerepotin ayah sama bunda, soalnya dari dulu Zizi terlalu manja kan?" Tanya Zizi pada kedua orang tuanya.
"tidak sayang, Zizi sama sekali gak pernah ngerepotin ayah sama bunda. Kalo manja ya wajar nak, Zizi kan anak ayah dan bunda. Zizi itu anak ayah yang paling hebat, jagoan ayah." Ayahnya juga menghibur Zizi yang sedang menangis.
"jagoan bunda juga dong." Timbal bundanya sambil tertawa.

Zizi tersenyum mendengar ucapan kedua orang tuanya walaupun sebenarnya jauh dilubuk hatinya yang paling dalam, hati Zizi sangat hancur atas kenyataan ini. Tapi ini adalah takdir yang harus Zizi terima dan Zizi jalani. Tidak lama kemudian terdengar suara bel rumah mereka berbunyi.

"kayaknya ada tamu tuh, biar bunda yang liat yah. Senyum dong, bunda sayang Zizi." Ucap bundanya sambil mencium kening Zizi dan kemudian pergi meninggalkan Zizi untuk membukakan pintu. Ternyata Vanya yang datang, sesuai dengan apa yang telah ia niatkan ketika jam istirahat tadi, bahwa ia akan datang ke rumah Zizi untuk melihat keadaannya.

"permisi tante, Zizi nya ada?" Tanya Vanya dengan senyuman termanisnya.
"oh ada. Kamu temennya Zizi ya?" Bunda Zizi pun bertanya balik.
"iya tan, temen sekelasnya." Jelas Vanya.
"ayo silakan duduk, nanti tante panggilin Zizi sambilan tante bikinin kamu minum ya."
"eh gak usah repot-repot tante."
"gak apa-apa, gak repot kok."
Tidak lama kemudian Zizi pun menemui Vanya yang sudah terduduk diruang tamu.

"Vanya..." seru Zizi sambil memeluk sahabatnya itu.
"Zizi.. lo kemana aja, gak masuk sekolah kok gak ngabarin gue. Lo baik-baik ajakan?" Tanya Vanya cemas sambil memeriksa tubuh Zizi, kali saja ia menemukan hal yang lecet atau cacat pada tubuh Zizi. Vanya memang lebay.
"gak usah lebay deh, gue baik-baik aja kok, sorry gue gak ngabarin lo. Lagi gak enak badan aja dikit." Jelas Zizi.
"syukur deh kalo gitu." Vanya tersenyum lega.

Kemudian ia langsung menceritakan pada Zizi tentang semua kejadian yang ia alami selama di sekolah tanpa Zizi. Mulai dari bohong pada bu Nita, duduk sendirian, tidak berhenti mengotak-atik ponsel hingga tentang Alka yang menanyakan keadaan Zizi, semuanya Vanya ceritakan, tidak ada satu episode pun yang terlewatkan. Kayak sinetron dong.. Alhasil, semua cerita Vanya dan kekonyolan Vanya selama di sekolah berhasil membuat Zizi tertawa terbahak-bahak.

                         ***

Zizi menerawang kelangit-langit kamarnya, ia berpikir haruskah ia menghubungi Alvino? Zizi benar-benar tidak tahu harus menggunakan cara apa lagi untuk mengetahui hal apa yang disukai oleh Alvino. Setelah cukup lama berpikir akhirnya Zizi menggerakkan jemarinya untuk mengetik sebuah pesan diponselnya untuk Alvino.

Hy.. alvino ya?
Delivered to : xxxx773065

Iya, siapa ya?
Sender : xxxx773065

Ini Zizi, anak kels X.A
Delivered to : xxxx773065

Oh Zizi, mudah-mudahan gue gk salah org ya.
Sender : xxxx773065

Maksudnya?
Delivered to : xxxx773065

Soalnya gue agak lupa2 gitu. Takutnya salah org.
Sender : xxxx773065

"Wah sialan nih orang, emang disekolah yang namanya Zizi ada berapa sih? Perasaan Cuma gue deh. Sabar Zi, sabar." Gerutu Zizi sambil menarik napasnya pelan-pelan.

Oke, to the point aja ya. Gue dapet nama lo dlm 10 kebaikan itu, sebutin aja lo mau apa? Tp jgn yg aneh2 ya.
Delivered to : xxxx773065

Hha.. wah Tuhan itu memang baik ya, ngasih nama gue sm lo. Terserah lo mau ngelakuin apa, gue bakal accept aja
Sender : xxxx773065

Kok terserah sih?
Delivered to : xxxx773065

Udah, tulis aja semau lo. Ntar kalo ditanya gue bakal iya in semua.
Sender : xxxx773065

Serius lo?
Delivered to : xxxx773065

2 rius neng, udah gk usah dipikirin. Bahas yg lain aja ya.
Sender : xxxx773065

Sejak malam itu, Zizi dan Alvino sering saling mengirimi pesan singkat. Zizi benar-benar tidak menyangka hubungannya dengan Alvino akan sedekat itu. Namun Zizi tetap menanggapi kedekatannya itu hanya sebatas teman karena Zizi masih penasaran dengan laki-laki yang memiliki nama Alka itu, sudah hampir satu minggu Alka kembali bersikap dingin dan cuek. Jadi makin penasaran sama ni cowok, kayaknya betah banget dengan kediaman. Lagi-lagi ada saja yang membuyarkan lamunan Zizi. Vanya dan Hesti menghampiri Zizi.

"hayo.. lagi ngelamunin apa?" Tanya Vanya.
"gue tebak. Pasti lagi mikirin Vino ya?" goda Hesti
"apaan sih, gue ni lagi mikirin kira-kira yang megang nama gue itu siapa?" Zizi bertanya pada kedua temannya itu, berharap akan menemukan siapa yang mendapatkan namanya pada sepuluh kebaikan itu, walaupun hanya untuk ciri-cirinya saja.
"oh iya, nih ada titipan buat lo." Seru Hesti sambil memberikan sebuah kotak dihadapan Zizi.
"apaan nih? Dari siapa?" Tanya Zizi bingung.
"nggak tau tuh. Tadi Leo yang kasih, gue tanya dari siapa, katanya dari seseorang." Jelas Hesti.
"cie..cie.. yang dapet something dari someone." Ledek Vanya sambil sesekali menyenggol tubuh Zizi.
"resek lo, palingan ini sepuluh kebaikan itu. Tapi dari siapa ya?"

Bersambung~~~

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang