Rahasia Terungkap || Part 1

1.1K 50 0
                                    

Pulang sekolah adalah hal yang terindah bagi Zizi, bertemu dengan kedua orang tuanya dan bersenda gurau bersama mereka membuat rasa letih dan penat yang dirasakan Zizi selama berada disekolah seperti langsung terbayar dengan senyuman yang terlontar dari bibir kedua orang tuanya. Zizi sangat mencintai keluarganya terutama kedua orang tuanya yang merawat dan membesarkannya selama ini. Bagi Zizi tidak ada hal yang lebih penting selain kebahagiaan orang tuanya. Zizi anak yang sedikit manja karena ia adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya, namun Zizi belum pernah membuat mereka kecewa dalam hal apapun karena Zizi selalu mematuhi apapun yang dikatakan dan diperintahkan oleh orang tuanya. Zizi juga jarang meminta apa-apa pada orang tuanya kecuali yang wajib baginya ialah uang jajan dan keperluan sekolahnya.

"aku pulang.." seru Zizi dengan nada yang ceria sambil meletakkan tas yang ada dipunggungnya ke atas kursi tamu.
"kok sepi ya, ayah sama bunda kemana? Belum pulang kerja, gak mungkin ini kan udah sore." Gerutu Zizi sambil merebahkan tubuhnya disofa.

Tiba-tiba Zizi mendengar sayup-sayup seperti suara orang yang sedang berdebat, dengan penasaran Zizi mencari sumber darimana suara itu berasal. Yap.. Zizi mendapati kedua orang tuanya sedang berdebat didalam kamarnya.

"Ayah sama bunda kenapa yah? Berantem? Karena apa, selama ini kan gue gak pernah dengar mereka ribut." Gerutu Zizi kembali. Tidak ingin terlalu ikut campur dengan masalah kedua orang tuanya Zizi memutuskan untuk pergi kekamarnya, namun ketika Zizi melangkahkan kaki untuk pergi dari depan kamar orang tuanya, tidak sengaja Zizi mendengar namanya disebut dalam perdebatan itu sehingga membuat Zizi semakin tertarik untuk mendengarkan hal apa gerangan yang menjadi perdebatan mereka.

"tapi aku takut mas, suatu saat Zizi akan mengetahui hal ini. Zizi anak kita mas, dan selamanya akan tetap menjadi anak kita." Ucap Bunda dalam tangisnya.
"aku tahu itu. Jangan khawatir tidak ada orang yang akan mengetahui akan hal ini. Jangan pernah bahas masalah ini lagi, ini sudah belasan tahun yang lalu." Suara Ayah yang mencoba untuk menenangkan hatinya bundanya Zizi.
"tapi mas, aku benar-benar takut kehilangan dia." Sambung bundanya kembali.

Zizi yang tadinya berniat ingin mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya, kini langsung memutar tubuhnya dengan linangan airmata yang sudah siap untuk melimpah dan membanjiri ruangan itu, ia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Ia pun terduduk lemas didepan pintu kamar orang tuanya dengan tangan yang masih memegang gagang pintu. Ayah dan bundanya kemudian menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menangis didepan pintu kamar mereka. Dengan paniknya bundanya langsung berlari kearah pintu kemudian langsung membukanya. Dada bundanya seperti diikat dengan seribu lilitan tali tambang sehingga membuatnya hampir sulit untuk bernapas ketika ia mendapati Zizi yang sedang menangis didepan pintu. Zizi telah mendengar semuanya.

"Zizi..." dengan penuh sesal bundanya memanggil nama Zizi. Namun, ketika Zizi mendengar suara itu, Zizi langsung berdiri dan kemudian berlari menuju ke kamarnya dan meninggalkan bundanya yang gagal meraihnya. Kedua orang tuanya mengejar Zizi, sayangnya Zizi mengunci pintu kamarnya. Kenyataan itu membuat hati Zizi benar-benar hancur, orang tua yang selama ini menyayanginya, merawatnya dengan penuh cinta ternyata bukanlah orang kandungnya.

"Tidak mungkin, ini tidak mungkin. Jika mereka bukanlah orang tua kandungku, lalu siapa orang tua kandungku yang sebenarnya? Siapa?" Jerit Zizi dalam tangisnya.
"nak buka pintunya sayang." Pinta ayahnya sambil mengetuk pintu kamar Zizi.
"iya sayang buka pintunya." Timbal bundanya. Namun Zizi tetap berdiam diri didalam kamarnya, sama sekali tidak menghiraukan kedua orang tuanya yang sudah begitu lama menunggunya didepan kamar agar dibukakan pintu. Yang ada dalam pikiran Zizi hanya lah berjuta pertanyaan akan siapa orang tua kandungnya.

                           ***

Hingga larut malam pun Zizi tak kunjung juga keluar dari kamarnya, ia tetap mengurung diri dikamarnya. Ayah dan bundanya sudah berulang kali bahkan hampir tidak pernah jauh dari pintu kamar Zizi, memintanya untuk membukakan pintu.

"ayolah nak, jangan seperti ini, bunda sangat sedih jika kamu mengabaikan kami seperti ini. Ayo sayang buka pintunya." Pinta bundanya kembali.
"Zizi anak ayah dan bunda, ayah tidak pernah kan mengajari Zizi untuk bersikap seperti ini." Rayu ayahnya.
"maaf yah, tapi Zizi benar-benar lagi tidak ingin diganggu, Zizi mohon mengerti lah. Zizi ingin sendiri ayah." Akhirnya ada suara yang dikeluarkan Zizi, setelah berjam-jam mereka membujuk agar Zizi keluar dari kamarnya, walaupun belum berhasil membuat Zizi membukakan pintu untuk mereka tapi setidaknya mereka sudah mendapat sahutan dari Zizi dan Zizi dalam keadaan baik.
"tapi dari tadi sepulang sekolah kamu belum makan apa-apa nak, nanti kamu sakit. Kamu makan dulu ya." Bundanya menawarkan pada Zizi untuk makan malam.
"Zizi baik-baik aja, Zizi gak laper." Jawab Zizi singkat.
"yaudah, tapi Zizi janji ya besok pagi ayah sama bunda gak bakal dicuekin lagi." Seru ayahnya sambil mengajak bundanya pergi dari depan kamar Zizi.

                           ***

Teeet...teeet...
Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajaran yang pertama akan segera dimulai. Ibu Nita yang mengajar mata pelajaran kesenian sudah memasuki ruang kelas mereka. Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai, Ibu Nita tidak pernah lupa dalam mengabsen siswa-siswinya untuk memastikan tidak ada satu murid pun yang tidak mengikuti mata pelajarannya tanpa alasan. Namun ketika nama Zizi disebut, tidak ada satu orang pun yang menjawab. Zizi tidak masuk sekolah hari itu, tidak ada satu dari mereka yang mengetahui apa alasan Zizi tidak masuk sekolah hari itu, bahkan Vanya sahabatnya pun tidak tahu mengapa Zizi tidak masuk sekolah.

"Zizi.." Ibu Nita mengulangi panggilannya.

Duh Zizi kemana sih, kok tumben gak masuk tapi gak ngabarin apa-apa sama gue. Apa Zizi telat ya? Aah tapi gak mungkin, Zizi kan on time banget orangnya. Aduh gimana ya? Gumam Vanya dalam hatinya.

"hari ini Zizi tidak masuk? Ada yang tahu mengapa ia tidak masuk?" Ibu Nita bertanya kepada seluruh siswa kelasnya.
"ee, sakit bu. Iya Zizi sakit bu." Jawab Vanya spontan.
"sakit? Tahu darimana kamu kalau dia sakit?" Tanya Ibu Nita pada Vanya.
"ee, tadi pagi ayahnya telpon Vanya bu, katanya Zizi sakit. Sakitnya mendadak bu." Jawab Vanya berbohong pada bu Nita. Vanya tidak bermaksud untuk membohongi gurunya itu, akan tetapi jika ia tidak berbohong maka itu akan menjadi masalah baru buat Zizi, karena bu Nita tidak menyukai siswanya yang tidak mengikuti pelajarannya tanpa alasan yang jelas. Walaupun sebenarnya Zizi memang salah, tidak masuk sekolah tapi tidak memberi kabar apapun pada siapapun.

"oke ibu terima alasan kamu. Iya anak-anak mari kita lanjutkan pelajaran kita.." seru ibu Nita dan langsung meneruskan materi pembelajarannya. Mendengar pernyataan ibu Nita, Vanya menghela napasnya dengan lega. Sambil sesekali kembali bergumam dalam hatinya. Ya ampun Zi, lo itu kemana sih, gue jadi kepaksa bohong kan sama bu Nita.

Setelah jam pelajaran selesai Vanya mencoba untuk menguhubungi Zizi dan menanyakan mengapa Zizi tidak masuk sekolah hari itu. Tapi sayangnya usaha Vanya sia-sia, semua pesan yang dikirim Vanya melalui ponselnya, tidak ada satupun yang direspon oleh Zizi. Berulang kali Vanya mencoba menelpon Zizi dengan harapan akan ada jawaban, namun Zizi tak kunjung juga mengangkat telpon dari Vanya. Vanya semakin khawatir dengan keadaan Zizi hingga akhirnya ia memutuskan sepulangnya dari sekolah nanti ia akan pergi ke rumah Zizi untuk memastikan keadaan Zizi yang sebenarnya.

Selama jam istirahat berlangsung Vanya hanya sibuk mengotak-atik ponselnya, tanpa memperdulikan donat-donat yang ada di kantin seperti hari-hari biasanya.
"tumben lo gak ke kantin Van?" tegur Indra padanya.
"lagi gak pengen aja." Jawabnya singkat.
"temen lo beneran sakit?" Tanya Alka penasaran.
"siapa?" Vanya kembali bertanya pada Alka.
"ya Zizi lah, emang yang gak masuk dikelas kita siapa lagi." Jelas Indra.
"gue gak tau, sms gue satupun gak ada yang di reply sama dia, telpon gue juga gak diangkat. Gak biasanya dia kayak gini."

"jadi lo tadi bohong sama bu Nita?" teriak Alka yang sedikit terkejut mendengar pernyataan Vanya.
"husst.. jangan keras-keras tau, ntar kalo ketauan  bisa berabe. Iya gue kepaksa bohong. Abisnya gue sama sekali gak tau kabarnya Zizi, kalian kan tau sendiri bu Nita itu gimana." Jelas Vanya
"lo sih gak jadi temen yang baik, makanya dia gak kasih kabar apapun sama lo." Ledek Indra sambil tertawa.
"jangan sembarangan lo ya. Udah deh pergi sana gue lagi pusing." Seru Vanya sambil mengusir mereka.
"yeeh, kalo pusing minum obat neng, bukan ngusir orang." Timbal Indra sambil mengajak Alka pergi

Bersambung~~~

|||||

Gimana guys sama ceritanya? Kalian pernah ngalamin hal serupa gak dikehidupan nyata kalian? Hihihihi....

Ikutin terus ya ceritanya..
Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentarnya ya 😄😄

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang