Nice but Emosional || Part 1

737 25 0
                                    

Hembusan angin yang begitu kencang menusuk kulit Zizi, pagi yang indah bagi Zizi walau dengan cuaca yang hujan deras. Tetesan demi tetesan air jatuh membasahi atap sekolah mereka. Dari balik tirai jendela ruang kelasnya, ia menikmati suasana alam yang menyejukkan. Zizi sangat menyukai hujan. Hari pertama kembali masuk sekolah dalam tahun ajaran yang baru, membuat Zizi semakin bersemangat untuk tetap pergi ke sekolah walau hari dalam keadaan hujan yang deras. Hari pertama duduk dibangku sekolah sebagai siswa kelas XII, Zizi tidak ingin merusak harinya tersebut dengan ingatan akan hasil nilai pada semester kemarin. Baginya, dua semester kedepan adalah prioritas utamanya, sukses dalam ujian nasional adalah harapan semua siswa. Semoga ini adalah awal yang baik untuk akhir yang baik pula. Harap Zizi dalam setiap tetesan air hujan yang jatuh dari atap sekolahnya.

Derasnya hujan membuat beberapa guru terlambat hadir di sekolah, dan beberapa siswa pun juga masih ada yang datang terlambat. Namun, hal tersebut masih dapat dimaklumi karena faktor cuaca yang tidak begitu mendukung.

"lo cepet banget dateng ke sekolahnya Zi?" Tanya Vanya. "Gara-gara hujan nih, gue jadi kesiangan kan nyampenya."
"hujan itu gak salah Van, dengan adanya hujan semua tumbuhan dapat tumbuh berkembang dengan baik karena gak mungkin kan manusia mau nyiramin semua tumbuhan yang ada di bumi ini dengan tangan kita sendiri. Kalo gak ada hujan bumi kita bisa gersang. Disetiap tetes hujan juga terkandung maknanya tersendiri. Hujan itu indah tau.." seru Zizi yang mulai menceritakan tentang hujan pada Vanya.

"iya tau yang seneng banget sama hujan, eh lo belum jawab pertanyaan gue. Lo kok cepet banget dateng ke sekolahnya?" Vanya mengulangi pertanyaannya.
"gue gak mau rusak hari pertama gue sebagai siswa kelas dua belas. Gue pengen cerita hidup gue pada masa ini indah." Jawab Zizi.
"amin, tapi sejak kapan lo mulai sok puitis kayak gini?" Tanya Vanya.
"sejak gue mulai....." belum sempat melanjutkan kalimatnya Zizi baru menyadari bahwa ada sesuatu yang beda dari diri Vanya hari itu. Mulai hari itu Vanya memutuskan untuk mengenakan kerudung, sama seperti Zizi sebelumnya.

"Vanya.. lo, lo sekarang pake kerudung. Ya Allah terima kasih Engkau berikan hidayahMu pada sahabatku ini." Seru Zizi.
"ah lo Zi, jadi dari tadi gue ngajak lo ngobrol belum sadar juga? Hmm, terlalu sibuk mikirin hujan sih." Seru Vanya.
"iya sory deh Van, tapi serius lo cantik banget dengan style kayak gini. Indra pasti makin cinta deh kalo liat lo." Ledek Zizi.
"amin. Tapi gue make kerudung bukan karena dia ya Zi." Jelas Vanya.
"iya gue tau. Oh iya gue ke koperasi bentar ya soalnya gue mau beli tisu. Ada yang mau dititip neng?" tawar Zizi pada Vanya.
"kayaknya gak ada deh Zi. Gak apa nih lo kesana sendirian? Apa mau gue temenin?" Tanya Vanya.
"gue sendiri aja kok." Jawab Zizi dan kemudian berlalu meninggalkan Vanya.

Zizi berjalan dengan hati-hati melewati koridor sekolah, karena cuaca yang sudah tidak hujan deras lagi melainkan hanya sedikit gerimis jadi Zizi tidak membutuhkan payung untuk melindungi dirinya agar tidak basah. Sesampainya dikoperasi sekolah, Zizi pun langsung membeli tisu sesuai dengan yang telah diniatkan sejak diruang kelas tadi. Ketika selesai menyelesaikan pembayarannya Zizi berniat untuk langsung kembali ke kelasnya, namun saat ia memutar tubuhnya dan sedikit melangkah kedepan dengan pandangan yang masih menunduk, ia tidak sengaja menabrak seseorang.

"maaf gue gak sengaja. Lo gak apa-apa kan?" Tanya sosok yang telah menabraknya tersebut.
"Alka? Iya gue gak apa-apa kok." Jawab Zizi.
"oh lo." Alka hanya tersenyum dan kemudian berlalu mendekati lemari tempat diletakkannya alat-alat tulis dan peralatan lainnya.

Udah mulai tahun ajaran baru, sikap dia masih aja kayak gitu. Udah ah bodo amat. Batin Zizi sambil sedikit berlari kecil meniggalkan koperasi sekolah.

Namun, sialnya Zizi benar-benar tidak memperhatikan keadaan disekitarnya, sehingga ia tidak sengaja terinjak kulit pisang yang terletak didepan teras koperasi tersebut, dan Zizi pun terjatuh.

"aawww..." teriak Zizi. "aduh sakit banget. Siapa sih yang buang kulit pisang sembarangan kayak gini?" gerutu Zizi.

Melihat kejadian itu Alka mendekati Zizi. Zizi berharap dengan kejadian itu akan membuat Alka sedikit berbaik hati padanya, agar mau menolongnya dari kecelakaan kecil yang tidak disengaja tersebut. Namun, harapan Zizi pupus karena Alka hanya melihatnya sekejap saja dan kemudian berlalu tanpa mengatakan sepatah katapun. Gue udah jatuh kesakitan kayak gini aja, masih gak peduli juga. Kelewatan lo Al, gue lo lewatin aja. Ditolongin kek atau apa gitu. Gumamnya kesal pada Alka.

"Zi, lo gak apa-apa kan? Yuk gue bantu berdiri." Seru Anka yang tiba-tiba berlari mendekatinya.
"gue gak apa-apa kok ka." Jawab Zizi singkat sambil berdiri dan memegangi pinggulnya.
"ya udah lo duduk disini dulu ya. Lurusin dulu badan lo, pasti masih sakit kan?" Tanya Anka.
"iya ka, makasih banyak ya udah nolongin gue." Ucap Zizi.
"iya sama-sama Zi, lagian kok bisa sih lo jatuh kayak gini?"
"tuh gara-gara kulit pisang sialan, pantat gue jadinya sakit gini." Jelas Zizi.

Anka tertawa mendengar gerutuan Zizi. "ya ampun Zi, lo mau-mau aja dikalahin sama kulit pisang. Lagian lo sih jalan gak hati-hati jadinya kayak gini kan." Seru Anka.
"iya abisnya gue gak liat kalo ada tuh kulit pisang." Jawab Zizi kesal.
"pasti lagi ngelamun ya makanya gak liat. Hayo ngelamunin apaan? Gue ya?" ledek Anka.
"nggak.. sambil tidur." Mendengar jawaban Zizi, dengan spontan Anka kembali tertawa terbahak-bahak.

"ketawa lagi, seneng banget lo ya liat gue menderita kayak gini. Dan satu lagi gak usah ke-pede-an ya, gue ngelamunin lo mending gue mikirin kenapa bumi gak ada tiangnya?" jawab Zizi konyol.
"udah ah Zi, ntar gue sakit perut tau gara-gara kebanyakan ketawa. Sumpah bisa awet muda nih gue kalo deket sama lo terus kayak gini." Lanjut Anka disusul dengan tawanya.
"iya udah mending lo pikirin gimana caranya gue bisa balik ke kelas lagi dengan selamat." Seru Zizi.
"gimana ya? Masak iya gue gandeng lo?" Tanya Anka.
"nggak usah digandeng, gendong aja sekalian." Jawab Zizi. "iya usaha apa kek, cariin gue kereta kuda atau apalah." Lanjutnya.
"lo kira kita hidup dizaman kerajaan apa pake ada kereta kuda segala?" seru Anka.
"nah, tuh lo tau. Ya udah panggilin temen kelas gue kek atau apa gitu."

Anka pun pergi meninggalkan Zizi duduk sendirian didepan koperasi, ia pergi menemui Vanya untuk menyuruhnya menjemput Zizi. tanpa berpikir panjang lagi Vanya langsung mengikuti langkah Anka menuju ke koperasi siswa.

"ya ampun Zi, kok bisa kayak gini sih? Tapi lo gak apa-apa kan?" Tanya Vanya panik.
"gue baik-baik aja kok Van, bantuin gue jalan ke kelas ya. Pinta Zizi." Vanya menganggukkan kepalanya dan langsung menggandeng lengan Zizi dan mereka pun berjalan kembali ke kelas dengan hati-hati. "oh iya ka, makasih banyak ya. Gue masuk dulu." Ucap Zizi pada Anka.
"oke Zi, sama-sama." Anka menjawab dengan senyumnya.

Setelah Anka pergi, Zizi dan Vanya pun masuk kedalam ruang kelas mereka. Zizi menceritakan kronologi kejadiannya seperti apa. Vanya mulai naik darah ketika ia mendengar bahwa Alka yang saat itu jelas-jelas berada ditempat kejadian tapi sama sekali tidak menolong Zizi bahkan hanya melewatinya saja.

"apa? Dia sama sekali gak nolongin lo? Bener-bener tuh orang ya." Seru Vanya kesal.
"jangankan mau nolongin, negur aja gak. Sedikit prihatin kek gue jatuh kayak gitu. Malah pergi gitu aja seakan gak liat gue." Timbal Zizi.
"lo yang sabar ya Zi, ntar gue bakalan ceritain hal ini sama Indra. Dia juga pasti bakalan emosi banget nih kalo tahu lo diginiin sama Alka." Seru Vanya yang masih kesal.
"udah Van gak usah. Gue kan udah berkomitmen bahwa gue gak mau ngerusak hari pertama gue sebagai siswa kelas dua belas dengan hal seburuk apapun. Walaupun sebenarnya hari ini itu udah kacau banget." Jelas Zizi.
"ingat Van, hari ini juga hari pertama lo mengenakan kerudung, jadi lo sudah harus mulai bersabar dalam menghadapi segala sesuatu gak boleh gegabah apalagi dalam keadaan emosi kayak gini. Yah walaupun sebenarnya hati gue sakit banget dengan perlakuan Alka hari ini ke gue." Lanjutnya.

"iya Zi, lo bener. Kita harus sabar, terutama lo." Ucap Vanya sambil tersenyum dan memeluk sahabatnya tersebut.
"Zi, lo dipanggil sama bu Nisa diruang BK sekarang." Seru Pita salah satu teman satu kelasnya yang tiba-tiba saja menghampiri mereka.
"oh iya pit, makasih ya." Ucap Zizi pada Pita. "kira-kira ada apa ya gue dipanggil sama bu Nisa, roman-romannya gak enak nih." Lanjut Zizi.
"husstt, gak boleh mikir kayak gitu, temuin aja dulu. Mana tau penting." Seru Vanya.
"Zizi pun pergi meninggalkan Vanya dan menuju keruang Bimbingan Konseling untuk menemui ibu Anisa. Ibu Anisa adalah guru pembimbing Zizi dalam organisasi PMR, PIK-Remaja, dan UKS. Zizi diminta oleh ibu Nisa untuk mempersiapkan semua persyaratan dalam memenuhi kategori PIK-Remaja terbaik tingkat Nasional. Ibu Nisa menjelaskan pada Zizi bahwa mereka harus menyiapkan satu jenis profil PIK-Remaja mereka dalam bentuk print out dan DVD. Semua hal itu harus mereka selesaikan dalam waktu satu minggu.

"profil PIK kita bu? Dalam waktu satu minggu? Ya ampun bu, kok baru ngasih tau sekarang. Kalo kayak gini kita bakal gelabakan, dan jujur saja bu Zizi takut kalo kita gak bisa menyelesaikannya dalam waktu secepat itu. Profil kita banyak, kita juga harus buat film pendek yang harus kita selipkan dalam profil kita dan tentunya ruangan PIK kita pun harus kita sulap bu." Jelas Zizi.

"ibu mengerti kecemasan kamu, tapi kita tidak punya jalan lain. Pihak provinsi telah menunjuk PIK-Remaja kita sebagai perwakilan yang akan dikirim untuk mengikuti kompetisi tersebut. Ibu yakin kamu bisa nak, rangkul semua anggota kamu agar dapat membantu." Jelas ibu Nisa.

"baiklah bu akan Zizi coba." Jawab Zizi. mendengar kalimat tersebut membuat ibu Nisa menjadi semakin yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan semua hal tersebut tepat pada waktunya.

Zizi mengumpulkan semua anggotanya diruang PIK-Remaja mereka. Zizi memberi penjelasan pada mereka semua tentang kompetisi yang akan mereka hadapi saat itu, Zizi membagi tugas kepada mereka, masing-masing mendapatkan tugas yang telah terbagi secara adil dan sesuai dengan bidang kemampuan mereka. Zizi memberikan tugas kepada sekretarisnya untuk membuatkan ia sebuah proposal yang akan mereka ajukan kepada kepala sekolah dan juga pemerintah Bkkbn provinsi untuk meminta bantuan dana yang akan mereka alokasikan untuk memperindah ruangan PIK-Remaja sekolah mereka.

Bersambung~~~

Indah Pada WaktunyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang