1. Kenalan🍬

169K 5.1K 69
                                    

"Oh shit kenapa hari ini panasnya terik sekali sih? dan sialnya lagi, kenapa taxi pada enggak ada yang lewat. Sumpah, gue sudah setengah jam lebih loh ini nungguinnya" gerutu Nana dengan menghentak-hentakkan kaki yang dibalut high heels kesayangannya di aspal.

"Memang kurang sial kayanya ni gue" kesalnya kembali dengan mengomel selama di perjalan dari kantor menuju rumahnya.

Hari ini Nana terpaksa jalan dari kantor menuju rumahnya. Entah kenapa tadi pagi mobilnya tiba-tiba tidak mau hidup, sehingga dengan terpaksa harus dibawa ke bengkel yang mengakibatkan dia harus pulang dengan jalan kaki seperti ini karena tidak menemukan taxi satupun.

Biasanya di daerah sekitaran kantornya ini kalau jam pulang seperti ini pasti bakalan susah sekali untuk mendapati taxi, karena berebutan dengan karyawan lainnya.

Kepalang nanggung untuk naik taxi yang jarak rumahnya hanya tinggal beberapa kilometer lagi, Nana melanjutkan dengan berjalan kaki hitung-hitung olahraga meraton pikirnya. Tapi di tengah perjalanannya itu, dia melihat seorang anak laki-laki berseragam merah-putih sedang menangis sesegukan di pinggir trotoar.

Entah karena insting keibuannya yang keluar atau memang pada dasarnya Nana adalah orang yang kepo, diapun menghentikan langkahnya dan menoleh pada anak laki-laki itu, tanpa permisi Nana langsung duduk di samping anak itu.

"Hey?" Sapanya, yang cuma dilirik oleh anak laki-laki itu sekilas.

"Kenapa nangis?" Tanyanya dengan tampang yang sengaja dibuat sesedih mungkin.

Bukannya menjawab, anak itu malah semakin mengencangkan tangisannya dengan menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya, tentu hal itu membuat Nana kebingungan. Kalau dibiarkan, bisa-bisa orang-orang yang lewat akan berfikir yang yang tidak-tidak sama dia, pikirnya.

"Cup-cup" Ucap Nana menenangkan dengan mengelus punggung anak laki-laki itu. Berhasil, tangisnya sekarang berubah menjadi sesegukan kecil. Setidaknya Nana sedikit merasa lega, cara yang dilakukannya untuk ponakannya selama ini berhasil.

"Kamu kenapa nangis? Sini cerita sama aku, kali saja aku bisa bantu" Timpalnya kembali dengan begitu sabarnya. Tidak yakin anak itu mau cerita.

Beberapa menit Nana menunggu, dugaannya benar, anak itu masih diam tak berkata apa-apa. Dia masih dengan posisi awalnya yaitu membenamkan wajahnya pada lipatan tangannya.

Melihat itu membuat Nana mendengus kasar, dia hampir putus asa menghadapi tingkah laku anak laki-laki itu yang tak kunjung bersuara. Disatu sisi dia merasa kasihan, dan di sisi lain dia juga merasa kesal karena usahanya untuk membantu tidak dihargai.

"Oh ok kalau kamu memang enggak mau cerita, yasudah aku pergi saja" Pancing Nana mencoba agar anak itu mau cerita.

"Maaf ya sudah ganggu kamu" Lanjutnya kembali yang hendak beranjak dari duduknya.

Belum sempat Nana berdiri tegak, tiba-tiba saja anak itu menoleh dan memeluk perutnya dengan erat. Nana yang mendapat pelukan secara tiba-tiba seperti itu, mau tak mau duduk kembali dan membalas pelukannya dengan mengusap-ucap lembut punggung anak itu agar lebih tenang lagi.

Ketika Nana membalas pelukan anak itu, kenapa rasa sedih yang dirasakan anak itu dapat juga dirasakan olehnya. Nana tidak kenal anak ini sebelumnya, Nana juga tidak tau anak ini anak siapa, dan ini pertama kalinya untuk Nana bertemu sama anak ini, tapi rasanya seperti dia sudah mengenal lama anak ini dengan baik.

Saat mata Nana bertatapan langsung dengan mata anak itu, dan untuk pertama kalinya juga dia dengan gampang dan mudahnya jatuh cinta dengan mata itu. Mata indah warna biru gelap keabu-abuan.

A Perfect Father (REVISI) - ((SEASON-02 / ARKANA))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang