7. Enggak Mungkin Tertarik🍬

59.7K 2.7K 30
                                    

"Pa, Kak Nana cantik, kan?"

"Semua wanita di Dunia memang terlahir cantik, Ka" jawab Hadi tenang.

Raka merengut, kesal mendengar jawaban Papanya yang di luar ekspetasinya. Tadinya dia berharap kalau Papanya itu bakal sepemikiran dengannya untuk memuji wanita yang bernama Nana itu. Dengan begitu dia bisa lebih lanjut membahas wanita itu dan mendekati Papanya dengan wanita itu.

Tapi tidak sampai di situ, Raka mencari pertanyaan lain untuk membahas wanita itu.

"Kak Nana baik ya, Pa. Raka suka, deh" timpalnya yang membuat Hadi langsung menoleh pada anaknya itu.

Sekarang mereka berdua lagi berjalan santai, pulang menuju rumah mereka. Tapi entah bermaksud apa anaknya itu selama perjalanan selalu membahas wanita yang bernama Nana dan meminta pendapat sama dirinya mengenai wanita itu.

"Ka, kamu tu masih kecil, belajar yang benar sana, masa udah suka-sukaan sih. Sudah gitu usianya jauh gitu lagi. Enggak, Ka, enggak, Papa enggak setuju" sahut Hadi dengan tangan terlipat di dadanya, "lagian kakak Nana yang kamu bilang-bilang tadi itu cocoknya jadi Mama kamu, bukan suka-sukaan gini" sambungnya kembali dan berjalan mendahului Raka.

Raka mendengar ucapan Papanya itu langsung menyerngit dengan bibirnya yang sudah naik sebelah ke atas.

"Itu maksud Papa lagi cemburu atau lagi ngode?" Gumamnya menatap punggung Papanya itu.

🍬🍬🍬🍬

Dengan bersenandung kecil dan juga senyum merkah dibibirnya, Nana memasuki rumah besar itu. Rumah yang dari luar didominani berwarna putih, tapi setelah masuk ke dalam, warna putih itu hilang berganti dengan warna hijau, warna kesukaan dia dan Mamanya. Senyum yang dari tadi mekar di bibirnya lenyap begitu saja setelah dia melihat pria tua yang sudah berumur duduk dengan santainya di meja makan dengan segelas kopi di depannya.

"Papa kenapa enggak nyusul aku tadi? Aku udah nungguin Papa loh. Ih, Papa bohongin aku lagi" omelnya mendekati pria berumur yang di panggilnya Papa itu.

Ya, pria itu adalah Papanya Nana, Bapak Audiswara. Papa kesayangannya, tapi selalu membuat Nana kesal dengan janji-janji yang selalu diingkarnya. Tapi entah kenapa walaupun berulang kali merasa dibohingin, Nana selalu saja kemakan dengan janji Papanya.

"Bagaimana mau nyusul, dek. Orang Papa kamu ini baru bangun tidur" sahut Mamanya yang tengah menyiapi sarapan.

Nana menoleh pada Papanya itu dengan tampang merengutnya, sementara Papanya hanya menunjukkan senyum tak bersalahnya yang membuat Nana makin merasa kesal.

"Habis, Papa capek banget, dek. Rasanya badan Papa pegal-pegal semuanya" alibi Papanya.

"Bohong, dek" timpal Dimas, Masnya Nana yang baru datang dari luar berjalan mendekati mereka yang sedang berkumpul di meja makan "capek apaan, orang Papa kemarin cuma main golf aja, masa bisa capek. Ketahuan banget ini bohongnya" Sambungnya lagi yang di anggukin oleh Nana. Nana cemberut menatap Papanya yang sudah ngebohonginnya untuk beberapa kali diwaktu yang sama.

"Mas, ucap salam dulu dong" tegur Karin, kakak iparnya Nana yang berjalan beriringan di samping Masnya itu dengan menggandeng tangan anak kecil yang merupakan ponakan satu-satunya Nana, anak dari Dimas dan Karin.

"Tante" teriak Daffa menghampiri Nana, sementara Nana sudah merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan ponakannya itu.

"Eh, iya lupa" ucap Dimas cengengesan, "assalammualaikum, Ma, Pa, dek" Lanjutnya masih nyengar-nyengir gak jelas.

Nana yang melihat tingkah Masnya seperti itu geleng-gelengkan kepala. Masalahnya, Masnya itu sudah berkepala tiga dan juga sudah memiliki anak yang berumur empat tahun, tapi kelakuan masih juga seperti anak kecil. Memalukan, pikirnya.

A Perfect Father (REVISI) - ((SEASON-02 / ARKANA))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang