12. Status Baru🍬

82K 2.9K 34
                                    

Seperti biasanya, enggak ada yang istimewa dari pagi-pagi sebelumnya, Hadi harus bangun jam setengah lima pagi dan melakukan sholat subuhnya. Tapi kali ini berbeda, ini pertama kalinya Hadi melihat ada seseorang wanita yang sudah menjadi istrinya yang sah tertidur lelap di dalam pelukannya, selama semalaman Hadi harus menahan rasa kebas pada pergelangan tangannya demi kenyamanan istrinya.

Hadi menatap lekat wajah istrinya itu, baginya ini sebuah nikmat tuhan yang luar biasa diterimanya, wajah yang begitu senduh, bulu mata yang lentik dan panjang, serta bibir yang kecil namun penuh.

Bagaikan terhipnotis akan kelembutan wajah sang istri, tanpa sadar Hadi sudah mengelus lembut bibir istrinya itu untuk beberapa menit lalu kemudian mengecup singkat bibir itu dan merasakan betapa lembutnya bibir itu.

Ini merupakan aktifitas terbaru bagi Hadi dan itu sangat menyenangkan.

Hadi beralih kepipi Nana dan mengusap pipi itu dengan lembut dan berbisik "Na, Bangun yuk sholat subuh dulu."

Mendengar suara Hadi tersebut Nana menggeliatkan badannya, bukannya bangun Nana malah mempereratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya ke dada Hadi.

Melihat reaksi Nana tersebut, Hadi menyunggingkan sebuah senyuman yang Nana sendiri tidak melihatnya.

Hadi mengacak rambut Nana penuh sayang, "bangun enggak? Atau aku cium ni?" Ancam Hadi kemudian.

Mendengar ancaman Hadi tersebut, secepat kilat Nana melepaskan pelukannya dari Hadi dan segera membangunkan badannya dari atas ranjang empuknya dengan tampang kantuknya.

Sebelumnya dia tidak tahu, kalau Hadi sudah melakukan apa yang diucapkannya itu, dan memberikan senyum kemenangannya.

"Aku ambil wudhu duluan, kamu bangunin Raka ya, Na. Raka sedikit agak susah dibanguni kalau subuh-subuh gini biasanya" ucap Hadi beranjak dari ranjangnya, sementara Nana yang menerima perintah dari Hadi hanya menganggukkan kepalanya tak bersemangat.

Dengan susah payah akhirnya Nana bangun dari tempat ternyamannya, dia beranjak dari kamar Hadi menuju kamar Raka yang terletak bersebelahan dengan kamarnya dan Hadi.

Nana memasuki kamar tersebut, ini kali kedua Nana masuk ke kamar ini dalam beberapa minggu terakhir. Di dalam kamar itu tidak ada sedikitpun cahaya yang berani masuk, alhasil Nana harus merabah-rabah dinding untuk menemukan dimana saklarnya berada. Dengan susah payah, akhirnya Nana menemukan tombol tersebut dan segera menekan tombol ON.

Di kamar yang sekarang Nana masuki sudah terang benderang dan menampakkan sesosok tubuh kecil yang sedang memeluk guling dengan eratnya, seperti itu adalah benda berharga baginya.

"Ya Allah, I don't believe that the boy in front of me now is my child" ucap Nana dalam kekagumannya pada sosok kecil itu yang tak lain dan tak bukan adalah Raka, yang sekarang sudah menjadi anaknya.

Nana mendekatkan tubuhnya kepada Raka yang masih tertidur lelap dan mengelus lembut puncuk kepala anak itu.

"Ka, Bangun yuk kita subuhan dulu, Papa sudah nungguin tu" panggil Nana membangunkan.

Mendengar ucapan Nana dan juga merasakan elusan yang bersumber dari kepalanya, Raka bangun dari tidurnya. Dan hal yang pertama muncul dari Raka adalah sebuah senyuman yang memiliki sejuta makna yang tersirat.

"Eh, Mama, kirain Raka tadi Raka mimpi, taunya beneran Mama di sini" ucap Raka dengan senyum khasnya yang menampilkan bolongan kecil di bawah sudut bibirnya.

"Senyumnya dong bisa dikondisikan enggak, Ka? Masih pagi ni" ucap Nana mengacak rambut anak itu, "Yuk ah, Papa sudah nungguin kita ni. Raka ambil wudhu dulu sana, selesai itu jangan lupa nyusul" perintah Nana sembari meninggalkan kamar milik Raka.

A Perfect Father (REVISI) - ((SEASON-02 / ARKANA))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang