17

461 63 1
                                    

Jihoon berusaha memakan bubur yang telah dibawakan oleh guanlin. Namun, Ia tidak bisa terlalu menggerakkan tangannya yang saat ini sedang diinfus.

Melihat jihoon yang kesulitan, Eun bi langsung mengambil sendok dari tangan kanan jihoon dan langsung menyuapinya.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri" Kata jihoon yang berusaha merebut kembali sendok itu.

"Aaaa" Kata Eun bi ingin menyuapi jihoon.

Jihoon yang menyerah dengan sikap eun bi yang keras kepala langsung membuka mulutnya dan membiarkan wanita itu menyuapinya. Namun, sebenarnya hatinya kita sedang berbunga-bunga karena wanita yang disukainya kini menyuapinya dan memperhatikannya. Ia bahkan tidak ingin pulih dengan cepat karena masih ingin dimanjakan oleh eunbi.

Namun, Lain halnya dengan Kang Daniel. Kang Daniel yang sedari tadi keluar untuk membeli minum akhirnya kembali. Hatinya, bagaikan disayat melihat Eun bi menyuapi Jihoon. Ia bahkan membatalkan niatnya untuk masuk dan memilih untuk pergi dari sana.

"Tidak masuk dulu?" Tanya Jisung yang berpapasan dengan Daniel

Daniel tidak menjawab dan memberikan minuman yang ia beli untuk eun bi ke jisung dan langsung pergi. Ia tak menghiraukan jisung yang susah payah memanggil namanya.

"Ada apa dengan anak itu?" Tanya jisung dengan dirinya sendiri. Ia binggung dengan sikap Daniel. Anak itu tak seperti biasanya. Ketika jisung memanggilnya pasti ia akan menjawab dan menghampirinya namun kali ini lain dan membuat kepala jisung penuh dengan pertanyaan yang hanya Daniel yang tau jawabannya.

****

Saat ini, Daniel berada di pekarangan rumah sakit seraya ingin mendinginkan kepalanya. Ia akhirnya memasang Earphone nya dan mulai mendengarkan musik. Namun sesusah payah ia ingin melupakan kejadian tadi, ia tetap tak bisa. Bahkan kejadian yang juga sangat sulit ia lupakan adalah kejadian kemarin.

Sebenarnya Ia melihat Jihoon mengusap lembut kepala Eun bi namun ia lebih memilih berpura-pura tidur daripada menyaksikan momen itu. Namun, ia hampir saja membuat keributan seandainya member lain tak datang dan membuat jihoon menghentikan aksinya.

"Ahhhhh" kata kang daniel yang langsung membuka Earphone yang tadi ia pakai dan langsung mengacak rambutnya.

"Kapan aku juga bisa mengelus kepalamu?" Tanya Daniel kepada dirinya sendiri seraya terus melihat tangan kanannya.

Jisung yang melihat Daniel dari luar jendela memutuskan untuk menghampirinya karena khawatir.

"Kenapa kau kesini?" Tanya jisung yang langsung duduk di sampingnya.

"Aku hanya bosan di sana terus" Kata Daniel malas dan mulai membuang muka.

Ingin rasanya ia katakan bahwa ia sedang patah hati namun, ia menguburnya dalam-dalam. Hanya dialah yang mengetahui perasaannya sendiri dan memutuskan untuk merahasiakannya dari semua member. Walaupun semua keluhan maupun kegundahan hatinya biasanya ia katakan ke jisung.

****

"Apakah kita bisa bersama?"

Itulah kata yang dipikirkan Hani saat sedang sibuk-sibuknya memasak. Ia sangat merindukan saat dulu. Namun, karena permasalahan yang sepele, mereka tidak dapat melanjutkan hubungan mereka.

Tak jarang ia iri dengan adiknya sendiri yang sampai sekarang hubungannya dengan guanlin masih harmonis walaupun mereka pernah ke luar negeri namun, jarak bukan penghalang bagi keduanya.

"Kak!" Teriak Hana yang langsung mematikan kompor "Aisssss, Lihat Kak. makanannya jadi gosong deh"

"Maafkan kakak. Gara-gara kakak melamun masakannya jadi gosong. Ahhhh...kakak buat....."

Sebelum Hani melanjutkan perkataannya, Hana langsung berkata"biar aku saja nanti masakannya gosong lagi"

Hana pun mengambil alih dapur. Ia tidak membiarkan kakaknya menyentuh peralatan sekali pun kakaknya sangat ingin membantu. Walaupun meraka sama-sama suka masak namun, masakan Hana lebih enak dibandingkan Hani.

Bubur untuk jihoon susah payah dibuat oleh Hani. Ia bahkan terus mengulang masakannya karena merasa tidak puas dan membiarkan isi kulkas yang penuh dengan berbagai bahan menjadi setengah. Ia bahkan membeli bahan yang bermutu dan berkualitas hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Jihoon. Terkadang Hana binggung dengan sikap kakaknya yang terus berubah-ubah.

****

Akhirnya Daniel memutuskan untuk kembali ke kamar Jihoon walapun sebenarnya ia tak ingin namun, pasti teman-temannya akan heran mengapa ia pergi sangat lama.

Ia mengatur ekspresinya di depan pintu dengan tangan kanan yang mengenggam knop pintu. Saat dibukanya pintu, ia langsung memasang senyuman yang ia paksakan namun tak ada teman-teman yang menyadarinya.

Lain halnya dengan Jihoon. Ia hanya memberikan tatapan dingin ke Daniel entah apa yang saat ini ia pikirkan.

"Aku membeli ini untuk semua" kata Daniel yang langsung membagikan minuman dingin dan makanan ringan untuk semua.

"Gumawo" kata Eun bi yang melontarkan senyumannya

"Wahhhhh.....Segar" kata Jaehwan yang langsung meminum minuman kaleng tersebut.

"Rasa hausku jadi hilang" kata Minhyun

"Berikan snack itu untukku" Kata jihoon ke woojin. Woojin pun memberi snack keju. Saat Jihoon ingin memakannya, Eun bi langsung menggambil snack yang dipegang jihoon dan langsung memakannya"Kondisimu belum pulih. Kau tidak boleh makan snack ini" kata eun bi yang masih memakan snack itu.

"Aku juga ingin makan makanan yang enak" kata Jihoon dengan wajah yang lesu

"Kau boleh memakannya....." kata Eun bi

"Kalau begitu, Berikan kepadaku" kata Jihoon mengulurkan tangannya

"Saat kau sudah sembuh" lanjut eun bi yang langsung memakan snack disertai senyum jahilnya.

~~~~

Tunggu Chapter selanjutnya....

Jangan lupa di vote dan comment. Yang udah THANKS yah...

Aku akan berusaha yang terbaik demi Ceritaku ini

Am I a Lucky Fan? || WannaOne (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang