Hutang Budi

772 26 3
                                    

...

Aku dibesarkan menjadi anak yang mandiri, atau mungkin terpaksa menjadi mandiri. Dan aku selalu melakukan apapun sendiri, dan menghindari yang namanya "bantuan". Dari kesendirian itu lah, aku mempunyai sebuah prinsip, agar tidak boleh ada hutang budi dari orang lain.

Walaupun terbiasa sendiri, kau tahu kan, ada banyak alasan untuk tetap bertahan hidup, dan itu membuatku tidak sepenuhnya berdiri sendiri. Ada orang lain yang mungkin mundukung dan membantuku. Walaupun mereka terlihat "Ini adalah kewajibanku", tapi aku tak menerima alasan seperti itu.

Bagiku, hutang adalah hutang. Dan aku akan membayarnya suatu saat nanti.

Ah, sialnya, setelah 18 tahun hidup. Aku tak pernah bisa membayarnya dengan 'lunas', justru sebaliknya, "hutangku" semakin banyak. Dan aku mulai bergantung pada seseorang untuk bertahan.

Hutang budi adalah sebuah belenggu bagiku, ketika kau menerimanya, kau harus membayarnya. Kau selalu disangkutpautkan diantara cerita mereka.


"Kamu lupa ya kalo aku tuh pernah bantu kamu?"
"Gantian dong! Kamu kan pernah aku tolong kan?"
"Nyesel rasanya pernah bantu kamu!"

Dan kalimat-kalimat semacam itu (atau mungkin lebih halus lagi), akan terus berulang ketika kamu belum cukup untuk membalas budi (well, dalam beberapa kasus, bahkan jasa mereka akan selalu terngiang-ngiang di kepalamu).

Yah, walaupun begitu, aku menerima kebaikan dari semua orang, tapi aku juga ingin membalas kebaikan itu segera!

...

P.S : Intinya adalah, jangan terlalu bersandar ke orang lain, terlalu berharap, terlalu bergantung, terlalu apalah itu.. Mandiri!!

MonologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang