Setelah melalui hari yang begitu melelahkan bagi gue, gue masih harus di hadapkan dengan persoalan hati gue. Hati gue antara untuk Azwar atau Vano. Gue bingung harus gimana lagi secara gue sukanya ke Azwar, tapi... gue nggak tahu.
Masih banyak tugas-tugas yang harus diselesaiin dan mesti di kumpul besok. Gimana mau nyelesaiin tugas tapi kalau hati dan pikiran gue melayang-layang.
"Gue jadi ingat pesan Azwar, dia kan nyuruh gue nggak usah terlalu mikirin tugas gue. Nggak usah terlalu paksain diri buat mentingin reputasi sekolah kita. Kenapa dia bisa tahu yah gue lagi ada tugas yang banyak banget. Jadi kangen gue, Azwar lagi apa yah?" tersenyum.
"Gue telpon aja, gimana?"
"Gk! Gk! Gk! Masa cewek duluan sih yang nelpon".
Gue merasa dilema antara mau nelpon dan gengsi. Kalau nggak di telpon, kangen. Hampir 2 jam gue bertingkah aneh, mondar-mandir kek setrikaan.
"Telpon, gk, telpon, gk, telpon, gk, telpon, gk".
"Gue bisa gila tahu nggak! Ini semua karna lo Azwar!" mengacak rambut frustasi.
Gue belum bisa tidur, lantaran mikirin pengakuan dari Vano. Mau nggak mau gue harus terima Vano kalau dia nembak gue. Tapi gimana dengan Azwar? Gue cinta banget ke dia, tapi prinsip gue berkata lain. Siapapun yang nembak gue untuk yang pertama kalinya akan gue terima.
Tiba-tiba rasa kantuk menghampiri. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Gue mencoba merebahkan tubuh di ranjang yang kecil untuk tubuh gue yang kecil.
Baru lima menit gue sempurna menutup mata dan akhirnya tertidur. Tiba-tiba ponsel gue bergetar menandakan ada sebuah telpon.
DRTDRT ... DRTDRT ... DRTDRT ... DRTDRT ... DRTDRT ... DRTDRT ...
"Siapa sih yang nelpon gue jam segini?"
Belum sempurna mata gue terbuka, gue lihat 10 panggilan tak terjawab dari Azwar.
"What? 10 panggilan tak terjawab? Azwar?" shock.
"Serius? Azwar emang serius nelpon gue atau cuma salah pencet".
Tiba-tiba satu sms dari Azwar muncul di layar ponsel gue.
From: Azwar
Please, angkat telpon gue. Gue mohon. Kalau lo nggak angkat juga, gue kesana sekarang.
"Sumpah, ini serius. Azwar serius mau nelpon gue"
Satu panggilan dari Azwar masuk lagi.
DRTDRT ... DRTDRT... DRTDRT...
"Oh My God! Dia serius nelpon gue"
"Gue harus gimana? Hm, hm,suara gue udah ok, kan? Ya Tuhan, gue deg-degan" memegang dada sembari tarik napas.
"Harus yah jam segini?" batin gue.
"Relax" sambil menekan tombol answer.
Belum sempat gue mengeluarkan sepatah katapun. Azwar langsung nyerocos tanpa jeda sedikitpun.
"Lo ngapain sih? Gue telponin nggak diangkat-angkat! Lo nggak tahu apa gue setengah mati karna nunggu lo angkat telponnya!".
"Lo tuh aneh! Baru aja gue tidur, lo udah ganggu gue. Lo kirain ini jam berapa??"
KAMU SEDANG MEMBACA
POPCORN
Teen FictionCerita cinta gue dimulai dari SMA. Disitulah gila-gilanya gue mengekspresikan perasaan gue . Cinta gue itu seperti popcorn. Bukan karna gue suka popcorn tapi karna cinta gue ke dia itu seperti popcorn yang selalu meletup-letup dan ada rasa asin, man...