1000 TAHUN LAMANYA

71 4 0
                                    

Aku pernah begitu bahagia

Ketika dicintai tanpa harus menjadi orang lain

Dan pernah begitu berharga dalam hidup seseorang

Aku pernah begitu yakin bahwa tidak ada orang lain yang dia inginkan

Setelah kehadiranku dalam hidupnya

Tapi itu hanya sebatas pernah

Bukan senantiasa

Aku pun pernah begitu berharap

Tidak ada kisah lain yang memotong ceritaku dengan dia

Berharap semua berakhir dengan baik tanpa ada paksaan, kebohongan

Dan tanpa harus saling melukai

Tapi yang namanya berharap

Belum pasti sesuai dengan kenyataan

Dan sekali lagi

Itu hanya sebatas pernah, bukan senantiasa

-Resa Yuhanna-

Berkutat dengan dua tiket. Menciptakan beberapa monolog, menimbang-nimbang apakah harus pergi ke brunch party itu.

"Pergi atau gak yah? Tapi kalo gue gak datang ke acara itu ketauan banget gue jomblonya. Tapi kalo mau dateng, bareng siapa coba?" batin gue menggerutu.

Niken bertamu ke rumah sekitar pukul lima sore. Apa gerangan seorang Niken datang ke rumah. Kesambet apaan dia?

"Jadi, lo kesini mau make over gue buat acara party itu?" tanya gue membelalakkan mata.

Niken mengangguk antusias. Gue tau Niken excited banget ke acara ini karena Devan mau jadi pasangan dia. So, gak heran lagi kalo dia benar-benar nekat datang sendiri dan berniat buat make over gue. Mau gimana juga muka gue di make over tetap aja jelek. Buktinya tadi siang gue udah dicampakkan. Lebih tepatnya sih diputusin baik-baik gak sampe di campakin tapi yah tetap aja nyesek. Duh mau nangis kalo ingat itu lagi.

"Gue gak kemana-mana. Gue mau tidur" jawab gue sok cuek. Padahal nih ya gue mau curhat sambil nangis-nangis.

"Lah. Gak bisa dong Manda. Kita kan udah beli tiket. Gimana sih. Lagian nih ya, baru juga gue sama Devan pdkt-an masa disia-siain. Lo mah jahat. Dukung gue napa?" cerocos Niken dengan wajah memelas.

"Percuma gue pergi Nik, gue gada pasangan" mengusap wajah takut-takut kalo air mata gue merembes gitu aja.

"Azwar mau lo anggurin? Ntar nih ya digandeng Lita baru tau rasa lo. Nyesal kan lo akhirnya" ucapan Niken bagai dentuman yang masuk sampe ke ulu hati.

"Kenapa Manda?" tanya Niken pelan.

"Kita udah putus," memijat pelipis. Jawaban itu adalah kesimpulan dari semua perjalanan gue dan Azwar.

"Sorry, gue gak tau. Kenapa lo gak cerita?" Niken menghapus air mata yang gue juga gak tau sejak kapan ia jatuh.

"Diputusin atau lo yang mutusin dia?" tanya Niken meluap-luap.

"Diputusin," jawab gue dengan hidung yang memerah.

"GILA" Niken menghempaskan badannya membentur sofa.

"Gak nyangka gue dia benar-benar sebodoh itu. Dulu aja dia bilang gak mau kehilangan lo. Ternyata semua cowok itu sama aja. Brengsek" umpat Niken.

"Dulu? Maksudnya?" gue melongo.

"Iya. Itu dulu. Dia pernah cerita kalo dia gak mau kehilangan lo. Gitu deh tapi sekarang kok gue pengen tonjok yah. Gatel tangan gue" muka merah padam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POPCORNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang