Papa mendatangi gue dan Azwar. Perasaan gue makin gak tenang. Gue tau papa akan tanya banyak pertanyaan ke Azwar.
"Apa gue kenalin aja, kalau ini yang namanya Azwar anak dari Om Revi?" batin gue.
"Tapi kalau gue kasih tau, gimana ekspresi papa nanti kalau papa tau?" batin gue lagi.
Beberapa langkah lagi, persis papa di hadapan kita. Rasanya malu banget ke gep gini.
"Hmm," papa berdehem. Baru kali ini muka papa seserius ini.
"Papa?" panggil gue bingung.
"Ada urusan apa sama anak saya jam segini?" tanya papa dengan begitu tegas.
Belum sempat Azwar menjawab pertanyaan papa, papa terus bicara.
"Gak bisa diselesaikan besok?"
"Saya cuma mau ucapin..." perkataan Azwar di potong papa.
Azwar mati kutu di hadapan papa. Gak nyangka ternyata dia takut sama gertakan papa.
"Udah selesai?" tanya papa tajam.
"Ud..." lagi-lagi ucapan Azwar di potong papa.
"Kalau begitu silahkan pergi. Jam segini masih keluyuran ketemu anak orang. Gak baik. sekali lagi saya liat kamu disini di atas jam sepuluh, saya tendang kamu" dengan muka sangar papa.
"Iya Om. Saya minta maaf. Saya permisi Om" beranjak pergi.
Setelah Azwar pergi, papa liatin gue. Gak tau apa arti dari bahasa isyarat papa itu.
"Pa? Kenapa liatin Manda gitu banget? Serem tau?"
"Harus banget jam segini ketemuannya?" tanya papa.
"Papa, dia kesini cuma ucapin happy birthday ke Manda. Papa sendiri lupa sama ulang tahun Manda" bete.
"Siapa bilang papa lupa, buktinya papa rela pulang buat kamu. Lagian dia lebay banget, bisa kan ucapin selamat ulang tahun buat kamu di sekolah aja"
"Papa juga, lebay. Apa salahnya ucapinnya sekarang, dia gak apa-apain Manda kok. Papa kenapa harus kasar gitu sih sama Azwar? Mana berani dia kesini kalau papa serem gini.
"Jadi itu yang namanya Azwar? Biasa aja tuh. Malah ya lebih ganteng yang tadi"
"Yang mana pa?" tanya gue bingung. Yang tadi maksud papa itu siapa?
"Yang nganterin tugas buat kamu. Dia juga sopan, baik dan gak penakut"
Jadi yang papa maksud itu Vano? Apaan sih banding-bandingin Azwar sama Vano. Walaupun Vano memang baik dan gak buruk-buruk amat buat dijadiin teman.
***
Seharusnya pagi ini mendukung suasana hati gue yang lagi senang nyatanya nggak. Saat papa dan mama ucapin selamat ulang tahun ke gue. Gue senang tapi hadiah yang papa dan mama kasih ke gue itu yang buat perasaan gue kacau.
Hadiah dari papa dan mama itu, mereka pengen gue bahagiain mereka dengan menuruti keinginan mereka buat kuliah di Brisbane. Setelah melupakan masalah ini tapi kini mama membahasnya lagi. Gue udah pernah nolak keinginan mereka ini. Tapi alasan gue gak pernah mereka terima.
Dan seperti inilah gue saat ini, pikiran gue melayang-layang. Seharusnya gue itu senang hari ini. Tapi entahlah, kalau gue turuti keinginan papa dan mama, gue yang gak akan senang tapi seandainya gue gak mau, papa dan mama akan sedih dan kecewa sama gue.
"Manda?" panggil Vano yang duduk di sebelah gue.
"Vano? Sejak kapan lo di sini?"
"Dari tadi sih. Kenapa? Lagi ada masalah ya?" sedikit menundukkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POPCORN
Teen FictionCerita cinta gue dimulai dari SMA. Disitulah gila-gilanya gue mengekspresikan perasaan gue . Cinta gue itu seperti popcorn. Bukan karna gue suka popcorn tapi karna cinta gue ke dia itu seperti popcorn yang selalu meletup-letup dan ada rasa asin, man...