Sudah 2 hari sejak kejadian di pernikahan itu, dan tampaknya Lisa berlibur sendirian ke Australia untuk hanya sekedar menenangkan dirinya. Ingatannya akan hari itu terus saja terlintas, membuatnya hilang semangat dengan begitu mudah. Udara di sini terasa lebih dingin dan tipis dibandingkan dengan udara kota Roma. Lisa menggosokkan kedua telapak tangannya yang terbalut sarung tangan coklat tua.
Lisa berdiri tepat di jembatan, ia menatap hangat ke arah opera, salah satu bangunan terkenal dari Australia. Malam itu opera tampak indah bersinar dengan lampunya yang menerangi malam. Lisa berusaha mengosongkan pikirannya sesaat sebelum Ia mulai mengucapkan permohonan dan harapan. Sudah lama sejak terakhir kali Ia melakukan hal itu.
"Aku ingin hidupku lebih bahagia lagi, aku juga ingin saat aku pulang ke Roma, aku akan mendapatkan kebahagiaan ku lagi bersama Al dan Brandon. Setidaknya biarkan aku tenang dan aman dulu disini. Jujur, aku tidak mau ada dendam dengan Brandon. Dia satu-satunya orang yang aku kagumi. Untuk Riska dan Aldy, terimakasih sudah menerima kejadian kemarin dengan lapang dada. Aku harap kalian bahagia selamanya."
Lisa menitihkan air mata, dan segera menghapusnya. Terlalu aneh untuk orang seusianya menangis sendirian di depan umum. Tak lama tangan lembut menyentuh pundak Lisa.
"Are you okay miss? "
"Oh, I'm fine"
Lisa membalikkan badan dan mendapati pria yang sudah tidak asing lagi untuknya, Frans. Laki-laki itu cukup terkejut bertemu dengan kakak iparnya di sini.
"Loh kak ? Kok di sini ? Brandon mana ? Lagi liburan ya ? " Frans menanyakan banyak hal sekaligus.
"Tidak aku hanya sendirian, hanya ingin menenangkan diri saja" jawab Lisa tersenyum.
"Ini sudah cukup malam, kau tak mau pulang ke hotel mu? " tanya Frans.
"Sebentar lagi, lantas kenapa kamu belum pulang? " tanya Lisa kembali.
"Aku sedang jalan pulang, dan bertemu dengan wanita yang sedang menangis sendirian, aku tak bisa membiarkan wanita cantik bersedih" goda Frans.
"Kau ini pintar sekali menggoda wanita. Tapi sampai sekarang belum pernah punya kekasih" Lisa menyinggungkan senyuman manisnya.
"Hehe" Frans hanya tertawa malu.
"Aku akan pulang, bagaimana kalau besok aku menemani kakak untuk jalan-jalan?" tanya Frans.
"Ide bagus, kalau begitu sampai ketemu besok" setidaknya keceriaan Lisa kembali, walaupun tidak sepenuhnya.
"Bye" Frans melambaikan tangannya. Lisa hanya membalas dengan lambaian tangan juga.
"Apa yang terjadi dengan mereka ? Sedang bertengkar tampaknya...Hah...Lagi-lagi aku harus berurusan dengan kakak, padahal aku sudah menghindar sebisa mungkin. AYO ! Lupakan ! Dia kakak ipar mu ! Bagaimana mungkin kau suka dengannya ? Dasar bodoh ! Seperti tidak ada wanita lain saja !"
Matahari kembali muncul perlahan. Udara dingin masih saja menyelimuti kota itu. Lisa memakai sweater tebal dan berjalan menuju ke taman hiburan. Di sana ia melihat Frans sudah menunggunya dari tadi.
"Wah, tampaknya aku sedikit telat, maafkan aku ya" Lisa tertawa kecil.
"Bukan masalah" Frans tersenyum.
"Sebagai permintaan maaf, aku akan traktir tiketnya" Lisa menarik lengan Frans ke arah loket.
Mereka membeli tiket untuk dua orang, setelah masuk mereka hanya bisa terdiam menatap sekeliling taman hiburan itu. Mereka bingung harus mulai dari mana.
"Woah, taman bermain ini sungguh besar" Lisa terkagum-kagum.
"Aku bingung mau mulai dari mana"
"Kurasa aku mau main itu" Lisa menunjuk roller coaster yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Baiklah ayo main" Frans menarik tangan kakak iparnya itu dan berlari menuju wahana roller coaster yang ada di sana.
Mereka mencoba semua wahana satu per satu, mulai dari tornado, wahana semacam pontang panting, halilintar dan lain-lain. Mereka berdua tampak menikmati hari mereka dengan sangat bahagia. Terutama Frans, rencananya untuk melupakan Lisa gagal total. Setidaknya, Ia harus menunggu lebih lama lagi, agar Lisa bisa benar-benar keluar dari hati dan pikirannya.
Malam hari tiba. Frans dan Lisa berjalan keluar dari taman bermain itu. Beberapa wahana masih berjalan, tapi beberapa juga sudah tutup. Hanya ada live music yang kelihatannya seru, tapi mereka tidak mau membuang waktu di sana.
"Wah terimakasih banyak Frans untuk hari ini, aku berhutang denganmu" Lisa tertawa bahagia. Semua rasa kesal dan kecewanya hilang malam itu.
"Sama-sama, kakak ku. Sudah sepatutnya aku melindungi mu juga" Frans tersenyum dan memberhentikan taksi.
"Ayo masuk, aku akan menunjukkan restoran paling enak di Australia" Frans mengajak kakak nya masuk.
"Oke" Lisa tersenyum bahagia.
Memakan waktu sekitar 10 menit dari tempat mereka tadi ke restoran yang Frans maksud. Restoran ini bergaya Italia, mengingatkan Lisa akan Roma. Ia masuk ke dalam, aroma masakan Italia yang khas seakan memaksanya untuk segera pulang. Mereka menikmati makan malam yang begitu indah. Lisa dan Frans seperti pasangan kekasih yang saling melempar candaan satu sama lain. Setidaknya, Frans mengakui itu...
Setelah selesai makan, mereka keluar dan menunggu taksi lewat, di sela-sela menunggu Frans menanyakan sesuatu.
"Kak sebenarnya apa sih yang menjadi masalah mu dengan Brandon? " tanya Frans.
Flashback on
"Jala*g tak berbobot, perebut suami orang"
Flashback off
"Wah kau menyebutnya dengan sebutan itu? " tanya Frans terkejut, selama ini Frans mengetahui bahwa Lisa orang yang lemah lembut dan ayu.
"Iya, itulah sebabnya aku merasa sedikit menyesal" jawab Lisa.
"Menyesal karna apa? " tanya Frans balik
"Kenapa tidak ku bunuh saja wanita itu sejak awal" jawab Lisa dengan raut wajah datar.
"Woah, jangan" jawab Frans.
"Haha, aku cuman bercanda " Lisa tertawa dan memberhentikan taksi yang lewat.
"Besok aku akan pulang ke Roma, aku hanya bisa berpamitan denganmu seperti ini maaf ya. Ngomong-ngomong kapan kau akan mampir lagi ke hotel ? " tanya Lisa.
"Sesegera mungkin" jawab Frans tersenyum.
"Kalau begitu aku pergi dulu" Lisa berlalu.
"Hah... Semoga kau selamat sampai ke Roma" Frans menghela nafas lega.
Tugasnya...Selesai...
Hai ! Jangan lupa Vote dan Comment chapter kali ini yaaa ! Bye Byeeeeee luv !
[Hasil Revisi]
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss is My Husband [SELESAI]
Romance[PROSES REVISI] Presdir hotel terkenal di Roma, mempunyai seorang istri cantik, yang menyamar menjadi pegawai di hotelnya.