21

2K 90 0
                                    

Maria itu adalah tetangga ku. Sekaligus teman bisa di bilang teman dekat.aku mengenalnya sebelum aku mengenal diri mu waktu itu, dia seorang mualaf. Dan dia cukup taat menjalankan perintah dari agama yang ia anut dahulu sebelum mengenal islam.

Aku mendengar secara seksama penjelasan dari feezy mengenai sosok maria.

Ooh begitu pasti usaha nya tidak mudah ya, aku yakin ia mengalami perjalanan spritual yang sulit dan susah untuk di jelaskan kepada yang lainnya. itu benarkan feez? Kata ku sambil berjalan dan menghadap kepada feezy

Pastinya mengingat maria merupakan pribadi yang cukup taat beribadah pada agama yang di anut nya waktu itu pasti banyak sekali gejolak batin yang ia rasakan. Ucap feezy

Tak ku sangka ia mendapatkan hidayah dari perjalanan spiritualnya tersebut. Jawab raisya.

Yah kau benar sya karena hidayah itu datang  bukan karena di tunggu tapi di jemput. Sama halnya dengan  jodoh. Memang jodoh sudah ada yang mengatur tetapi kita tetap harus ikhtiar dan berdoa kan agar mendapatkan jodoh yang sesuai..
islam mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Ini disebabkan hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, melainkan diniatkan untuk selama-lamanya hingga akhir hayat kita.

Iya kau benar feez tapi yang namanya manusia itu tidak ada yang sempurna  sedangkan kita manusia menginginkan pasangan yg sempurna. Baik itu fisiknya maupun kepribadiannya.

Iya yang  kau katakan itu benar sya dan aku tidak menyalahkannya karena apa yang kau katakan sesuai dengan fakta. Aku pun juga tidak memungkiri bahwa aku menginginkan pasangan yang sempurna. Kau pun juga begitu kan? Tapi.. bila aku pikir kembali semua itu merupakan bentuk keserakahan iya kan?
Karena pada dasarnya kita pun juga tidak sempurna sama seperti yang kau katakan tadi. Maka dari itu kita di haruskan untuk selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah ALLAH berikan kepada kita. Bukankah dalam hadis pun juga sudah di jelaskan kriteria jodoh yang baik itu bagaimana
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda:
“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

Begitu juga  kriteria mencari calon suami yang pertama di lihat adalah agamanya sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya:

“…Janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya…” (Q.S. Al-Baqarah: 221).

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah  pelajaran  bahwa laki-laki muslim masih lebih baik daripada laki-laki musyrik walaupun laki-laki muslim tersebut adalah budak sekalipun dan laki-laki musyrik tersebut menarik hati Anda (wanita).

Kriteria kedua ialah taat beragama. Dalam istilah Islam dikenal sebagai pria yang sholeh. Sebagaimana dijelaskan dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalau engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

Dari hadits tersebut dapat diambil sebuah pelajaran bahwa seorang wanita baiknya dinikahkan dengan laki-laki yang taat beragama dan baik akhlaknya. Tentunya yang dimaksud taat beragama di sini ialah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan Rasul-Nya, di samping baik akhlaknya atau perilakunya.

Yang ketiga yaitu menjauhi kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahriim: 6).

Dari ayat tersebut dapat diambil sebuah pelajaran bahwa kepala keluarga bertanggung jawab untuk menjauhkan keluarganya dari segala macam dosa dan hal-hal yang menghapus amal ibadah sehingga terhindar dari siksa api neraka yang begitu pedih.  Seperti itu sya..

Aku bukan nya bermaksud untuk menggurui kamu ya, karena aku pun juga masih dalam tahap belajar. Sebenarnya ini lebih ke sharing sih.
Ucap feezy sambil tersenyum manis

Gak apa - apa kok feez aku senang mendengarkan kamu menjelaskan tadi rasanya gimana gitu.. adem aja dengar nya seperti mengikuti majelis ilmu. Terimakasih udah mau berbagi ilmu kamu ke  aku, hari ini aku banyak belajar. Jawab ku tulus kepada feezy disertai senyuman

Sama- sama sya aku senang menjadi seseorang yang berguna jawab feezy sambil tersenyum

Untuk beberapa saat setelah perdebatan panjang.. bukan, lebih ke penjelasan mungkin sharing lebih cocok. Kami berdua saling melempar senyuman dengan tatapan mata yang saling bertemu. Untuk beberapa saat membuat perasaan ku tidak menentu entah lah.. aku bingung mendeskripsikannya tapi yang jelas aku seperti merasa nyaman dengan tatapan mata berwarna hazel itu yang di sertai dengan senyumannya yang manis.

Apakah ia juga merasakan apa yang aku rasa? Seandainya antara hati kita dapat bicara aku ingin bertanya pada mu mohammad alhafeezy apakah kau merasa nyaman dengan ini????

Imam Yang Ku HarapkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang