Kisah sudah berakhir sampai di sini. Ini adalah kisah kami. Kisah mengenai anak remaja yang salah mengambil langkah hidup mereka. Kisah yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Pertama kalinya aku menemukan arti dalam kehidupanku. Aldo menepati janjinya kepadaku. Ia menjadi suami yang baik, ia juga tidak menyentuhku sama sekali. Ia berjanji untuk menunggu aku lulus kuliah, baru benar-benar menjadikan pernikahan kami sebagai sebuah pernikahan yang sesungguhnya.
Aku menulis cerita ini untuk mengenang Camelia yang memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan kami. Pertemuan ini memang sudah diatur oleh yang di Atas. Dia mempertemukan kami. Kematian Camelia membuat Clarisa lebih menghargai hidupnya. Aku sudah berceramah setengah mati sampai mulut penuh busa tapi Clarisa tetap tidak mau mengerti. Ia lebih memilih pria-pria itu dari pada kebahagiaannya sendiri, tapi kematian Camelia menyebabkan Clarisa berpikir lebih jernih. Ia mulai berfokus pada kuliahnya. Ia mulai menghasilkan banyak karya yang mengagumkan. Kehidupannya di luar negeri cukup bahagia dan sukses.
Kehadiran Clarisa dalam hidupku juga memberikan banyak perubahan penuh arti. Berkat Clarisa, aku bisa berkenalan dengan Aldo dan hal itu jelas membawa pengaruh besar untukku. Untuk masa depan ku. Untuk kebahagiaanku. Menikah dengan Aldo merupakan suatu anugerah yang tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Membawa banyak arti dan kebahagiaan. Mungkin memang akulah orang yang paling beruntung di antara kami bertiga, namun kami sudah mendapatkan arti hidup kami masing-masing.
Entah apa arti kehadiran kami bagi Camelia. Ia sudah tiada dan aku tidak bisa menanyakannya. Namun jika ia berada di sini dan aku bertanya, ku rasa ia akan menjawab,
"Lu? Kalau bukan karena lu semua, mana mungkin gua berhenti ngerokok. Lu semua itu sahabat terbaik gua. Udah ngasih gua kenangan yang berharga, Begitu aja masih ditanyain, aneh tau nggak."
Tapi, alasan utama aku menulis kisah ini adalah agar aku bisa melakukan sesuatu bagi Camelia yang sudah banyak membantuku. Aku ingin semua orang membaca kisah kami, memahaminya, dan membersihkan nama baik Camelia yang dicap buruk oleh gosip-gosip miring. Camelia tidak seburuk yang orang duga, ia hanya seorang remaja yang tersesat dan tidak ada yang menolongnya menunjukan jalan. Ia tersesat dan hilang. Hanya itu. Semoga ia bahagia di sana. Sama seperti diriku yang bahagia memiliki Aldo sebagai pendamping hidup.
Claudia menatap kalimat terakhir yang ia ketikan di dalam ceritanya. Ia tidak akan menjadi seorang penulis. Ini adalah karyanya. Satu-satunya karyanya. Yang pertama dan terakhir. Yang dipersembahkannya untuk Camelia. Ia tersenyum menatap gelang yang masih melingkar di pergelangan tangan kanannya. 3C-Claudia.
Claudia akan mengenakan gelang itu selamanya. Luka-luka di tangannya sudah sembuh dan sejak hidup bersama Aldo, ia tidak pernah lagi melakukan hal-hal aneh. Pikiran-pikiran aneh memang kadang masih terlintas, namun Claudia tidak perduli. Ia hanya perlu mengendalikan dirinya, itu sudah cukup. Ia ingin menjadi istri Aldo yang baik. Claudia kembali menatap ketikan di depan matanya dan mulai mengeprint naskah itu lembar demi lembar untuk dikirimkan ke penerbit yang bersedia menerbitkannya. Itu harapannya.
Aldo masuk perlahan, menyentuh ke dua bahu Claudia dengan ringan, "Jangan terlalu lama di depan komputer, mata kamu bisa rusak."
Claudia menengadah menatapnya sambil tersenyum, "Aku udah selesai kok."
Aldo menuju ruang tamu. Claudia mematikan komputernya dan menyusul Aldo. Pria itu sedang duduk di depan Tv, menonton acara mengenai kehidupan binatang liar. Claudia duduk di sisinya, ikut menonton. Aneh. Sejak dulu ia tidak menyukai acara-acara semacam ini, tapi sejak hidup bersama Aldo, tanpa sadar ia jadi terpengaruh padahal Aldo tidak pernah mengatakan apa-apa. Claudia melakukannya dengan sukarela.
"Bukannya mau nonton DVD?" tanya Aldo bingung saat melihat Claudia duduk ikut menonton.
Claudia menggeleng, "Abis ini aja."
"Kenapa? Bukannya kamu nggak tertarik?" tanyanya bingung.
"Makin diliat rasanya jadi bagus, seru juga kok."
Aldo tersenyum dan membelai rambutnya dengan lembut, "Filmnya jangan lupa disiapin. Nanti kita nonton sama-sama."
Claudia menatap Aldo. Orang inilah satu-satu nya orang yang bisa membuatnya bahagia. Selamanya bersama Aldo adalah impiannya satu-satunya. Semua yang tidak indah pun menjadi begitu indah. Batinnya bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Hati yang Terluka
General FictionSalahkah kami jika kami merindukan kasih sayang dan perhatian orangtua? Salahkah kami jika kami mencoba menarik perhatian mereka dengan mencoba berbagai cara? Salahkah kami jika pada akhirnya kami mungkin menyerah karena lelah? Mama, papa, dimana ka...