Part 18

709 66 8
                                    

"Kamu sangat keterlaluan" teriak Lowie, "Kamu mengancam anak kecil." Padahal dia sangat menanti-nantikan cerita malam ini.

"Kalau begitu, habiskanlah sayuran-sayuranmu." Talina sama sekali tidak memperdulikan teriakan Lowie.

"Aku.." Lowie melihat sayuran-sayuran hijau itu dengan tidak rela, dia merasa ingin muntah jika memikirkan sayuran-sayuran itu masuk ke dalam perutnya. Tiba-tiba dia melirik ke arah Daddynya dan bersorak gembira.

"Talina.."

"Ya?"

"Daddy juga tidak memakannya!" Lowie menunjuk ke arah Daddynya dan mendapatkan setumpuk sayuran-sayuran hijau di tepi piring daddynya.

Talina mengalihkan pandangan ke arah piring Daniel.

"Daniel, kamu juga, kenapa kamu menyisihkan sayuran-sayuran itu?" apalagi yang lebih parahnya, Daniel bahkan tidak menyentuh tauge.

Awalnya Daniel berpikir jika dia berdiam diri, dia bisa melewati rintangan ini, tidak tahunya anaknya sendiri yang melaporkan perbuatannya itu, pertama kalinya dia mengeluarkan ekspresi tidak berdosanya.

"Aku ada menghirup aromanya."

Hah! Talina secara refleks memutar bola matanya, semua pria di keluarga ini sama saja. "Apa gunanya menghirup aroma? Sayuran itu harusnya dimakan masuk ke perut baru ada khasiatnya. Makanan bergizi itu perlu bagi manusia, kamu begitu sibuk bekerja tapi sangat suka memilih-milih makanan, bagaimana bisa sehat? Kamu sebagai ayah harusnya memberikan contoh yang baik untuk Lowie. Kalian memilih-milih makanan itu berarti menyia-nyiakan makanan, apa kalian tidak tahu bahwa betapa sulit orang menanam sayur-sayuran itu, aku sangat sedih, kalau begini, lain kali aku tidak akan memasak lagi! Terserah kalian mau makan apa, aku tidak peduli lagi!"

Mereka sama sekali tidak mengerti, betapa susahnya dia memikirkan semua makanan-makanan bergizi itu.

Bukan hanya itu, sampai-sampai dia harus memohon dan membujuk mereka untuk memakannya. Untuk apa dia bersusah payah seperti itu?

Semakin Talina menasehati mereka, perasaan Talina semakin meluap sampai akhirnya mata Talina mulai memerah.

Daniel dan Lowie saling memandang.

Lowie mengangkat-angkat alisnya memberi isyarat, "Daddylah yang membuat Talina menangis."

"Bukan aku, kamulah yang membuatnya menangis." Daniel menggerak-gerakkan bahunya, sama sekali tidak merasa bersalah.

"Sudahlah Talina, jangan marah lagi, aku akan memakan semua sayuran itu!"

Memang dia sangat membenci sayuran itu, tapi jika dia memikirkan kalau Talina tidak lagi memasak, kemungkinan dia tidak bisa lagi memakan makanan favoritnya di kemudian hari, Lowie pun memasukkan sayuran-sayuran itu ke dalam mulutnya.

Talina melihat aksi Lowie lalu melihat ke arah Daniel dengan tatapan sedih.

Daniel menghela napas tak berdaya, dan mulai memasukkan tumpukan sayuran itu ke dalam mulutnya, sejak kapan dia menjadi sangat mengalah kepada wanita? Setelah dipikir-pikir, sepertinya belum pernah dalam hidupnya.

Apalagi air mata wanita, dia tidak pernah terpengaruh oleh itu. Tapi, dia tidak tahan saat memikirkan lagi mata Talina yang memerah.

Melihat dua pria itu memakan sayuran mereka dengan baik, Talina mulai tersenyum dan bergabung untuk makan dengan mereka.

"Oh iya, Lowie.. Bukannya kamu mempunyai sesuatu yang ingin kamu katakan kepada daddymu?" kata Talina sambil menggigit sepotong wortel.

"Ehm..., dad."

Setelah Lowie bersusah payah menelan sayuran itu, nada bicaranya terdengar lebih gugup.

"Ya?"

Daniel juga menelan sayurannya dengan muka cemberut, dan dia merasa mual saat sayuran itu masuk ke dalam perutnya.

"Guruku mengatakan kalau tahun ini aku bisa lompat kelas."

Bulan 9 tahun ini, Lowie akan menjadi murid SD, saat ini dia besekolah di sebuah TK swasta, uang sekolah perbulannya bisa mencapai 6 juta, apalagi SD, mungkin bisa lebih dari itu.

"Lompat kelas? Lompat ke kelas berapa?"

Daniel tidak terlalu kaget dengan hal ini, lagipula Lowie adalah anaknya, dia tahu sampai mana kemampuan Lowie.

"Kelas 3 SD." Lowie menunjukkan angka 3 dengan jarinya dan bisa terlihat ada penantian dari wajahnya.

"Ehm, dulu aku langsung melompat ke tingkat 4."

Daniel tidak memperhatikan ekspresi Lowie dan tetap melanjutkan perkataannya.

Lowie melihatnya, mendengarkannya dengan ekspresi kecewa, dia mengira... daddynya akan memujinya.

"Wah! Hebat sekali! Langsung lompat ke kelas 3? Pintar sekali Lowie." Tiba-tiba Talina berteriak dengan kuat, di matanya penuh pancaran pujian kepada Lowie.

"Sewaktu aku SD dulu, aku tidak pandai belahjar, guruku sering menghukumku dengan memberikan banyak PR untukku, dan juga... aku selalu mendapat rangking terakhir di kelasku! Bisa-bisanya kamu tidak perlu melewati SD kelas 1 dan 2, pastu kamu sangat pintar."

Talina menepuk tangannya dengan kuat, seperti hal ini adalah hal yang sangat perlu dipuji.

Lowie kaget memandang ke arah Talina, ada kesenangan kecil muncul di dalam hatinya.

"Daniel, kamu tidak merasa Lowie hebat? Atau kamu malu memberikan pujian untuk Lowie?" Talina memutar kepalanya dan melihat ke arah Daniel.

"Ini adalah hal yang..." pandangan datar Daniel bertemu dengan pandangan Talina, dengan spontan Daniel terdiam.

Coba saja kalau saja kamu berani mengatakan kalau itu adalah hal yang biasa,  Talina memberi isyarat sambil menggigit bibirnya.

Daniel melihat lagi ke arah Lowie, "Oh, ini ada hal yang pasti, Lowie sudah pintar dari kecil, dan dia juga rajin belajar, adalah sebuah hal yang aneh jika Lowie tidak lompat kelas, anakku adalah yang terbaik."

Senyuman lebar langsung memenuhi wajah Lowie, ini pertama kalinya dia mendapat pujian dari daddynya, seperti dia mendapatkan kepastian dari daddynya.

"Aku pasti akan belajar dengan tekun dan tidak akan membuat daddy kecewa."

Lowie dengan senang memakan semua sisa sayuran yg ada dipiringnya, dia sama sekali lupa kalau dia sangat membenci sayur-sayuran itu.

Daniel tidak menyangka kalau Lowie bisa menjadi sesenang ini hanya dengan satu kalimat simple darinya, dia kebingungan sambil melihat ke arah Talina.

Talina memberikan anggukkan kepada Daniel sambil pelan-pelan menunjukkan senyumannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

**Part 18 finished✌..

Maaf karena sudah lama aku tidak update. Pasti banyak diantara para pembaca yang sudah tidak sabaran menunggu lanjutan cerita Talina, Daniel dan Lowie, hehe.. Maaf karena sudah membuat para pembaca sekalian menunggu dan Merry Christmas🎉🎅 semuaaa!! Semoga kalian selalu melewati hari-hari yang penuh dengan kebahagiaan.

Bagi para pembaca yang merasa cerita ini menarik, tolong diperkenalkan kepada teman2 wattpad lainnya yaa dan jangan lupa untuk VOTEEE, hihi... Dan juga bagi yang merasa ada kata2 yang aneh atau apapun itu, silahkan beri comment agar saya juga tahu bagian mana yang harus lebih saya perhatikan.

Thank you

melodyrhein🌸

My Lovely BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang