Part 22

503 49 5
                                        

"Talina?" Daniel berjalan maju dan memanggilnya lagi pelan-pelan.

Belum selesai Daniel memanggilnya, dia menjulurkan tangannya dan menepuk bahu Talina.

Sekali tepukannya, luar biasa, Talina memutar badannya kaget, pisau di tangannya diangkat setinggi-tingginya, kalau saja dia tidak berhati-hati, bisa-bisa pisau tersebut mengores di muka tampan Daniel.

"Ada apa? Kamu melihatku seperti melihat hantu."

Kedua matanya terbuka sangat lebar, pipinya memerah, ekspresinya menunjukkan kalau dia sangat kaget, membuat orang lain mengira dia habis melihat hantu ataupun roh.

"Da.... Dan, Daniel, kamu, kamu sudah pulang ya?" kata Talina terbata-bata sambil menundukkan kepalanya dan berkata dalam hatinya bahwa dirinya benar-benar sangatlah bodoh.

Orangnya saja sudah berdiri di depannya, apalagi kalau bukan karena dia sudah pulang?

Bodoh, bodoh, bodoh! Setelah mengejek dirinya sendiri berkali-kali, Talina ingin memegang jarinya tetapi dia lupa kalau dia sekarang sedang memegang sebuah pisau.

"Akh! Sakit!"

Pisau yang tajam itu menggores jarinya, darah merah segar pun mengalir dari jari telunjuknya.

Belum sempat Talina melihat apa yang terjadi dengan jarinya, Daniel sudah menarik tangannya ke arah keran air.

Wanita yang masih dalam keadaan bengong itu terdiam dan membiarkan lelaki itu membersihkan luka di jarinya, membiarkannya membawanya duduk di sofa dan membiarkannya mengambil betadine untuk menstrilkan dan mengobati lukanya dan plester untuk menutupi lukanya.

"Kenapa kamu tidak berhati-hati, untung saja lukanya tidak terlalu dalam, kalau saja kamu lebih menggunakan tenaga, bisa-bisa jarimu terpotong."

Daniel tidak pernah berpikir kalau dia bisa mengkhawatirkan seorang wanita seperti ini.

Dia bahkan tidak tahu, saat dia menyadari Talina terluka, apa rasa tidak rela yang muncul dari hatinya itu.

"Aku.. Aku.. Aku tidak sengaja..."

Kalau bukan karena Daniel yang tiba-tiba muncul di hadapannya dan membuat dia tiba-tiba gugup, dia juga tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini.

"Lain kali lebih berhati-hatilah, ok?"

Terdengar ada kelembutan dan rasa sedih dari nada Daniel yang bahkan tidak dia ketahui, ada juga kekhawatiran dan kasih sayang tergambar di raut muka Daniel.

"Eng." Talina menggigit bibirnya dan matanya yang besar itu terus mengamati plester di jarinya.

"Sudah selesai."

"Terima kasih..." Talina melihat ke arah Daniel.

Gambaran pertama yang masuk ke matanya adalah mata berwarna topaz milik Daniel.

Gambaran pertama yang masuk ke matanya adalah mata berwarna topaz milik Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Lovely BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang