3

5.1K 436 18
                                    

Mendengar suara ketukan pintu di rumahnya Diva yang sedang menonton tv segera bangkit dan berjalan membuka pintu untuk tamu. Diva sangat terkejut ketika melihat Davi lah tamu itu.

"Kau...untuk apa kamu ke rumahku!" Bentak Diva menatap Davi dengan penuh kebencian.

"Aku akan memperkenalkanmu kepada orangtuaku sekarang. Aku sudah mengatakan kepada mereka kalau aku sudah punya calon istri dan ingin membatalkan acara pertunanganku dengan Amelia. Boleh aku masuk?"

Walaupun hatinya masih sangat sakit, namun rasa cintanya yang besar kepada Davi membuat Diva membiarkan Davi masuk.

Davi menemui orangtua Diva yang sedang duduk di ruang tv.

"Ayah, Ibu." Panggil Diva.

Gunawan dan Lisa menoleh. Wajah Gunawan terlihat dingin dan datar menatap Davi, sedangkan Lisa tersenyum tipis.

"Ada keperluan apa kau ke rumah kami, Davi." Tanya Gunawan ketus.

"Ayah, Ibu, sebelumnya Davi minta maaf. Tapi hari ini, Davi ingin membawa ayah, ibu dan Diva atas undangan mama ke restoran untuk memperkenalkan kalian kepada orangtua Davi. Davi sudah mengatakan kalau Davi sudah mempunyai calon istri sendiri, yaitu Diva. Dan Davi bermaksud akan membatalkan pertunangan Davi dengan Amelia." Jelas Davi panjang lebar.

"Maaf, kami tidak punya waktu." Jawab Gunawan penuh harga diri.

"Ayah....Diva mohon datanglah, ayah. Diva masih mencintai Davi." Pinta Diva dengan pandangan memohon. Diva senang akan menjadi istri Davi, apalagi Davi sudah memiliki tubuhnya. Tidak mungkin dia bisa bersama pria lain.

"Diva...." Ucap ayahnya kesal.

"Ayah, plisss."

Ayah menghembuskan nafas kesal dan menyerah.

Merekapun berangkat menuju restoran mewah. Mereka dibawa ke sebuah meja dimana papa dan mama Davi menunggu. Setelah berkenalan dan bersalaman mereka duduk dan berbasa basi sebentar. Kemudian mereka mulai makan.

"Jadi ini calon kamu, Dav." Ujar Celia, mama Davi. "Bukannya dia sekretaris kamu. Cantik sih. Tapi tetap tidak sepadan dengan keluarga kita. Tapi kalau kamu maksa, kau boleh menikahinya secara siri sebagai istri kedua, Dav."

Suara sendok berdenting dengan keras karena beradu dengan piring porselin.

Wajah Diva langsung pucat, demikian juga kedua orangtua Diva.

"Maaf, Nyonya yang terhormat. Saya tidak akan pernah mengijinkan anak saya dinikahi secara siri apalagi sebagai istri kedua." Sahut Gunawan dengan tegas dan sorot marah atas penghinaan mama Davi.

"Mama..." Tegur Davi.

Suasana menjadi tegang.

"Apa yang kalian harapkan, menjadi nyonya besar dan menghamburkan harta kami? Saya sudah kenal dengan orang seperti kalian. Kalian pasti mengincar kekayaan kami." Ucap Celia dengan pedas.

Ucapan Celia sungguh sangat menghina keluarganya, batin Diva.

"Apakah kami diundang hanya untuk mendengarkan penghinaan anda? Kami memang bukan orang kaya, Nyonya, tapi kami punya harga diri. Kami masih bisa menghidupi diri kami sendiri tanpa kekurangan. Kami bukan pengemis. Dan ingatlah satu hal, Nyonya. Di mata Allah semua manusia sama derajatnya. Yang membedakan hanyalah akhlaknya. Jika anda tidak memahami kalimat itu, berarti anda bukan orang yang beriman. Dan kami tidak akan memasukkan anak kami ke dalam keluarga yang tidak beriman. Ayah, Diva, ayo pulang." Ucap Lisa seraya berdiri yang diikuti oleh Diva dan Gunawan. Dengan segera mereka meninggalkan restoran.

"Diva...ayah...ibu...." Panggil Davi dan hendak mengejar namun ditahan oleh Mamanya.

"Davi, biarkan mereka pergi. Mereka sangat tidak sopan menghina keluarga kita. Dasar manusia tidak berkelas." Ucap Celia dengan kesal.

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang