10

5.6K 498 28
                                    

Entah kenapa tiap bab jadi tak berurutan.

Mungkin wattpad lagi eror

Jadi tolong para reader memaklumi

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

====================

Davi bingung harus berbuat apa terkait masalah rumah tangganya. Kalau menurutkan kata hatinya, dia ingin segera lepas dari Amelia, dan saat dia mengetahui anak yang lahir bukan darah dagingnya, seharusnya menjadi kesempatannya untuk melepaskan diri. Apalagi dia bisa membongkar kebinalan Amelia kepada orangtuanya dengan melahirkan anak yang bukan darah dagingnya. Tapi ancaman Amelia waktu itu membuatnya harus berfikir ulang. Amelia mengingatkan penyakit jantung yang diderita Mamanya. Dan akhirnya sampai saat ini yang sudah berlalu hingga tiga tahun, mereka masih berstatus suami istri.

Davi mengesah dan mengusap wajahnya. Masalah rumah tangganya telah membuatnya tidak fokus pada pekerjaan, karena pagi tadi sebelum berangkat kerja, anak Amelia merengek minta digendong. Berpura-pura tidak mendengar rengekkan anak itu, Davi berlalu. Sebenarnya dalam hati kecilnya dia juga kasihan melihat anak itu. Bagaimanapun dia anak yang tak bersalah. Tapi rasa bencinya kepada Amelia membuatnya tak bisa melihat kehadiran anak kecil itu.

Berulang kali dia merafalkan kata-kata 'fokus' untuk dirinya, karena hari ini dia akan bertemu klien penting. Klien yang sudah lama diincarnya sejak beberapa tahun lalu, akhirnya mau diajak kerjasama. Dia bermaksud bekerjasama membuka toko karpet mewah terbesar dan terlengkap di Indonesia yang pangsa pasarnya adalah orang-orang berduit. Semua karpet atau permadani itu diimpor langsung dari perusahaan yang memproduksinya di Turki.

"Maaf, Pak. Lima menit lagi rapat dimulai. Mr. Malik Zein sudah hampir sampai. Anda bilang anda akan menyambutnya di lobby."

"Ya, terima kasih, Naura."

Davi dan sekretarisnya keluar dari ruangan Davi dan berjalan menuju lobby. Dia ingin memberi kesan yang baik untuk calon rekan bisnisnya. Davi berdiri menyambut tamunya yang baru keluar dari mobil. Mereka berjabat tangan dan berpelukan.

"Apa kabar Mr. Zein? Anda terlihat sangat sehat dan makin muda saja." Ucap Davi dan membuat Mr. Zein tertawa.

"Ah, anda bisa saja. Ya, saya memang sangat bahagia sekarang. Berkat istri saya yang cantik."

Davi mengerutkan dahinya. Dia tidak tahu kalau Mr. Zein sudah menikah lagi. Karena setahunya dulu Mr. Zein adalah seorang duda beranak satu.

"Oh, ya? Selamat kalau gitu. Pastinya istri anda seseorang yang sangat istimewa hingga membuat anda sangat bahagia."

"Benar. Dia sangat istimewa. Kapan-kapan akan saya perkenalkan kepada anda. Dia orang asli dari Indonesia dan anda pasti mengenalnya." Ucap Mr. Zein sambil terus tersenyum.

Sementara Davi semakin mengernyitkan dahinya, berfikir kira-kira siapa yang jadi istri Mr. Malik Zein yang dikira dikenalnya. Tapi kemudian dia menepis pikiran itu karena dia hanya mau fokus pada kerjasama mereka saja saat ini.

Dua jam kemudian mereka keluar dari ruang rapat setelah mencapai kesepakatan.

"Saya ingin mengundang anda makan malam di rumah saya, Mr. Zein. Jika anda tidak keberatan tentu saja."

"Wah, terima kasih, Davi. Tapi saya sedang membawa keluarga saya ke sini."

"Saya akan sangat tersanjung jika anda sekeluarga berkenan datang ke rumah saya. Anda menginap di hotel mana? Biar supir saya menjemput anda sekeluarga untuk makan malam di rumah saya besok. Bagaimana?"

"Oh, tak perlu, Davi. Jangan repot-repot. Kami tidak menginap di hotel. Kami menginap di rumah orangtua istri saya. Saya akan datang ke rumah anda besok malam. Anda gak usah menjemput, oke?"

"Baiklah Mr. Zein. Terima kasih atas kesediaan anda. Sampai jumpa Mr. Zein."

💔💔💔

"Askim, kamu cantik sekali." Ujar Malik seraya mengecup leher istrinya.

Dia bahagia karena akhirnya Diva membalas kasih sayangnya setelah dua tahun dia berusaha meluluhkan hati Diva. Sejak setahun lalu akhirnya Diva resmi menjadi istrinya seutuhnya. Dia berusaha menaklukkan Diva karena dia sudah yakin jika dia sudah bersih dari penyakit kanker getah bening yang dideritanya selama tiga tahun. Tentu saja kesembuhannya tak lepas dari usaha Diva juga yang merawatnya dengan telaten. Tapi sayangnya dia tidak bisa membuat Diva hamil akibat kemoterapi yang dijalaninya. Dia sekarang mandul. Tapi mereka tetap bahagia dengan anak-anak yang mereka miliki sekarang.

Diva tersenyum menatap suaminya dari kaca rias. "Terima kasih, suamiku." Diva tak lagi memanggil Mr. Zein ke suaminya sejak mereka telah benar-benar menjadi suami istri yang sesungguhnya.

Malik memeluk erat pinggang Diva dan semakin menyurukkan wajahnya di lekuk leher Diva sambil bergumam 'i love you'.

Wajah Diva memerah merasakan kasih sayang suaminya itu. Walaupun belum 100 % hatinya diserahkan kepada suaminya, tapi dia sangat menyayangi dan menghormati suaminya.

"Ihhh....sayang, nanti kita telat loh. Nanti rekan bisnis kamu nungguin. Gak enakkan."

"Habis kamu cantik sekali, askim. Pliss....sekali lagi ya. Sebentar aja." Rayu Malik sambil mengedipkan matanya ke Diva dari kaca rias. Padahal sebelum mandi tadi mereka baru saja melakukannya.

Wajah Diva makin merah karena malu melihat kemesuman suaminya. "Apaan sih. Aku kan udah dandan gini."

"Percaya sama saya. Tidak akan ada yang rusak dari dandanan kamu."

Setelah mengatakan itu, Malik langsung membuka retsleting gaun Diva, menurunkannya perlahan, kemudian menggantungnya hati-hati di kapstok. Malik pun membuka celananya. Malik kembali ke Diva dan  duduk di kursi meja rias kemudian mendudukkan Diva ke pangkuannya. Mereka bermain cepat.

"Terima kasih, Askim." Ucap Malik penuh kepuasan.

"Sama-sama, suamiku."

Satu jam kemudian mereka tiba di rumah rekan bisnis suami Diva. Diva sama sekali tidak tahu siapa rekan bisnis suaminya, dia memang tidak pernah bertanya karena sejak setahun lalu dia tidak lagi bekerja di perusahaan suaminya karena kedua anaknya lebih membutuhkan perhatiannya. Kedua anaknya sedang lasak-lasaknya sekarang.

Malik memeluk pinggang istrinya dan membawanya berjalan menuju teras rumah. Malik menekan bel dan tak lama kemudian, pintu rumah itu terbuka.

"Assalamu'alaikum." Ucap Malik dan Diva bersamaan.

Pintu terbuka lebar dan muncullah tuan rumah yang membuat jantung Diva jumpalitan.

"Diva......" Ucap Davi lirih.

================

30122018

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang