15

3.9K 430 19
                                    

Setelah lewat tengah malam akhirnya acara dinner itu selesai. Diva berulang kali mencoba menelepon suaminya tapi sepertinya ponsel suaminya tidak aktif. Diva jadi khawatir campur kesal karena setahunya suaminya tadi pergi dengan Firda. Tapi mereka sudah pergi sangat lama dan tanpa kabar.

Diva tiba-tiba sangat takut. Dia masih teringat pengkhianatan Davi di masa lalu. Dan dia takut itu akan terjadi lagi.

Tidak! Jangan lagi! Aku gak mau disakiti untuk kedua kalinya. Kau pasti akan hancur, batin Diva.

"Kamu sudah siap?"

Diva terkejut tiba-tiba ada yang menyapanya. Diva menoleh dan lega melihat Hardibrata ada di sampingnya.

"Yah, begitulah. Aku tadi coba menelepon suamiku, tapi sepertinya ponselnya tidak aktif. Aku sangat khawatir."

"Enggak ada apa-apa kok. Sekarang, ayo saya antar pulang."

"Baiklah. Terima kasih."

Selama di perjalanan mereka mengobrol banyak. Ternyata Hardibrata orang yang asik diajak ngobrol. Dia suka bercanda dan humoris hingga tak terasa mereka sudah sampai di rumah Diva.

Bahkan dengan gentlenya, Hardibrata membukakan pintu untuk Diva.

"Gak mampir ke rumah dulu, Mas Hardi?" Yah, sekarang Diva memanggilnya Mas atas permintaan Hardibrata karena mereka bersaudara.

"Sudah malam. Lain kali saja. Sebaiknya kamu masuk dulu, Diva."

Diva tersenyum dan mengangguk. Setelah dia masuk ke rumah dia baru mendengar suara mobil Hardibrata melaju. Hmmm..sungguh pria gentle.

Diva berjalan menuju kamarnya melewati ruang keluarga. Tapi dia sungguh terkejut saat melihat suaminya dan Firda duduk bersama di sofa dengan jarak begitu dekat. Suaminya tampak fokus dengan laptop yang terletak di meja, tapi Firda terus menatap wajah suaminya dalam jarak begitu dekat seperti akan memakan suaminya.

Diva sangat kesal.

Dia ditinggal di acara dinner namun suaminya malah enak-enakkan berduaan dengan Firda di malam selarut ini.

Yang lebih menyebalkan mereka berdua tidak menyadari kehadirannya, padahal langkah sepatunya cukup keras di lantai.

"Ehemm..."

Malik mendongak dan langsung berdiri menyambut Diva. "Azkim, sudah pulang?" Malik memeluk istrinya dan mencium kening Diva. "Gimana acaranya?"

"Bagus." Jawab Diva singkat dan sedikit ketus membuat Malik mengernyit.

"Kau ingin langsung istirahat?"

Diva melirik ke arah Firda yang duduk dan menatapnya dengan sinis. Tapi yang mengejutkan Diva, dia baru menyadari kalau Firda sedang memakai baju kimononya. Diva mengernyit dan menatap suaminya untuk minta penjelasan.

Malik bingung melihat Diva menatapnya marah.

Kesal melihat suaminya yang tidak peka, hilang sudah kesopanan yang biasanya dia banggakan pada dirinya.

"Kenapa dia di sini dan memakai bajuku, Mal."

Malik langsung paham jika istrinya sedang marah, karena istrinya tidak pernah memanggilnya dengan sebutan nama.

"Tadi kami bekerja dan sekarang sudah sangat malam, jadi dia kutawari menginap di sini. Tidak apa-apa kan, Azkim? Dan dia memakai bajumu karena dia tidak bawa baju ganti."

Diva kesal dengan jawaban suaminya yang tampak tak merasa bersalah. Akhirnya dengan langkah menghentak, Diva meninggalkan suaminya.

"Azkim...dengar dulu..." Malik mengejar istrinya dan masuk ke kamar. Dilihatnya Diva tengah mencampakkan tasnya ke tempat tidur dan membuka sepatunya dengan mengayunkan kakinya hingga para sepatu terlontar beberapa meter.

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang