Sudah berkali-kali Diva mencoba menghubungi ponsel Davi, tapi sama sekali tidak diangkat. Hari ini hari Minggu, biasanya Davi selalu mengajaknya jalan keluar. Namun sudah dua kali weekend ini, Davi tidak datang ke rumah mengajaknya keluar. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Diva menjadi cemas, apalagi sikap Davi akhir-akhir ini agak berubah. Davi sering terlihat gugup jika ada di dekatnya. Bahkan aktivitas seksual mereka terakhir adalah seminggu yang lalu di kantor. Padahal biasanya mereka setiap hari melakukannya baik di kantor, di ruang kerja Davi, atau sepulang kerja di apartemen Davi. Davi akhir-akhir ini juga sering pergi rapat keluar tanpa membawanya seperti yang biasa dilakukannya. Hatinya betul-betul cemas.
Diva duduk bersandar di kepala ranjangnya dan terus memandang ponselnya, berharap akan mendapat panggilan masuk dari sang kekasih. Namun sampai setengah jam kemudian, jangankan menelepon, memberinya pesan juga tidak.
Tak sadar tiba-tiba saja air mata jatuh dipipi mulusnya. Entah mengapa perasaannya jadi tidak enak. Apalagi semalam dia bermimpi aneh, pakaiannya diambil orang. Kalau menurut orangtua jaman dulu, arti mimpi itu adalah milik kita akan diambil orang.
Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.
"Diva, kamu gak makan, dari tadi gak keluar kamar."
Itu suara ibunya.
Diva menghapus air matanya dan menghembuskan nafasnya untuk meringankan sesak di dadanya.
"Iya, Bu, Diva keluar sekarang."
Diva membuka pintu dan melihat ibunya yang tersenyum hangat kepadanya. Senyum yang selalu menenangkannya yang seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
"Sayang, ini sudah siang dan kamu bahkan belum sarapan. Kamu gak takut maag kamu kambuh." Ucap ibunya lembut.
Diva bahagia karena mempunyai orangtua yang selalu bersikap lembut dan penuh kasih sayang kepadanya, bahkan ketika dia membuat suatu kesalahan. Ayah dan ibu Diva selalu bertutur kata yang lembut menasehatinya. Diva tidak pernah melihat ayah dan ibunya bertengkar dan berkata kasar, apalagi membentak.
Ayah Diva, Gunawan, adalah seorang koki dan pemilik sebuah kafe sederhana. Walaupun sebenarnya masakannya lezat, tapi kafe ayahnya tidak bisa menjadi besar dan terkenal. Mungkin memang rejekinya hanya segitu saja. Namun cukup memenuhi kebutuhan mereka walau tidak mewah.
Diva dan ibunya bersama-sama berjalan menuju ruang makan.
"Tumben Davi gak datang ke rumah, malah sudah dua minggu ini. Apa kalian bertengkar, Sayang." Tanya ibunya.
Diva sempat terhenti jalannya, namun kemudian dia berjalan lagi.
"Tidak, Bu. Dia lagi sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Amerika."
Kedua orangtua Diva memang mengetahui hubungan Davi dan Diva. Namun tidak dengan kedua orangtua Davi. Davi sama sekali belum pernah mengenalkannya kepada orangtuanya.
"Oh, ya? Kapan dia berangkat?"
"Sekitar dua bulan lagi, Bu."
"Terus, kamunya gimana?"
"Ya mau gimana lagi, Bu. Gak mungkinkan Diva menghalanginya untuk maju."
"Ya, kamu benar, Sayang. Kalian juga masih muda."
Diva dan ibunya duduk di kursi makan. Di meja sudah tersedia makanan kesukaannya, opor ayam, plus rempeyek teri. Namun tetap saja nafsu makannya tidak bisa naik karena masih memikirkan Davi.
Diva berusaha menelan makanannya yang terasa nyangkut di leher. Namun demi menghargai masakan ibunya, Diva memakan masakan ibunya.
💖💖💖

KAMU SEDANG MEMBACA
D I V A
RomansPRIVAT ACAK!! FOLLOW DULU SUPAYA BISA BACA LENGKAP 🤗 Diva adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita, pintar dan bertubuh seksi. Diva adalah sosok wanita sempurna namun kehidupan cintanya tidaklah sesempurna dirinya. Diva mempunyai seorang keka...