19

3.7K 472 32
                                    

Diva ragu untuk meneruskan niatnya mengunjungi suaminya di Jerman. Dia takut apa yang ada di pikirannya terbukti benar.

Apakah dia akan kehilangan lagi pria yang dekat dengannya? Entahlah. Rasanya sulit sekali meraih bahagia bersama pasangannya. Kenapa selalu ada orang ketiga yang menghancurkan hubungannya dengan pria. Apa salahku? Bukankah selama ini aku sudah berusaha memenuhi kebutuhan suamiku dan menjadi istri yang baik baginya? Atau mungkin ini karma bagiku karena dulu pernah berhubungan bebas dengan lelaki yang bukan suamiku. Allah mungkin sedang menghukumku.

Oh, entahlah.

Tapi bagaimanapun aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku harus ke sana.

Diva segera memesan tiket pesawat, kemudian membawa beberapa pakaian dan memasukkannya ke tas kecil. Setelah itu dia mendatangi anak-anaknya dan bermain dengan mereka. Penerbangan masih tiga jam lagi, jadi dia bisa bersantai dan berpikir dengan tenang.

**

Diva tiba di hotel Belmond Miraflores, dia sudah siap membawa suratnikah jika tak diijinkan masuk ke kamar suaminya. Dia bermaksud minta kunci cadangan dengan alasan memberi surprise untuk suaminya.

Diva menuju resepsionis. "Miss, bisa tolong saya. Saya mau memberi kejutan ke suami saya. Jadi saya mau minta kunci cadangan."

"Atas nama siapa, Nyonya."

"Malik Zein." Diva memberikan buku nikah agar resepsionis itu percaya.

"Baiklah. Ini kuncinya."

Diva tersenyum gembira karena rencananya berhasil. Diva langsung bergegas menuju lift, selanjutnya menuju kamar suaminya.

Dengan perlahan-lahan Diva membuka pintu dan masuk ke kamar yang sangat mewah, sebuah kamar suit. Diva mendengar suara pria dan wanita yang sedang berbicara, tapi karena suaranya pelan, dia tak begitu mendengar apa yang mereka ucapkan. Jantung Diva berdegup kencang semakin mendekati kamar yang pintunya agak terbuka. Tangan Diva menggapai pintu dan membukanya perlahan, dan alangkah terkejutnya dia saat melihat seorang wanita tengan menunduk di atas suaminya. Dia tak tahu apa yang sedang mereka lakukan, tapi suaminya tengah berbaring di tempat tidur sementara seorang wanita menunduk di atas suaminya. Wanita itu membelakanginya. Emosi yang sudah ditahannya sejak mendengar suara seorang wanita memakai ponsel suaminya, kini meledak.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!"

Si wanita berdiri tegak dan mbalikkan badannya. Dia sangat terkejut melihat Diva ada di kamar hotel. Sangkin terkejutnya, wanita itu tak bisa berkata apa-apa.

"Azkim?"

Diva berjalan maju walau sebenarnya kakinya terasa sangat lemah dan hampir tak bisa berjalan. Wajahnya memerah karena marah.

"Jadi ini yang kamu lakukan dan tanpa kabar selama ini!" Ujar Diva sambil menunjuk jarinya ke wajah suaminya. "Kamu selingkuh juga akhirnya. Dan dengan pegawaimu sendiri." Air mata Diva hampir tumpah, tapi dia menahannya sekuat tenaga. Dia gengsi kalau harus menangisi pengkhianatan suaminya dan akan membuat senang Firda. Ya, Firdalah wanita yang sedang bersama suaminya. Diva sama sekali tak memperhatikan wajah pucat Malik karena sedang sangat emosi.

"Azkim, dengarkan dulu...."

"Jangan panggil aku Azkim. Ucapanmu sama sekali tak bisa di percaya. Aku sama sekali tak menyangka, kamu tega berbuat seperti ini kepadaku!"

"Jadi, apa maumu?" Tanya Malik dengan suara lemah sambil berusaha duduk walau sulit.

"CERAIKAN AKU!!!" Dan kamu bisa bersama jalangmu ini!"

Malik tampak tenang mendengar cacian istrinya, kemudian menghrla nafas. "Baiklah. Aku ceraikan kamu sekarang juga. Segala kebutuhanmu akan tetap aku penuhi sampai kamu menikah lagi, dan kuberikan 30% saham perusahaanku."

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang