11

5.7K 494 27
                                    

Tanpa sadar Diva mencengkeram tas tangannya dengan kuat karena detakan jantungnya begitu keras hingga membuatnya hampir limbung. Untunglah dia tidak sampai terhuyung berkat rangkulan erat tangan suaminya di pingganggnya.

"Wa'alaikumsalam, Davi." Ucap Malik dengan senyum lebar karena Davi tidak membalas ucapan salamnya.

Mendengar ucapan rekan bisnisnya, Davi jadi tersadar kembali. "Oh, wa'alaikumsalam, silahkan masuk Mr. Zein." Davi menepi agar tamunya bisa masuk ke rumah.

Davi sama sekali tidak pernah menyangka jika Diva lah istri Mr. Zein. Tidak mungkinkan Diva asistennya melihat rangkulan tangan Mr. Zein di pinggang Diva. Dan itu membuat Davi sangat cemburu. Dia tidak rela Diva nya disentuh pria lain.

"Davi, perkenalkan, ini istri saya, Diva." Ucap Malik dengan bangga. "Tapi saya rasa anda sudah mengenalnya, karena istri saya ini dulu kan sekretaris anda."

Malik sama sekali tak menyadari dua orang yang sedang di perkenalkannya saling menatap dengan tajam. Davi merasakan sesak di dadanya mengetahui belahan jiwanya sudah menjadi milik orang lain, sementara selama ini dia selalu menjaga hati dan tubuhnya hanya untuk Diva. Kecuali ketika dia mabuk waktu itu dan terjadilah kekhilafan. Dia sangat cemburu dan marah saat ini. Dia selama ini setia kepada Diva tapi tidak dengan Diva. Cepat sekali Diva mencari penggantinya. Dia tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi kelanjutan hidupnya. Apa dia harus belajar mencintai Amelia yang sudah berubah tingkah lakunya?

"Papa....." Sebuah suara memecahkan suasana yang tegang.

Semua mata berpaling ke arah anak kecil yang memakai piama bercorak stroberi dan sedang memeluk boneka. Anak itu bertubuh sangat mungil, berkulit putih dengan rambut agak pirang.

"Sayang.....Mona....maaf....mengganggu. Sayang, ayo sama Mama."

"Nggak au...Mona mau cama Papa..." Ucap Mona seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ayo sayang, Papa lagi ada tamu. Mona sama Bibik dulu ya." Bujuk Amelia.

"Wah...anda ternyata sudah punya anak, Davi." Sahut Malik namun wajah Davi tetap datar dan tak mau menoleh sedikitpun ke arah anak kecil itu.

Diva menatap sinis ke arah Davi dan anak kecil itu. Jujur saja, rasa sakit itu masih terasa apalagi membayangkan anaknya sendiri tak bisa memanggil Davi papa. Sementara anak kecil itu bebas memanggil papa ke Davi.

"Amelia, bawa anak itu ke dalam, kemudian menyusullah ke sini." Ucap Davi dingin.

Amelia tampak ketakutan melihat amarah Davi yang dia sudah hafal jika melihat anaknya. "Iya....ayo sayang." Amelia menggendong anaknya yang langsung menangis ke dalam ruangan lain.

"Maaf atas keributan tadi."

"Tidak apa-apa, Davi. Anak-anak memang begitu. Usia anak kamu gak jauh beda dengan anak perempuan kami, mereka memang sedang manja-manjanya seusia itu."

Davi terkejut, tak menyangka jika Diva dan Malik bahkan sudah memiliki anak. "Kalian sudah punya anak?" Ucapnya tak percaya. Semudah itukah Diva berpaling darinya?

"Yah, begitulah. Anak perempuan saya sangat cantik persis ibunya. Namanya Olivia Zein." Jelas Malikdengan bangga.

Rasanya tenggorokkan Davi tiba-tiba kering, denyut di dadanyapun semakin sakit. Divanya telah melahirkan anak dari pria lain. Padahal dia dulu berharap Diva akan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak. Sungguh kejam takdir cintanya. Akankah ia bisa bersama Diva lagi di kemudian hari? Sedangkan Diva telah memiliki suami.

"Sayangnya tadi saya tidak bisa membawa anak-anak kami. Mereka sudah sangat lelah bermain seharian hari ini." Lanjut Malik yang tak menyadari perasaan tuan rumahnya.

"Tidak apa-apa. Mungkin lain kali. Ayo, kita langsung ke ruang makan." Ajak Davi sambil menatap Diva dengan tajam.

Diva berjalan dengan menggandeng lengan suaminya. Bukan maksudnya ingin memamerjan kemesraan di depan Davi, tapi karena kakinya yang tiba-tiba lemah dan gemetar dari tadi saat mengetahui bahwa rekan bisnis suaminya adalah sanga mantan.

Di ruang makan ternyata sudah ada istri Davi. Mereka makan sambil membicarakan masalah bisnis. Diva sangat menyadari kalau dari tadi Davi selalu melirik ke arahnya, namun dia pura-pura tidak tahu.

Bunyi dering telepon membuat pembicaraan antara Malik dan Davi terhenti.

"Maaf, saya permisi sebentar." Diva bangkit dari kursi dan berjalan ke ruangan lain untuk mengangkat telepon. Ternyata dari pengasuhnya yang mengatakan kalau Oliv hangat badannya.

"Baiklah, saya akan segera pulang." Saat Diva membalikkan badan, tubuhnya terbentur oleh sesuatu yang keras, dan ketika dia mendongak, ternyata tubuh Davi lah yang ada di depannya.

Deg

Deg

Deg

Ahh....ternyata jantungnya masih bekerja dua kali lipat saat berada di dekat Davi.

Dengan gugup Diva melangkah mundur agar menjauh dari Davi. Diva melihat tatapan sinis Davi kepadanya.

"Aku gak menyangka kamu begitu cepat mencari penggantiku. Kukira kau dulu begitu mencintaiku, ternyata aku salah." Ucap Davi sinis.

Wajah Diva memerah karena marah. Hellowww....bukannya dia duluan yg meninggalkanku, kenapa ucapannya seolah menuduhku yang duluan berkhianat.

"Seingat saya, andalah yang lebih dulu memutuskan menikahi wanita lain." Balas Diva tak kalah sinis.

"Tapi kamu kan tahu aku terpaksa menikahinya." Bantah Davi.

Diva tertawa mengejek. "Hahaha....terpaksa kok bisa punya anak juga. Itukah yang namanya terpaksa, Tuan Davi yang terhormat."

"Kau tidak tahu apa-apa! Jangan mengambil kesimpulan sembarangan!"

"Cihh....jangan ge er....saya sama sekali tidak ingin mengetahui apapun tentang rumah tangga anda." Divva memandang sinis Davi dengan tangan bersedekap.

Rahang Davi tampak mengeras dengan tangan terkepal.

"Diva, apa benar kau sudah punya anak dengannya?"

Diva terdiam, dia tak ingin berbohong tapi juga tak ingin memberitahu Davi yang sebenarnya.

"Itu bukan urusanmu! Sebaiknya kita urus rumah tangga kita masing-masing." Diva langsung berlalu hendak meninggalkan Davi namun lengannya dicekal Davi. Diva menoleh menatap Davi.

"Diva, aku tak suka kalau kau disentuh oleh pria lain." Ucap Davi tak sadar sangkin frustasinya.

Diva menghempaskan tangannya yang dicekal Davi hingga terlepas. "KAU GILA! EGOIS!" Diva pun langsung berjalan cepat meninggalkan Davi.

Davi meraup wajahnya kasar. Dia benci membayangkan tubuh Diva disentuh suaminya. Diva itu miliknya. Dan berharap suatu hari akan bersama lagi dengan Diva. Sulit baginya menghilangkan Diva dari benaknya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa mengubah kenyataan kalau Diva sudah menikah dengan pria lain.

Di balik tembok Amelia mendengar dan menyaksikan semuanya. Setetes air mata jatuh di pipinya. Ternyata wanita yang merupakan mantan sekretaris suaminyalah yang menjadi penghalang kebahagiaan rumah tangganya. Wanita itu begitu cantik, pantas saja Davi tak dapat melupakannya.

"Diva, bagaimanapun caranya, aku akan membuatmu kembali padaku suatu hari. Akan kupastikan itu." Ucap Davi pelan yang hanya bisa didengarnya sendiri.

=================

03012019

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang