25

7.4K 611 57
                                    

"Dimana Diva dan Pak Gunawan?" Tanya Malik ke pengasuh Oliv yang bernama Bu Ani. Malik masih memangku Oliv yang sudah tertidur. Malik heran karena sudah pukul tujuh malam, Diva dan Gunawan belum pulang. Tadi dia asik bermain dengan Oliv hingga tak menanyakan keberadaan Diva dan Gunawan.

"Tadi Bapak nelepon dan cuma pesan untuk menjaga Oliv, Mister. Saya gak tahu kemana Bapak. Tapi kalau Nyonya Diva, lagi pergi sama temannya berbelanja ke mal. Katanya mau cari keperluan bayi."

"Temennya laki atau perempuan?" Selidik Malik yang sudah cemburu saja baru mendengar Diva jalan sama temannya.

"Perempuan, Mister."

Malik langsung lega perasaannya mendengar jawaban Bu Ani. Malik pun berjalan menuju kamar Diva dan meletakkan anaknya ke pembaringan. Kemudian dia keluar lagi dan duduk di sofa menunggu kedatangan Gunawan dan Diva.

Tak lama berselang, Gunawan, Davi dan Rena masuk ke rumah. Gunawan tampak terkejut melihat kedatangan mantan menantunya.

"Malik?"

"Ayah." Malik berdiri dan berjalan mendekati mertuanya, kemudian memeluk mertuanya. "Apa kabar, Ayah."

"Baik." Gunawan mengamati Malik. "Kau...."

"Insha Allah aku sudah sembuh, Ayah. Karena itu aku datang mau menjemput anak istriku."

Wajah Gunawan langsung lesu hingga menimbulkan kernyit di dahi Malik.

"Ada apa, Ayah?"

"Diva diculik." Sahut Davi ketus.

"Apaa!!" Malik terkejut bukan kepalang mendengar berita itu.

"Betul, Malik. Ayo kita duduk dulu dan membahas masalah ini." Ucap Gunawan.

Rena pun menceritakan kejadiannya kepada Malik. Tadi Malik terkejut ketika menyadari keberadaan menejer hotelnya di rumah Diva. Rena pun menjelaskan kalau dia sahabat Diva.

"Jadi, polisi belum mengetahui keberadaan Diva sampai sekarang?" Tanya Malik panik.

"Belum. Kami disuruh pulang tadi dan akan diberi tahu jika ada perkembangan." Ucap Davi.

Malik mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Dia memerintahkan agar orang yang diteleponnya segera melakukan pencarian Diva.

Mereka semua masih duduk di ruang tv hingga pukul sepuluh. Semua menunggu kabar dengan perasaan cemas saat tiba-tiba saja terdengar suara tangis Oliv yang terbangun mencari Annenya.

Malik dan Davi sama-sama berdiri dan bergegas menuju kamar Diva yang terletak di lantai bawah. Malik baru menyadari kalau Davi ikut masuk ke kamar saat dia sudah di dekat tempat tidur.

"Davi, kau tak perlu ikut repot. Keluarlah."

"Tapi dia putriku."

Malik terkejut sampai tak mendengar rengekkan Oliv. Malik masih terpana saat Davi mengambil Oliv dan menggendongnya kemudian menimangnya.

"Pappaa...." Ucap Oliv bingung melihat papanya ada saat dia bangun. Karena sebelumnya itu tidak pernah terjadi.

"Iya, Sayang. Ini Papa. Oliv bobok lagi ya." Bujuk Davi sambil terus menimang Oliv.

"Anne...." Rengeknya. "Cucu...."

"Biar aku yang buat." Sahut Malik setelah sadar dari kebingungannya. Nanti dia akan membahasnya setelah Oliv tidur lagi.

Tak lama kemudian Malik kembali membawa sebotol susu. Malik sudah biasa membuat susu untuk Oliv, jadi dia sudah tahu takarannya.

"Sayang, sini mimik susu sama Babam."

Oliv menoleh dan langsung tersenyum mengulurkan kedua tangannya ke arah Malik. "Babam..."

Davi tampak enggan menyerahkan Oliv kepada Malik. Bagaimanapun dia cemburu melihat anaknya dekat dengan pria lain selain dia dan mengaggap pria lain itu juga sebagai ayahnya.

"Kita akan bicara." Ucap Malik.

Setelah menghabiskan susunya, Oliv kembali tidur.

"Ayo, kita bicara di ruangan lain." Ujar Malik sambil berjalan keluar dari kamar Diva. Dalam hati bertanya-tanya sudah sedekat apa hubungan Diva dan Davi selama mereka berpisah. Apakah dengan kenyataan mereka ternyata memiliki anak akan membuat mereka bersama lagi? Tidak! Aku tidak akan membiarkannya! Aku dan Diva juga akan segera memiliki anak. Dan Oliv sejak di dalam kandungan juga sudah bersamaku.

"Apa yang ingin anda bicarakan, Mr. Malik?"

"Apa hubunganmu dengan Oliv, dan istriku?" Walaupun sudah punya bayangan, tapi Malik ingin kepastian.

"Aku dan Diva dulu sepasang kekasih. Dan Oliv adalah putri kami." Tegas Davi. "Oh ya, setahuku kalian sudah bercerai."

Malik mengetatkan rahangnya, sedang kedua tangannya dikepalkan menahan marah dan cemburu.

"Apa tujuan kamu ke sini, Mr. Malik?" Tanya Davi.

"Aku akan menjemput Diva dan Oliv."

Davi tertawa. "Setelah kau dengan teganya menceraikannya? Aku rasa Diva tak akan mau kembali kepadamu. Apalagi kami akan kembali bersama terutama demi anak kami." Davi terpaksa berbohong agar Malik pergi. Bukankah semua halal dalam cinta dan perang?

Malik mendengus dan menatap sinis Davi. "Diva juga tengah hamil anakku, kalau kau lupa. Dan kuperingatkan agar kau menjauhi Diva, Dav. Atau aku akan putuskan kerjasama kita dan hancurkan perusahaanmu. Itu mudah bagiku." Ancam Malik.

Davi terkejut, Malik yang dikenalnya santun dan bijaksana bisa berlaku kejam dengan mengancam perusahaannya demi Diva. Davi sadar jika sampai Malik melakukan ancamannya, perusahaan Davi akan koleps.

"Sangat pengecut." Ucap Davi ketus.

"Aku tidak peduli. Dan aku serius dengan ucapanku."

"Kita lihat saja, siapa yang akan dipilih Diva. Kau, atau aku." Kemudian Davi meninggalkan Malik.

***

Diva memandang penuh amarah ke arah wanita yang sangat dikenalnya. Entah apa yang ada dipikiran wanita itu sampai berani menculiknya.

Wanita itu dan dua orang pria berbadan besar tengah tertawa melihat penderitaannya. Bayangkan saja, dia belum diberi makan dari semalam hingga siang oleh ketiga orang tak berhati ini. Diva hanya bisa berdoa semoga anak dalam perutnya baik-baik saja. Diva memang tidak diikat, tapi dia juga tidak dapat melawan kedua pria berbadan besar itu, apalagi kondisinya yang hamil tua memang tidak memungkinkan untuk melawan. Diva di sekap di sebuah kamar yang lampunya remang-remang dan tanpa jendela. Entah dimanapun Diva tidak tahu karena saat perjalanan matanya ditutup.

"Sebaiknya dia kalian habisi saja. Dia adalah penghalang dan perusak hubunganku. Kalau aku tidak dapat bersatu dengan pria yang kucintai, tidak juga dengan dia!"

"Dasar perempuan gila! Aku sama sekali tak berminat untuk kembali lagi dengannya. Kau bebas memilikinya. Lepaskan aku!" Seru Diva.

"Masalahnya, selama kau masih ada didunia ini, dia akan terus berusaha mendapatkanmu!" Bentak wanita itu. "Habisi wanita ini. Dan jangan sampai meninggalkan jejak." Wanita itupun keluar dari ruangan pengap itu sambil membanting pintu, meninggalkan Diva yang ketakutan melihat tatapan sangar kedua pria dihadapannya.

===============

29062019

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang