"Aku pergi dulu, Azkim. Aku akan sering menghubungi kamu. Jaga anak-anak dengan baik."
Entah kenapa Diva merasa ucapan suaminya membuatnya sedih. "Apa kamu gak bisa pulang dua minggu sekali?" Pinta Diva.
"Maaf. Aku akan sangat sibuk. Tapi kalau bisa akan kuusahakan pulang sebulan sekali."
Malik memeluk dan mengecup Diva, kemudian berjalan meninggalkan Diva.
Diva berbalik badan dan berjalan menuju parkiran. Saat dia hendak masuk ke mobil, sekilas dia seperti melihat Firda yang berjalan sambil menyeret koper. Diva menggelengkan kepalanya dan menepis bayangan Firda.
Tidak mungkin. Ah...sudahlah.
***
Di awal-awal Malik masih sering menghubungi Diva dan anak-anak. Tapi belakangan ini setelah dua bulan kepergiannya, Malik bagai ditelan bumi. Tak dapat dihubungi juga tak menghubungi Diva, walau sekedar menanyakan kabar saja.
Hati Diva resah juga gelisah memikirkan keadaan suaminya.
Hari ini, karena sudah tak dapat bersabar lagi menunggu kabar dari suaminya, Diva memutuskan akan bertanya kepada Hardibrata tentang suaminya.
Diva berjalan menuju ruangan kantor suaminya yang saat ini ditempati oleh Hardibrata.
Diva bertanya ke asisten suaminya sebelum masuk, kemudian pintu dibukakan oleh asisten tersebut. Diva pun masuk dan melihat Hardibrata yang tampak sibuk dengan berkas-berkas di mejanya.
"Selamat pagi, Mas Hardi?"
Hardi mendongak dan tersenyum melihat kedatangan wanita cantik itu. Hardi bangkit dari duduknya untuk menyambut Diva.
"Diva. Apa kabar? Sudah lama nggak ke kantor ya?" Sambutnya seraya mempersilahkan Diva duduk di sofa. Hardi duduk di hadapan Diva. Hardi suka sekali memandang wajah jelita Diva yang sayangnya sudah menjadi milik sepupunya.
"Kabar baik, Mas."
"Pasti kamu ada keperluan sangat penting sampai harus ke kantor."
Diva tersenyum kecil dan mengangguk membenarkan. "Apa kamu tahu kabar suamiku? Sudah lama sekali dia tak ada kabarnya, Mas."
Hardi terkejut, namun segera mengendalikan diri lagi agar wajahnya tetap tampak tenang. Dia bukan tidak tahu kondisi sepupunya, karena setiap hari dia menelepon Firda. Dan dari laporan Firda, Malik dalam keadaan drop dan sangat lemah fisiknya. Malik tak dapat diganggu. Bahkan untuk bicara saja dia sangat lemah.
Namun Hardi harus berbohong kepada Diva agar Diva tenang dan tak curiga. "Mmmm...dia sangat sibuk, Diva. Membangun usaha baru di sana sangat menyita waktunya. Sabarlah."
"Tapi, sesibuk apapun seharusnya dia bisa meluangkan waktunya untuk sekedar meleponku. Aku ini istrinya, Mas." Kesal Diva.
"Mas tahu. Tapi maaf, Mas gak bisa berbuat apapun."
"Tapi, Mas...."
"Pak Hardi, rapat dimulai lima menit lagi." Ucapan Diva dipotong oleh asisten Malik yang masuk ke ruangan.
Hardi langsung bangkit dari duduknya. Dia merasa senang bisa menghindar dari pertanyaan-pertanyaan Diva. "Maaf, Diva. Mas harus rapat."
"Aku tunggu. Banyak yang mau kutanyakan ke Mas." Ucap Diva keras kepala. Dia tak mau menyerah untuk mendapatkan informasi tentang suaminya. Dalam hati kecilnya dia yakin Hardi tahu keadaan suaminya. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya.
Hardi menghela nafas. "Baiklah. Mas keluar dulu. Nanti kita makan siang bersama ya."
Diva mengangguk.
Sudah setengah jam Diva menunggu Hardi yang belum selesai juga rapatnya. Diva mulai merasa bosan dan tiba-tiba dia mempunyai ide untuk mencari sesuatu petunjuk di ruangan suaminya ini. Siapa tahu ada, pikir Diva.
Diva mulai memeriksa berkas-berkas di laci dan meja. Namun dia tak menemukan satupun petunjuk, sampai akhirnya dia mendengar dering ponsel. Diva melirik ke meja kerja dimana ponsel yang berdering itu berada. Diva terkejut melihat nama suaminya yang ada di layar ponsel Hardi.
Suaminya menghubungi Hardi? Tapi, kenapa tidak pernah menghubunginya? Ada apa ini?
Segala pikiran dan bayangan buruk berkecamuk di kepala Diva. Namun akhirnya Diva memutuskan menerima panggilan telepon itu. Diva menekan tombol hijau, namun yang terdengar bukan suara suaminya, melainkan suara seorang wanita.
"Hardi, kami sekarang sudah di Hotel Belmond Miraflores. Sudah ya, Malik memanggilku."
Dada Diva terasa sesak mendengar ucapan si penelepon. Jantungnya seolah merosot ke lantai. Bahkan ponsel yang dipegangnya hampir saja jatuh dari tangannya. Dia tak mengerti apa yang terjadi. Tapi yang dia tahu, saat ini suaminya tengah bersama wanita lain di sebuah hotel.
Ada apa ini? Ya Tuhan, jangan sampai terulang lagi. Dia tak akan sanggup menahan rasa sakit hati sekali lagi.
Ya Allah, bantu aku.
Kenapa rasanya sangat sakit membayangkan suamiku bersama wanita lain?
Tidak!
Tidak! Ini bukan cinta! Aku tak ingin jatuh cinta lagi! Aku gak mau.
Diva menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata-kata dalam hati. Tak terasa setetes air mata jatuh di pipi mulusnya.
Dengan menyentakkan badannya, Diva bangkit dari kursi kerja suaminya dan melangkah keluar.
***
Sesampainya di rumah, Diva tak tahu harus berbuat apa. Bahkan sedari tadi celotehan anak-anaknya hampir tak di dengarnya. Pikirannya melayang-layang ke suara penelepon tadi.
"Mama, mana Papa?"
Diva tersentak mendengar suara teriakan Altan, hingga ia menoleh ke anak tirinya. "Eh...Altan nanya apa tadi sayang?"
"Papa mana? Altan lindu."
Diva tersenyum dan membelai wajah putra tampannya itu. "Papa lagi kerja. Sabar ya?"
Altan seolah mengerti dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sedangkan putrinya tampak senang bermain-main sendiri dengan bonekanya.
Diva sebenarnya bingung. Kalau menuruti hatinya yang lagi terluka, dia ingin menyusul Malik ke Jerman untuk membuktikan sesuatu. Tapi dia juga gak sanggup jika melihat suatu kebenaran yang nantinya akan membuat perasaannya terluka kembali.
***
"Pokoknya aku gak akan mundur lagi. Camkan itu!"
Wanita di depannya menangis tersedu-sedu memohon agar suaminya membatalkan niatnya untuk menceraikannya. Sungguh dia sudah sangat mencintai suaminya itu.
"Apakah tidak bisa kita mulai dari awal lagi? Aku janji akan merubah sikapku."
Lelaki itu mendengus mendengar ucapan calon mantan istrinya. "Tidak! Dan mulai sekarang, kita akan pisah rumah. Karena rumah ini milikku, kau bisa angkat kaki dari rumah ini mulai besok."
Tubuh wanita itu langsung luruh ke lantai mendengar pengusiran suaminya. Air mata pun jatuh berderai di pipinya yang mulus.
===============
20042019
Maaf ya lama apdet, apalagi gegara pilpres bikin gak konsen nulis. Pikiran tersedot ke sana. Hehehe😂

KAMU SEDANG MEMBACA
D I V A
RomancePRIVAT ACAK!! FOLLOW DULU SUPAYA BISA BACA LENGKAP 🤗 Diva adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita, pintar dan bertubuh seksi. Diva adalah sosok wanita sempurna namun kehidupan cintanya tidaklah sesempurna dirinya. Diva mempunyai seorang keka...