5

5.8K 470 12
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA BIAR SAYA SEMANGAT 😀

.
.
.
.

Diva akhirnya sadar kembali dan bingung melihat suasana disekelilingnya yang tampak asing.

"Kau sudah sadar, Miss Diva."

Diva terkejut kemudian menoleh ke kiri dan di sana dilihatnya Mr. Zein duduk di sofa. "Anda....dimana saya dan dimana Adrian?"

Mr. Zein berjalan mendekati Diva. "Tenanglah, kamu lagi di rumah sakit dan Adrian baru saja pulang. Sebentar lagi orangtuamu akan datang."

Dan benar saja tak lama kemudian orangtua Diva datang. Wajah mereka tampak khawatir.

"Diva, sayang....kamu kenapa?" Ucap Lisa sambil mengelus kepala Diva.

"Diva tidak apa-apa, Bu."

"Diva, kenapa kamu menghadiri pesta itu. Tadi Adrian yang bilang kalau kau pingsan di pesta pernikahan Davi." Tanya ayahnya.

"Maaf, Ayah, Ibu. Diva hanya ingin melihatnya untuk yang terakhir kali." Sahutnya lirih. Diva tak kuasa lagi membendung air matanya yang telah ditahan-tahannya selama sebulan ini, berusaha untuk tegar. Kisah cintanya telah berakhir sejak Davi lebih memilih menikahi perempuan lain. Dia patah hati. Hatinya sangat pedih hingga dadanya terasa sesak.  Dia berpacaran dengan Davi bukan dalam waktu yang sebentar, tapi hampir 10 tahun lamanya. Tidak mudah baginya melupakan seseorang yang sudah begitu lama menggenggam hatinya. Bahkan jiwa raganya telah diberikan kepada kekasih hatinya.

Gunawan dan Lisa menghela nafas. Mereka memaklumi keadaan anaknya, karena pasti tak akan mudah melupakan orang yang sudah mengisi hati putri mereka selama bertahun-tahun itu.

"Tapi Ayah harap ini terakhir kamu menemui pria brengsek itu. Ayah gak mau lihat kamu bersedih terus."

Seorang dokter dan perawat masuk ke ruangan Diva.

"Ibu Diva, selamat ya, anda akan segera memiliki anak."  Ucap dokter itu.

Namun ucapan dokter itu bagai petir di siang bolong bagi Diva, Gunawan dan Lisa. Diva tak bisa mengucapkan sepatah katapun, namun ayah dan ibunya berteriak bersamaan.

"APAAAA...? HAMIL....?"

Sang dokter tampak bingung dengan tanggapan dari keluarga pasiennya yang tampak tak gembira mendengar berita itu. "Iya....Pak...Bu...sudah lima minggu usia kehamilan anak anda."

Lisa menatap putrinya dengan kecewa, kemudian menangis. "Diva....katakan itu tidak benar, Nak."

Diva menangis sesenggukkan tak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Gunawan menundukkan wajahnya dengan mata terpejam menahan sakit di dadanya. Dia tak menyangka putrinya bisa melakukan perbuatan nista itu dan sekarang pria yang menghamilinya sudah menikahi gadis lain. Tidak mungkin dia meminta pertanggungjawaban dari lelaki laknat itu apalagi keluarga lelaki itu sangat tidak menyukai Diva. Hatinya hancur sebagai seorang ayah.

"Maafkan Diva, Bu....Ayah...hiks...Diva bersalah, Diva sudah mengecewakan Ayah dan Ibu....hiks..."

"Ayah....bagaimana ini. Pasti ini perbuatan Davi, kan? Dan sekarang dia sudah menikah, Diva...hiks...awww...." Lisa tampak kesakitan dan memegang dada kirinya.

"Sayang....."

"Ibu....."

💔💔💔

Diva menangis histeris di pusara ibunya. Dia tak mau meninggalkan pusara ibunya walaupun sejak satu jam yang lalu semua pelayat sudah meninggalkan pemakaman.

Ayahnya duduk di sisi Diva, wajahnya tampak pucat, air matanyapun sudah kering karena ditinggal oleh wanita yang sangat dicintainya, belahan jiwanya, kekasihnya. Namun dia menerima bahwa ini bagian dari takdir Allah. Istrinya meninggal akibat serangan jantung saat mendengar putrinya hamil, tapi kekasihnya telah menikahi gadis lain. Ibu mana yang tak hancur hatinya melihat putri yang sangat dicintainya dikhianati sedemikian rupa. Namun dokter mengatakan bahwa sebenarnya Lisa sudah lama mengidap sakit jantung itu dan saat mendengar berita buruk Lisa tak dapat menahan keterkejutannya dan sakit jantungnya mengulah. Tiga hari dirawat akhirnya istrinya tak dapat bertahan. Sebagai suami dia merasa gagal karena tidak mengetahui jika istrinya sedang sakit.

"Ibu.....maafkan Diva.....kenapa bukan Diva saja yang pergi....hiks..." Diva terus menangis meratapi kepergian ibunya. Rasa bersalah yang sangat dalam menggerogoti hatinya. Hingga akhirnya timbul rasa dendam dan benci kepada seseorang yang membuat hancur hidupnya dan keluarganya. Apalagi hal itu telah menyebabkan dia dan ayahnya kehilangan sosok wanita yang sangat mereka cintai. Rasanya Diva ingin mati saja, tak sanggup menghadapi rasa sakit yang ditimbulkan dari patah hati kehilangan kekasih dan juga ibunya sekaligus.

Sekarang dia mengerti kenapa ada yang sampai bunuh diri karena patah hati. Karena rasanya memang sungguh menyakitkan dan tak bisa terkatakan. Seluruh tubuhnya terasa sakit, lemah, dan mual. Bahkan untuk berjalan saja kakinya terasa lemah. Kalau bukan karena ayahnya yang selalu memberi kekuatan kepadanya, dia pasti tak sanggup menjalani hidup ini.

"Diva, sudah Nak. Mari kita pulang."

Diva memeluk ayahnya. "Ayah, maafkan Diva. Diva menyebabkan ibu meninggal...hiks..."

"Ini sudah takdir Allah, Nak. Ayo kita pulang."

Sambil berpelukkan, Gunawan dan Diva berjalan meninggalkan pusara itu. Saat mereka berjalan keparkiran, Diva terkejut melihat Mr. Zein ternyata belum pergi. Mr. Zein berdiri di dekat mobilnya, kemudian berjalan mendekati mereka. Mr. Zein ternyata bisa berbahasa Indonesia, jadi dia sudah mengetahui semuanya.

"Pak Gunawan, Diva, mari saya antar pulang." Tawar Mr. Zein. Tadi Diva dan ayahnya masuk ke mobil ambulan yang membawa jenazah Lisa. Jadi mereka memang tak membawa kendaraan untuk pulang.

"Kami tak ingin merepotkan anda, Tuan. Anda sudah sangat membantu kami dari kemarin." Sahut Gunawan.

"Tidak apa-apa. Sekalian ada yang mau saya bicarakan dengan anda dan Diva nanti."

Akhirnya Diva dan ayahnya masuk ke mobil Mr. Zein. Tanpa mereka ketahui sepasang mata menatap mereka sendu.

💔💔💔

Davi baru mengetahui jika ibunya Diva meninggal saat dia masuk ke kantor. Sekretaris barunya memberitahu kalau ibu Diva meninggal dunia. Sekretarisnya merasa perlu memberitahunya karena Diva adalah mantan sekretarisnya. Davi pun bergegas menuju ke pemakaman.

Davi hanya berani melihat dari kejauhan saat proses pemakaman. Dia melihat semuanya, bagaimana Diva terlihat sangat sedih ditinggal oleh ibunya.

Dia juga terkejut saat melihat Diva dan ayahnya masuk ke mobil Mr. Zein. Bagaimana mungkin Mr. Zein ada di sini? Dan terlihat sangat dekat dengan keluarga Diva? Sejak kapan mereka dekat?

Berbagai pertanyaan berseliweran di kepala Davi, hingga akhirnya dia memilih pulang ke rumah orangtuanya, dia yakin jika kembali ke kantor pasti juga tidak akan konsentrasi bekerja. Saat ini dia memang masih tinggal bersama kedua orangtuanya.

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang