22

3.6K 468 31
                                    

Kenapa dia lagi yang mengangkat panggilan ke ponsel suaminya? Apa mereka memang sudah hidup bersama begitu dia diceraikan?

Diva sama sekali tidak menyangka suaminya ternyata sekejam itu. Sesak sekali rasanya. Sekarang Diva benar-benar menyadari bahwa hatinya sudah menjadi milik suaminya. Sedangkan dengan Davi dia sudah tidak merasakan apa-apa. Davi hanya masa lalunya saja. Tapi, perasaan cintanya untuk suaminyapun sudah tak berguna lagi karena mereka sudah berpisah.

"Ya, hallo...ngapain kamu nelepon-nelepon lagi? Kamu sudah tak punya hubungan apapun dengan Malik." Ucap suara dari seberang sana dengan pongah.

"Firda, ini sangat penting. Biarkan aku bicara sebentar dengan Malik." Diva menekan egonya kuat-kuat demi anaknya. Biarlah dia dihina, yang penting dia bisa bicara dengan Malik.

"Firda, siapa yang menelepon."

Jantung Diva berdenyut perih mendengar suara mantan suaminya.

"Oh, Sayang. Ini hanya salah sambung saja."

Hubungan langsung diputuskan Firda sepihak tanpa peduli bagaimana perasaan Diva yang berdarah.

Kepala Diva berputar, kemudian semua terasa gelap. Namun sebelum dia jatuh ke lantai, sepasang tangan menangkapnya.

**

Malik sedang menerima telepon dari utusannya yang dikirimnya untuk memberikan surat pemberian harta gono gini untuk Diva. Tapi dia cukup terkejut mendengar jawaban utusannya bahwa Diva menolak pemberiannya. Malik menghela nafas. Tak ada yang dapat ia lakukan jika Diva menolaknya. Tapi dia akan tetap mengirimkan jatah Diva dan Oliv dengan langsung mentransfer ke rekening mantan istrinya.  Hidupnya tinggal sebentar lagi, jadi dia harus memastikan kesejahteraan Diva dan Oliv.

Sementara itu, tadi setelah Firda memutuskan hubungan telepon Diva, dia langsung menghapus panggilan dari Diva, supaya Malik tidak mencoba menelepon balik Diva dan tidak mengetahui bahwa Diva tadi menelepon Malik.

Sebenarnya Malik sama sekali tak mengajaknya ke Jerman untuk menemaninya melakukan pengobatan. Tapi dia sendirilah yang selalu datang mengunjungi Malik. Di Jerman ada asisten Malik dan seorang perawat yang mengurus Malik. Tapi waktu itu kebetulan saja saat Diva datang, asisten dan perawat Malik sedang makan, dan dia bersedia menjaga Malik saat mereka makan. Dan seperti saat ini, dia kembali beruntung, saat Diva menelepon, dia sedang bersama Malik.

**

Malik menatap layar ponselnya. Dia sedang menimbang untuk menghubungi Diva. Tapi ada rasa takut Diva akan menolaknya setelah dia diceraikan.

Setelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya Malik memutuskan menelepon Diva. Kondisinya hari ini agak lumayan setelah meminum ramuan tradisional yang dikirim dari Indonesia atas saran sepupunya, Hardibrata.

Pada bunyi ketiga barulah ponselnya diangkat.

"Hallo....dengan siapa?"

Malik terkejut mendengar suara seorang pria yang mengangkat telepon Diva, dan jelas itu bukan suara mertuanya. "Ini dengan siapa?"

"Dengan calon suaminya."

Malik terpaku dan tanpa sadar mematikan ponselnya.

Dengan tubuh lemas dan tak bersemangat, Malik menghempaskan tubuhnya di ranjang. Ternyata Diva begitu cepat beralih ke lain hati.

**

Diva yang sudah sadar tanpa sepengetahuan Davi dan tengah berbaring di bankar menatap tajam Davi.

"Kembalikan ponselku. Kamu lancang sekali Davi. Berani sekali kau mengaku sebagai calon suamiku!"

Davi menoleh, tapi dia sama sekali tak menggubris ucapan Diva. Davi malah menyerahkan amplop coklat ke Diva.

D I V ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang