0⃣3⃣

4.5K 953 163
                                    

"Apa ceramahku pagi ini masih kurang, sayang?" Sosok manis berparas cantik itu menatap Woojin yang sedang memakai jaket dengan sebuah kunci motor yang digenggam pria maskulin itu.

Woojin menghelas nafas dan menatap lawan bicaranya dengan malas, "Ingin kurobek pita suaramu itu, Jihoon?"


































"Kau benar-benar kasar untuk seukuran saudara kembar yang sedarah, Park."










"Berhenti memanggilku 'sayang', itu hanya membuat orang yang mendengar menjadi salah paham, Park." Woojin berjalan menuju pintu apartement, diikuti jihoon di belakangnya.

"Kali ini kau mau pergi kemana? Istirahatlah dengan benar kalau kau tidak mau menyebabkan kecelakaan pesawat. Dan lagipula, siapa yang akan salah paham hanya dengan sebutan 'sayang'?"

"Entahlah...." Woojin memutar knop pintu, "mungkin Guanlin dan Jinyoung? Aku pergi!" Woojin segera melesat keluar sebelum dilempari sepatu oleh saudara kembarnya.

"YA! MAU MATI KAU!?"

✈✈✈

Woojin mengantar Hyungseob sampai ke kantor tempatnya melamar kerja, menunggu sosok yang mirip dengan kelinci itu dari luar ruangan CEO. Hingga 45 menit kemudian pria menggemaskan itu muncul dari balik pintu ruangan.

Hyungseob yang memakai coat putih dengan jeans navy dan sepatu kets putih itu menghampiri Woojin yang duduk dijajaran kursi tepat di depan ruangan itu, "menunggu lama?"

Woojin tersenyum dan menggeleng pelan, "tidak masalah. Semuanya lancar? Kapan kau mulai bekerja?". Mereka berjalan menjauh dari ruangan itu, dan menuju parkiran.

"Minggu depan adalah hari pertamaku. Direkturnya sangat baik, dia hanya menanyakan hal dasar dan langsung menerimaku." Ujar Hyungseob bangga.

"Berbahagialah, kau sekarang bukan seorang pengangguran. Dan maaf, sepertinya aku tidak bisa mengantar dan menjemputmu dihari pertama kau bekerja," Woojin mengusak pelan pucuk kepala Hyungseob.

"Hyung! Rambutku jadi berantakan," Hyungseob merapihkan beberapa anak rambutnya sambil merungut lucu, "Ah, benar. Hyung minggu depan juga sudah kembali bekerja, kan? Tak masalah kalau hyung tidak bisa mengantar dan menjemputku, lagipula itu hanya akan merepotkanmu."

"Aku tak merasa direpotkan jika itu kau, Hyungseob-ah."

"Eung? Memang kenapa?" Hyungseob menatap pria berjaket hitam disampingnya dengan bingung.

Woojin menjawil hidung Hyungseob gemas, "lupakan, sehabis ini kau ingin kemana?" Sesampainya di parkiran, pria yang lebih tua menyerahkan helm berwarna pink soft milik Jihoon yang sengaja ia pinjam untuk Hyungseob.

Hyungseob menerima helm dari tangan Woojin dan memakainya, "Hyung pernah ke pet cafe?"

✈✈✈

"Hyung, sepertinya anjing ini nyaman denganku. Lihat, dia tertidur dengan sangat manis." Hyungseob memamerkan seekor anak anjing papillon yang tertidur nyenyak digendongannya. Woojin yang terduduk di lantai tepat di samping Hyungseob tersenyum melihat sosok manusia yang bahkan lebih menggemaskan dari hewan peliharaan.

"Sepertinya dia memang nyaman. Bagaimana dengamu? Kau nyaman denganku?" Woojin menatap manik Hyungseob yang sayangnya sedang menatap anak anjing digendongannya dengan binar. "Kenapa harus bertanya, hyung? Tentu saja aku nyaman." Ujarnya tanpa mengalihkan pemandangan.

"Senang mendengarnya," Woojin mengusak rambut Hyungseob untuk yang kedua kalinya.

"Jangan melakukan itu terus, hyung!" Hyungseob mendengus kesal, tapi ia tidak menepis tangan Woojin yang masih bertengger di kepalanya. Ingat, dia sedang menggendong seekor papillon sekarang.

Woojin tertawa lebar melihat pandangan kesal yang dilempar Hyungseob, entah mengapa membuat pria bermarga Ahn itu semakin menggemaskan. Hyungseob yang memandang sebal Woojinpun tiba-tiba saja penglihatannya terfokus pada taring milik si pria dewasa.


"Hyung, bukankah pilot harus memiliki gigi yang rapi?" Tanyanya.

Woojin menghentikan tawanya, menatap Hyungseob yang tengah memandang bibirnya, atau taringnya mungkin?

"Memang, bahkan awalnya aku mengira tidak akan lulus Akademi Penerbangan, hanya saja nilaiku yang selalu masuk urutan 10 besar selama di STP bisa menolong kekuranganku ini. Lagipula, pilot tidak perlu seperti pramugara dan pramugari lainnya yang harus selalu tersenyum memperlihatkan gigi." Jelas Woojin.

Hyungseob menggerakan kepalanya tanda ia mengerti, "menurutku itu bukan kekurangan, mungkin kalau hyung memiliki gigi yang rapi kau tidak akan setampan ini."

"Benarkah? Terima kasih atas pujiannya, manis." Woojin mengapit hidung Hyungseob dengan gemas.

"Ish, hyung! Kau memperlakukanku seperti anak perempuan," Hyungseob mendelik kesal. "Tapi, hyung. STP itu apa?" Lanjutnya.

"Sekolah Tinggi Penerbangan, sayang." Woojin mengusak kepala Hyungseob, dan segera berlari menjauh menghampiri meja di cafe tersebut yang telah tersedia pesanan mereka.

"Hyuuunngggg!!"
Untuk kesekian kalinya Hyungseob mendelik pada pria yang tengah tertawa berlari menjauh darinya.

ㅌㅂㅊ

ㅌㅂㅊ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang