32

3K 697 122
                                    

Upacara hari ini berjalan dengan lancar, cuacanya tidak terlalu panas dan juga tidak mendung hanya sedikit berawan saja. Upacara dihadiri puluhan pilot dan ratusan pramugara/pramugari serta awak pesawat lainnya yang sedang tidak bertugas. Ketika para pilot baru itu naik ke atas mimbar untuk pemasangan lencana, Woojin terbayang kejadian lampau saat ia masih di sekolah penerbangan. Butuh banyak perjuangan hanya untuk mendapat pin sekecil itu, kalau saat itu Woojin tidak kuat mental mungkin dia tidak akan menjadi seperti sekarang.

Tidak hanya Woojin, tapi Jihoon juga teringat bagaimana ia mulai mendalami dunia penerbangan. Bahkan sulit dipercaya kalau Jihoon adalah satu-satunya orang yang menentang Woojin masuk ke sekolah penerbangan. Di masa SMP mereka, kedua Park itu sering bertengkar karena masalah cita-cita. Jihoon melarang Woojin menjadi pilot karena itu bisa membuatnya jauh dari keluarga, tapi Woojin tetap pada pendiriannya. Hingga suatu hari Woojin mengajak Jihoon ke museum penerbangan, mengenalkan semua hal yang disukai seorang Park Woojin dan berkata kalau ia tetap memilih menjadi pilot, tidak peduli walau Jihoon melarang.

Metode yang sama yang Jihoon gunakan pada Hyungseob untuk membujuk pria mungil itu agar bisa mengerti profesi Woojin.


Upacara telah selesai, pasukan dibubarkan. Woojin dan Jihoon segera melipir mendekati teman-teman mereka. Rasanya sudah lama tidak bertemu. Yah, dunia penerbangan selalu sibuk dan tidak ada istirahat.

Kedua Park dan sekumpulan pilot serta pramugara lainnya sedang berkumpul di restoran, mereka berencana untuk mengobrol setelah sekian lama tidak bertemu. Terasa seperti reuni.

"Kemarin aku melihat Jihoon di museum penerbangan, sepertinya kau bersama orang lain." Ujar Ong Seungwoo. Ngomong-ngomong ada yang ingat Ong Seungwoo? Dulu Woojin mendapat panggilan mendadak untuk menggantikan pilot itu karena dia sedang sakit. Itu pula yang membuat mood Hyungseob selama beberapa hari menjadi sering berubah-ubah dan terus-menerus mengatakan "jangan menggangguku."

"Apa yang kau lakukan di sana?" Tanya Guanlin yang duduk tepat di depan Jihoon.

Jihoon menatap pramugara yang baru saja bertanya padanya, "ah, aku hanya berjalan-jalan dengan adik kenalanku."

"Benarkah? Tapi kenapa penampilanmu kemarin terlihat sangat berbeda? Menyerupai style Woojin." Ujar Seungwoo lagi.

Woojin yang berada di samping Jihoon menggeleng heran, "aku tahu aku tampan, tapi tolong jangan meniru styleku. Aku memiliki hak cipta."

Tanpa menimbang, Jihoon langsung memukul paha Woojin. Adiknya ini terlalu percaya diri, sepertinya dia lupa kalau kulitnya tidak begitu cerah. Bahkan terlalu kontras jika disandingkan dengan kekasihnya, Ahn Hyungseob. Mungkin lebih cocok kalau Hyungseob disandingkan dengan Jihoon, mereka sama-sama putih. Ah, tapi tidak, tinggi Jihoon masih kurang untuk membuat Hyungseob bersandar pada dada bidangnya.

"Kenapa kau ke sana?" Guanlin memandangi Jihoon yang sedang beradu pukulan dengan saudara kembarnya.

Setelah memberi jitakan terakhir pada Woojin, Jihoon kembali menatap pramugara itu, "aku mau mengenalkannya pada dunia penerbangan." Ucap Jihoon.

Seorang pramugara bername tag Noh Taehyun menunjuk Guanlin yang tidak jauh darinya,"Ada apa dengan wajahmu? Kau cemburu Jihoon pergi dengan orang lain?" Pria berkebangsaan Taiwan itu hanya mengendikan bahunya dan membuang muka.

Daniel yang baru saja melepas jas pilotnya terheran, "bukankah Jihoon memiliki hubungan dengan anak kepala maskapai? Aku lupa namanya..."

"Maksudmu Bae Jinyoung?" Tanya Seungwoo yang diangguki Daniel. "Dia sekarang seorang CEO perusahaan, kan?" Lanjutnya.

"Jadi sekarang kau pilih bersama siapa? Guanlin, Jinyoung, atau adik kenalanmu itu?" Tanya Joo Haknyeon. Sudah tahu pramugara yang satu ini, kan?

[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang