2⃣9⃣

2.8K 689 150
                                    

"Astaga, kau sama kelamnya seperti kulit Woojin hyung." Daehwi memandang Hyungseob prihatin yang baru saja membukakan pintu untuknya. Sesuai permintaan Jihoon kemarin, Daehwi dan Samuel mengunjungi apartement Hyungseob. Mereka datang pada malam hari karena mengira Hyungseob pergi ke kantor hari ini. Tapi dengan mata yang membengkak di balik kacamatanya dan hidung yang memerah itu bisa Daehwi tebak kalau Hyungseob banyak menangis.

"Kau sakit?" Tanya Daehwi setelah duduk di sofa ruang tamu Hyungseob, Samuel duduk di sebelahnya sementara Hyungseob duduk di sofa yang lain.

"Hanya sedikit pusing, aku terlalu banyak mengangis." Jawab Hyungseob sambil melirik pria asing yang sedang berkutat dengan ponselnya, mungkin sedang bermain game.

"Kalian bertengkar?"

Hyungseob membenarkan posisi kacamatanya dan kembali menatap Daehwi, tidak perlu ditanya pun dia paham 'kalian' yang dimaksud pria itu. "Dari mana kau tahu?"

"Kemarin Jihoon hyung datang ke rumah, dia juga nyaris ribut dengan adik kembarnya. Woojin hyung bilang ingin berhenti menjadi pilot. Ada apa?"

Bisa Daehwi lihat mata Hyungseob sedikit melebar mendengar ucapannya. Sudah pasti alasan Woojin ingin keluar dari maskapai ada sangkut pautnya dengan hubungan keduanya.

"Hyungseob-ah, aku sudah mengenalmu cukup lama aku juga tahu sifatmu seperti apa. Kuakui kalau kau memang menggemaskan dengan sifatmu yang seperti ini, tapi disisi lain kau terlalu kekanakan sampai tidak sadar membuat orang lain tersinggung. Apa saja yang kau katakan sampai membuat hyungku kacau begitu?"

Hyungseob menundukkan kepalanya, sepertinya di sini Daehwi berbicara bukan sebagai teman, tapi sebagai adik dari Woojin. Dia sendiri juga cukup terkejut begitu tahu Woojin akan berhenti menjadi pilot. Apa ini berhubungan dengan ucapannya tempo hari? Tapi ucapan yang mana? Kepalanya terlalu pusing untuk mengingat hari di mana Woojin membentaknya.

Pria bersurai orange itu mendenguskan nafasnya, "kalau terlalu sulit bagimu menjelaskan masalah kalian, setidaknya ceritakan asal mula kalian bertengkar. Agar aku tahu titik terangnya. Aku sangat hafal kalau penalaranmu terlalu cetek."

Setelah di desak Daehwi berkali-kali akhirnya Hyungseob menceritakan semua kejadian di hari itu, mulai dari ia yang ditanyai direkturnya tentang pekerjaan Woojin hingga kejadian Woojin yang membentaknya dan mencium bibirnya sekilas sebelum pergi meninggalkan apartementnya. Sementara si mungil bercerita, Daehwi menatap kesal padanya karena sudah jelas siapa yang salah di sini. Sedangkan Samuel masih berdiam diri bermain game di ponselnya.

"...... setelahnya aku hanya menangis seharian memikirkan kejadian itu." Ujar Hyungseob di akhir ceritanya.

Daehwi semakin gemas karena Hyungseob masih tidak menyadari kesalahannya setelah dua hari berlalu dari hari pertengkaran mereka. "Astaga, kau ini bodoh atau apa? Bahkan kata bodoh masih terlalu bagus untuk kulempar padamu." Pria itu mengusak rambutnya frustasi.




"Mungkin kata yang kau cari adalah tolol."

Tanpa berpikir panjang Daehwi langsung memukul punggung Samuel dengan kencang. Kebiasaan Samuel berbicara sesukanya, tapi entah mengapa semua yang dikatakannya selalu benar. Hanya saja timing-nya yang tidak pernah pas.

"Senang sekali memukulku sih!?" Samuel segera mengelus punggungnya yang terasa panas.

Daehwi kembali mengabaikan Samuel dan beralih pada Hyungseob yang masih menundukkan kepalanya, "kupersingkat saja agar otakmu bisa menerimanya."

"Woojin hyung cemburu karena kau sering menceritakan direkturmu. Dia tidak terima kalau kau membandingkannya dengan direktur itu, terlebih lagi kau membahas masalah finansial. Woojin hyung bukan orang yang suka memamerkan apa yang dia punya, tapi sekali kau meminta sesuatu padanya dia akan memberikannya dengan sepenuh hati." Daehwi berhenti sebentar untuk menarik nafasnya.

[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang