📖Final Chapter

4.4K 750 291
                                    

Di pagi hari Woojin tidak mendapati siapapun di sampingnya, sepertinya Hyungseob sudah bangun lebih dulu. Kakinya melangkah menuju lemari Hyungseob, mengambil kemeja miliknya yang tergantung rapi di pintu lemari.

Setelah keluar dari kamar dengan kemeja birunya, ia menemukan kekasihnya sedang berkutat dengan beberapa kertas di meja ruang tamu. Mulut Hyungseob sesekali menggumam hal-hal tidak jelas selagi tangannya mencatat pada kertas yang dipegangnya.

"Selamat pagi, sayang." Woojin menghampiri pria manis itu dan mengecup pipinya sekilas.

Si mungil sedikit berjengit saat mendapat kecupan dadakan pada wajahnya, ia menghentikan kegiatan menulisnya sebentar dan menatap Woojin, "hyung sudah bangun?"

Woojin ikut mendudukan dirinya di sofa, sebelah lengannya melingkari pinggang ramping didekatnya. "Aku tidak akan di sini kalau masih tertidur, bunny. Apa yang sedang kau kerjakan?" Matanya mengintip tulisan yang berjajar pada kertas milik Hyungseob.

"Tugas kantorku. Kemarin saking senangnya berbaikan dengan hyung aku sampai lupa mengerjakannya. Ditambah lagi malamnya.. k-kita.. be-begitulah.." tiba-tiba saja wajah Hyungseob berubah menjadi merah padam. Rasanya sangat malu mengingat kejadiannya merengek pada Woojin semalam, tapi Jihoon mengatakan kalau ingin hubungan mereka lebih erat, sesekali Hyungseob harus mencoba menggoda Woojin dengan meminta peluk atau cium.

Itu semua murni provokasi dari Jihoon, Hyungseob hanya mengikutinya saja. Sayangnya dia tidak tahu kalau akibatnya akan sangat memalukan.

Woojin menyadari perubahan warna pada wajah kekasihnya, ia tersenyum nakal dan mengecup pipi pria itu sekali lagi. "Kau malu hm? Padahal semalam terlihat sangat bersemangat." Godanya.

"Ti-tidak! Ish, sudah sana, lebih baik hyung mandi dulu." Tangannya menahan dada Woojin yang semakin meringsut ke tubuhnya. Astaga, bahkan mengingat bentuk tubuh atletis Woojin saja membuatnya malu.

"Tidak mau melanjutkan yang semalam saja? Setelah itu baru aku mandi." Woojin semakin menggoda Hyungseob dengan melesakkan wajahnya pada ceruk leher putih kekasihnya.

"Sana, hyuunngg. Aku mau mengerjakan tugas, sebelum jam 8 nanti." Tubuh Hyungseob sedikit meremang saat merasakan bibir Woojin pada permukaan kulit lehernya.

Yang lebih tua terkekeh pelan dan mencubit gemas pipi submisifnya, "baiklah, kerjakan tugasmu dengan benar. Aku akan memasak sarapan setelah itu mandi."

✈✈✈

"Lee Daehwi, kenapa kau muncul dari sana?" Jihoon menatap pintu apartement sebelahnya, di sana ada Daehwi dan Samuel yang baru saja keluar. Tadinya ia berniat membuang sampah, tapi begitu mendengar suara ocehan milik adik sepupunya ia langsung mengurungkan niatnya.

"Ini hyung, aku meminta Samuel membantuku mengerjakan tugas kuliah." Tangannya mengangkat setumpuk kertas yang baru saja di print.

Alis Jihoon berkerut, "pagi-pagi begini? Jam berapa kau datang?"

"Pagi apanya, dia bahkan membombardir bel apartementku tengah malam tadi." Keluh Samuel sambil menguap.

Daehwi memukul bahu Samuel sampai pemiliknya sedikit memekik. "Jelas saja aku memencet bel berkali-kali, kau sangat lama membuka pintunya." Omelnya.

Samuel meringis kecil, semalam dia sudah dicubit habis sekarang malah kena pukul. Badannya terasa remuk. "Hey! Sekalipun yang memencet belku itu Nicky Minaj, tetap saja akan kubuka dengan malas. Tengah malam begitu sudah pasti aku sedang tidur."

"Aku turut prihatin atas perlakuan Daehwi padamu." Ucap Jihoon.

"Tidak butuh belas kasihanmu, itu tidak membuat wortel ini berhenti menyiksaku." Samuel mendelikan matanya pada Daehwi.

[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang