Hyungseob menatap sedih pintu apartement yang baru saja ditutup Woojin beberapa saat lalu, air mata mengalir di pipi pria mungil itu. Keduanya sudah terlalu lelah untuk bertengkar hari ini, mereka terus saling meneriaki satu sama lain semenjak tiba di apartement Hyungseob.
Flash back
"Hey, sweetheart, bangunlah. Kita harus pulang." Woojin mengelus pelan pipi Hyungseob yang sedang bersandar padanya. Pria mungil itu tertidur dengan pulas di halte bus yang dingin karena hujan.
Manik bulatnya menatap Woojin dan mengerjap beberapa kali, "kenapa sudah gelap, hyung?" Tanyanya dengan suara serak.
Woojin tersenyum tipis dan mencubit pipi gembil itu dengan pelan, "sekarang sudah jam 7 malam, sayang. Hujannya baru saja reda tadi."
"Daritadi hyung hanya berdiam diri? Kenapa tidak membangunkanku saja?" Hyungseob mengusap matanya dan kembali menyamankan diri pada bahu Woojin.
"Wajah terlelapmu terlalu cantik, aku tidak sampai hati membangunkanmu."
"Aku ini tampan, hyung. Tidak cocok dibilang cantik." Rungut Hyungseob.
"Dimataku kau tetap cantik dan menggemaskan." Ujarnya diselingi mengecup pucuk kepala kepala kekasihnya.
"Ayo pulang, angin malam tidak terlalu baik untuk kesehatanmu." Lanjut Woojin. Setelahnya mereka memakai helm dan menaiki motor untuk pulang.
Sesampainya di apartement si mungil, Woojin menyempatkan diri untuk mampir karena Hyungseob bersihkukuh ingin belajar memasak. Pria manis itu ingin suatu saat bisa memasakkan Woojin makanan yang bisa dicerna.
"Tunggu di sini sebentar, hyung. Aku mau mengganti bajuku dulu."
Setelah Hyungseob memasuki kamar, pria berumur 27 tahun itu kembali memikirkan hal yang terus-menerus bercabang diotaknya sejak beberapa saat yang lalu di halte. Kenapa Jungjung menyuruh Hyungseob putus dengannya? Apa alasannya? Bukankah dia tidak seharusnya ikut campur dalam hubungan ini? Mana bisa seorang direktur mencampuri urusan pribadi pegawainya?
Lalu Hyungseob? Apa dia akan menuruti perintah tidak jelas seperti itu? Mengingat pria itu terlalu polos nyaris tidak mengerti apa-apa tentang sikap direkturnya. Woojin cukup peka kalau Jungjung menyukai kekasihnya, terlebih lagi dilihat dari cara pria itu menatap Woojin secara sinis kala bersama Hyungseob. Jika pria mungil itu benar-benar seseorang yang penurut, pasti setelah ini mereka benar-benar berakhir. Polos dan penurut menyerempet bodoh.
"Karena sudah terlalu malam aku berpikir dua kali untuk mandi, jadi aku hanya mencuci muka dan menyikat gigi saja." Hyungseob yang tiba-tiba keluar dari kamar membuyarkan pikiran Woojin.
Woojin menatap Hyungseob yang sedang menghampirinya dan tersenyum, "kenapa? Bukankah ada air hangat?"
"Tetap saja mandi di malam hari itu tidak terlalu bagus," kilah Hyungseob sambil tersenyum lebar.
"Kalau hyung membawa mobil, kita pasti tidak perlu menunggu hujan dan aku sudah mandi daritadi sore." Sambungnya sambil mendudukkan dirinya disamping Woojin pada sofa.
"Sudah kubilang aku tidak bisa memyetir mobil, dear." Ujar Woojin tersenyum tipis.
"Kenapa tidak belajar menyetir saja, hyung? Sewaktu-waktu bisa saja kau membutuhkan mobil, Sajang-nim pernah bilang kalau mobil itu kendaraan yang tepat untuk membawaku kemana-mana. Saat ia melihatku diantar olehmu naik motor, ia mengatakan kalau aku tidak pantas panas-panasan dengan kendaraan seperti itu." Oceh Hyungseob yang sudah pasti membuat Woojin secara tidak sadar menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Blind Date; JinSeob
Fanfiction[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Tentang seorang pilot, editor, dan kencan buta mereka. ✈bxb, boys love ✈Bahasa baku ✈Rated T [15-04-2019] #1 in Jinseob Start from 01.02.2018 to 09.04.2018 ===== Kebijakan pembaca di tangan sendiri ⚠Tidak su...