"Bocah sialan, awas saja kau membakar seragamku. Helmmu sudah kukembalikan di tempat penyimpanan." Woojin yang baru memasuki apartement langsung memergoki Jihoon yang sedang memegang seragamnya dan sebuah pemantik api.
"Kalau kau memang butuh 2 helm, beli sendiri sana! Jinyoung membelikan helm itu khusus untukku, bukan untuk dipinjam terus-menerus oleh adikku." Ujar Jihoon, kakinya menendang tungkai Woojin dengan cukup keras.
Woojin meringis dan langsung memegangi kakinya, "sakit, bodoh! Kalau aku sampai tidak bisa berjalan, akan kutuntut kau."
"Sudah sana cepat siap-siap dan cepat pergi. Aku muak melihat wajahmu." Jihoon melempar seragam itu ke Woojin, yang langsung ditangkap pemiliknya.
"Aku juga muak melihat wujudmu selama 27 tahun." Kemudian Woojin berjalan tertatih ke kamar dengan seragam pilot di tangannya.
✈✈✈
Line
Park Woojin
Aku pergi.
Jaga dirimu dan jangan membuatku khawatir.
Tunggulah aku pulang,
Aku sayang padamu.
11.25 KSTHyungseob tersenyum tipis membaca teks pesan itu, hati kecilnya masih tidak bisa menerima pekerjaan Woojin yang membuat mereka jarang bertemu. Ia sedikit kesal karena pekerjaan seorang pilot yang mengharuskan Woojin bekerja tak kenal hari. Tapi 3 kata di akhir pesan itu mampu membuat wajahnya berhiaskan semburat dan jantungnya berdegup dengan cepat menimbulkan perasaan geli bercampur senang.
Line
Ahn Hyungseob
Kau juga jaga dirimu, hyung.
Cepatlah pulang,
Aku menunggumu.
12.09 KST"Hyungseob-ssi, letakkan ponselmu. Makanlah yang banyak, tubuhmu terlalu kecil untuk ukuran pria berumur 24 tahun." Ujar pria bersetelan jas maroon yang menjabat sebagai direktur pada karyawan yang duduk tepat di depannya.
Sekarang sudah jam makan siang, beberapa karyawan ada yang menyantap makan siang di kantin, ada juga yang membawa bekal dari rumah dan memakannya di ruangan masing-masing. Saat ini Hyungseob sedang menghabiskan makan siangnya di meja kantin, bersama direktur pemilik Yuehua Company tersebut.
Selama 18 hari belakangan ini pria berkebangsaan China itu selalu menemani Hyungseob menghabiskan jam makan siangnya. Tentu saja karyawan yang lain sangat peka kalau direktur mereka mendekati Hyungseob secara terang-terangan, karena sebelumnya Jungjung lebih memilih makan siang di restoran dibanding di kantin. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merasa iri pada Hyungseob, didekati oleh pria tampan berwibawa dengan jabatan tinggi dan gaji yang melimpah tiap bulannya. Bukankah itu yang disebut jackpot?
Hyungseob yang baru saja ditegur lembut direkturnya sendiri segera meletakkan ponselnya dan melanjutkan acara makan siangnya yang sempat tertunda.
Jungjung menatap pegawainya dengan teduh, bibirnya melukiskan senyuman hangat. Ia merasa senang hanya dengan menatap Hyungseob seperti ini. Ah, tapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Hyungseob-ssi, lain kali jangan berpelukan di depan kantor."
"Uhukk!!"
Hyungseob yang baru saja menyuap sesendok nasi langsung tersedak begitu mendengar direkturnya bersuara.Jungjung segera menyerahkan segelas air putih miliknya pada Hyungseob, "pelan-pelan, Hyungseob-ssi. Tidak ada yang akan mencuri makananmu."
"Uhuk.. tidak, terima kasih, Sajang-nim.. uhuk.." Hyungseob terbatuk sambil mengambil air minum miliknya sendiri dan menyingkirkan tangan Jungjung dengan sopan.
Setelah tenggorokannya terasa lega, Hyungseob menyeka sisa air dibibirnya.
"Kau membuatku khawatir, Hyungseob-ssi." Ujar Jungjung, tangannya mengusap tangan milik Hyungseob yang berada di atas meja.
"Maaf, sajang-nim, tadi aku hanya terkejut mendengar ucapanmu." Ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Benarkah? Kalau begitu maafkan aku, hanya saja tadi aku memang melihat kau dan pacarmu berpelukan."
Hyungseob perlahan menarik tangannya yang masih digenggam Jungjung, "lain kali tidak akan kuulangi lagi, Sajang-nim."
"Bukan itu maksudku, Hyungseob-ssi," Jungjung mengibaskan kedua tangannya. "Tentu saja kau boleh berpelukan di manapun, bahkan kau juga boleh berpelukan denganku di sini sekarang."
Pria mungil yang bingung menanggapi ucapan direkturnya hanya tersenyum dan kembali melahap makan siangnya.
Selagi Hyungseob mengunyah makanannya, Jungjung juga melanjutkan makan siangnya sambil menatap pria berumur 24 tahun itu terus-menerus. "Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kau berpacaran dengan Woojin-ssi?"
Hyungseob kembali meletakkan alat makannya, "begini, Sajang-nim, sebenarnya aku dan Woojin hyung tidak berpacaran. Dia kakak sepupu dari temanku, jadiㅡ"
"Ah, kau hanya sebatas kakak beradik saja dengannya? Pantas saja dia tidak terlalu sering bersamamu. Awalnya aku heran kau lebih sering naik bus dibanding diantar Woojin-ssi, sepertinya baru hari ini kau diantar olehnya. Ternyata dia bukan kekasihmu."
Pria mungil itu mengangguk membenarkan, "Ini pertama kalinya Woojin hyung mengantarku bekerja, hari-hari sebelumnya dia sibuk dengan pekerjaannya. Sulit untuk bertemu dengan Woojin hyung, bisa jadi hanya sebulan sekali aku bertemu dengannya." Hyungseob melirik sedih ponsel miliknya yang berada di samping nampan makan siangnya. Rasanya dia sudah merindukan pria yang baru saja berpamitan dengannya lewat chat.
"Berpikir positif saja, Hyungseob-ssi. Mungkin saja Woojin-ssi memang tidak diperbolehkan pulang oleh majikannya." Pria bernama Zhu Zheng Ting itu tersenyum lebar dan mengepalkan kedua tangannya, memberi semangat kepada karyawan barunya itu.
Hyungseob kembali menatap direkturnya, "Tapi, Sajang-nim, Woojin hyung tidak memiliki maj-"
"Jangan membicarakan Woojin-ssi lagi, lebih baik sekarang kau habiskan makan siangmu, Hyungseob-ssi, sebelum jam istirahat selesai. Dan lebih baik nanti sore kau pulang bersamaku naik mobil, tidak perlu meminta Woojin-ssi untuk menjemputmu, nanti ia dimarahi majikannya."
ㅌㅂㅊ
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] Blind Date; JinSeob
Fanfiction[WATTYS 2019] Park Woojin × Ahn Hyungseob Tentang seorang pilot, editor, dan kencan buta mereka. ✈bxb, boys love ✈Bahasa baku ✈Rated T [15-04-2019] #1 in Jinseob Start from 01.02.2018 to 09.04.2018 ===== Kebijakan pembaca di tangan sendiri ⚠Tidak su...