1⃣3⃣

2.8K 769 88
                                    

Woojin menunggu Hyungseob keluar dari kantornya, pria berusia 27 tahun itu memarkirkan motor miliknya di samping trotoar. Tak lupa ia juga membawa helm milik Jihoon, meskipun harus terkena omelan sedikit agar tidak mengotorinya. Saudara kembarnya itu terlalu sayang pada benda berwarna pink. Mungkin nanti Woojin akan membelikan Hyungseob sebuah helm sendiri.

Woojin tersenyum saat melihat seseorang berkulit pucat dengan mata yang bulat itu keluar dari pintu gedung Yuehua Company bersama karyawan yang lain. Penampilan Hyungseob yang memakai setelan jas sedikit kebesaran dengan tas ransel berwarna abu-abu itu membuatnya lebih menggemaskan. Woojin menyesal tidak bisa melihatnya lebih awal.







"Hyungseob-ah,"

Hyungseob yang sedang berbincang dengan Im Youngmin, salah satu teman kerja editornya itu menoleh kala mendengar namanya di sebut.

Bisa Woojin perhatikan kalau manik pria manis itu sedikit melebar karena terkejut melihat kehadirannya. Namun detik selanjutnya Woojin yang dibuat terkejut karena pria berusia 24 tahun itu mengabaikannya dan kembali berbincang dengan temannya.






"Hyungseob-ah, tunggu," Woojin mendekat dan meraih tangan mungil berkulit pucat itu dengan lembut. Hatinya sedikit melejit saat diabaikan.

Hyungseob dan Youngmin yang sedang berbincang itu menghentikan langkah mereka, Hyungseob menatap pergelangan tangannya dan Woojin secara bergantian dengan raut merungut -yang sayangnya sangat menggemaskan-, "mau apa?"

Woojin menatap pria yang berdiri di samping Hyungseob dengan tangannya yang masih menggenggam pergelangan mungil itu. "Permisi, sepertinya aku harus berbicara pada Hyungseob. Boleh kubawa dia bersamaku?"

Orang itu terlihat bingung, namun tetap menganggukkan kepalanya, "o-oh, baiklah. Hyungseob-ah kalau begitu aku duluan." Youngmin menepuk pundak Hyungseob dan tersenyum tipis, setelahnya pria itu berlalu pergi.



Seiring kepergian teman kantornya itu, Hyungseob melepaskan genggaman Woojin pada pergelangan tangannya.

Woojin sedikit merasa tidak rela tangannya dilepas begitu saja, "ada apa denganmu, bunny?"

Pria mungil itu hanya terdiam, ia menundukkan kepalanya menahan kesal pada pria yang berprofesi pilot itu. Woojin dibuat tak sabaran karena Hyungseob tak kunjung angkat bicara, ia kembali meraih tangan Hyungseob dan membawanya ke tempat motornya diparkir. Tidak mungkin mereka berbicara di depan pintu perusahaan itu.





Hyungseob bersandar pada motor Woojin, sementara pemiliknya berdiri di hadapannya.

"Hyungseob-ah, kenapa kau begini? Apa aku membuat suatu kesalahan?" Woojin mengelus rambut pria mungilnya dengan lembut, meskipun si empunya masih enggan menatapnya. Setidaknya tangannya tidak ditepis kala memegang pucuk kepala Hyungseob.






Si mungil masih bungkam.




Woojin merendahkan tubuhnya untuk menatap Hyungseob, "jangan diam saja, bunny. Jawab pertanyaanku, kau marah padaku?"

Yang lebih tua itu menunggu dengan sabar sampai akhirnya pria berparas kelinci itu menganggukkan kepalanya pelan.

Woojin menegakkan tubuhnya dan menghelas nafas perlahan, kemudian kembali menatap Hyungseob dengan lembut meskipun pria itu tetap menundukkan kepalanya. "Kenapa, hm?"

Terdengar gumaman kecil dari Hyungseob, tapi Woojin tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Kau mengatakan sesuatu, bunny?"

"H-hyung ke mana saja selama ini?" Cicit Hyungseob yang kali ini bisa terdengar.







Ah. Sepertinya Woojin tahu akar masalahnya.










Tangan Woojin menarik dagu Hyungseob dengan lembut agar bisa menatapnya. Woojin sedikit terpaku melihat wajah Hyungseob yang merah padam. Rupanya pria manis itu merona karena diperlakukan dengan lembut.

"Bukankah aku sudah mencoba menghubungimu berkali-kali? Tapi dari sekian panggilan tidak ada satupun yang kau angkat, bunny. Bahkan kau tak membalas pesan dariku, seharusnya aku yang bertanya, ke mana saja kelinciku ini?"

Yang lebih muda memasang raut wajah bingung, "hyung mengabariku?". Setelah pria dewasa di hadapannya mengangguk, Hyungseob segera melihat ponsel yang berada di saku celananya.

Pria itu mengecek daftar panggilan beberapa minggu yang lalu, dan benar saja.



Ada 9 panggilan tak terjawab dari Woojin.


Selanjutnya ia membuka aplikasi line yang telah lama tidak ia buka karena malas. Chat dari Woojin rupanya telah ia angguri selama 18 hari, dan itu terkirim sehari setelah keduanya bertemu terakhir kali.

Manik kelincinya membulat gelagapan menatap Woojin, "hyung, maafkan aku! Sungguh aku tak tahu kalau kau mengabariku. Terakhir kali aku marah padamu karena kau mengatakan aku mengganggumu, kupikir kau menganggapku sebagai pengganggu. Jadi aku sempat mengabaikanmu, tapi aku benar-benar tak tahu kalau setelah itu kau akan bertugas. Karena yang ku tahu kau kembali bekerja pada hari Senin, tapi ternyata kau malah tidak ada kabar selama berminggu-minggu. Maafkan aku, aku benar-benar tidak tahu."

Woojin tertawa pelan melihat Hyungseob yang sangat menggemaskan, "tak apa, sayang. Semuanya hanya salah paham. Pada malam setelah kita ke festival, aku diberitahu untuk menggantikan pilot lain karena dia sedang sakit. Dan soal aku yang mengatakan kau pengganggu, itu tidak benar. Saat itu ponselku direbut temanku, mungkin kau mendengar aku yang sedang protes padanya." Tangan pria maskulin itu mengusak rambut Hyungseob pelan.

"Hyuuunggg, kenapa kau usil sekali?" Hyungseob menggerakkan kepalanya tidak nyaman. Ingat? Dia tidak suka kalau rambutnya berantakan.

"Tapi, hyung, tetap saja. Maafkan aku karena tidak membalas pesanmu, sebenarnya aku juga heran kenapa tidak ada notifikasi line dan panggilang tak terjawab darimu. Kurasa ponselku rusak," lanjutnya.

"Kau ini, sudah kubilang tidak apa-apa," Woojin semakin gencar mengusak rambut Hyungseob dengan gemas.

"Ish, hyuungg," Hyungseob memegangi tangan Woojin agar berhenti menyentuh rambutnya. "Satu-satunya hal yang ingin kukatakan padamu adalah, kau terlalu usil pada rambut orang, hyung." Ujarnya sambil menatap Woojin dengan tajam, namun menggemaskan.

"Benarkah?" Woojin melepaskan tangannya dan merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Hyungseob. "Kalau begitu satu-satunya hal yang ingin kukatakan padamu adalah,



























Aku merindukanmu."

ㅌㅂㅊ


ㅌㅂㅊ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang